TEORI FUNGSIONALISME
PENDAHULUAN
Selama beberapa dasawarsa yang lalu, teori
struktural-fungsionalisme telah merajai kajian antropologi dan sosiologi di
Dunia Barat, sehingga Kingsley Davis berani mengatakan bahwa
struktural-fungsionalisme adalah sama dan sebangun dengan antropologi dan
sosiologi (Davis 1959). Di Inggris, teori ini mencapai puncak pencapaiannya
dalam dasawarsa 1930 dan 1950, dalam masa mana struktural-fungsionalisme
dikatakan sebagai identik dengan British Social Anthropology. Pelopornya yang
terkenal di sana adalah Radcliffe-Brown (R-B) dan Malinowski. Dari Inggris,
pendekatan ini dibawa oleh pelopornya, R-B, menyeberang ke Amerika dan
diperkenalkan ke Jurusan Sosiologi dan Antropologi di Chicago University.
Dua di antara pengikutnya yang terkenal di universitas itu
pada masa itu adalah Fred Eggan dan Robert Redfield. Teori ini di Amerika
mencapai puncak kejayaannya pada tahun 1950-an, ketika Talcott Parsons
mengembangkannya dalam bentuk yang lebih canggih dan kompleks di Department of
Social Relations, Harvard University. Namun demikian, sejak akhir 1960an, teori
ini mulai mendapat banyak kritikan yang keras dan tajam, dan dari situ muncul
teori-teori sosiologi baru yang dianggap lebih canggih. Di Inggris, berdasarkan
atas kritik terhadap teori ini, para ahli antropologi telah mengembangkan teori
action, sedangkan di Amerika telah berkembang antara lain teori fenomenologi
dan teori simbolik.
SEJARAH
Struktural-fungsionalisme lahir sebagai reaksi terhadap
teori evolusionari. Jika tujuan dari kajian-kajian evolusionari adalah untuk
membangun tingkat-tingkat perkembangan budaya manusia, maka tujuan dari
kajian-kajian struktural-fungsionalisme adalah untuk membangun suatu sistem
sosial, atau struktur sosial, melalui pengajian terhadap pola hubungan yang
berfungsi antara individuindividu, antara kelompok-kelompok, atau antara
institusi-institusi sosial di dalam suatu masyarakat, pada suatu kurun masa
tertentu. Jadi pendekatan evolusionari lebih bersifat historis dan diakronis,
sedangkan pendekatan struktural-fungsional lebih bersifat statis dan sinkronis.
Struktural-fungsional adalah penggabungan dari dua pendekatan, yang bermula
dari pendekatan fungsional Durkheim, kemudian digabungkan dengan pendekatan
struktural R-B. Karena itu untuk memahami pendekatan struktural-fungsional,
orang harus melihat dulu sejarah perkembangan pendekatan fungsional.
PENDEKATAN FUNGSIONAL
Meskipun eksplanasi secara fungsional dalam kajian-kajian
sosial telah terlihat dalam karya-karya Spencer dan Comte, namun Durkheimlah yang
telah meletakkan dasarnya secara tegas dan jelas.
Peranan Durkheim ini diakui secara eskplisit oleh R-B.
Durkheim secara jelas mengatakan bahwa fenomena sosial seharusnya diekpslain
melalui dua pendekatan pokok yang berbeda, yaitu pendekatan historis dan
pendekatan fungsional. Analisa fungsional berusaha menjawab pertanyaan mengapa
suatu item-item social tertentu mempunyai konsekuensi tertentu terhadap operasi
keseluruhan sistem sosial. Sementara itu analisa historis berusaha menjawab
mengapa item sosial tersebut, bukan item-item sosial yang lain, secara
histories yang mempunyai fungsi tersebut.
Para peneliti sosial, kata Durkheim, harus dapat
mengkombinasikan penelitian untuk mencari asal-usul dan sebab (pendekatan
historis), di satu pihak, dan penentuan fungsifungsi dari suatu fenomena sosial
(pendekatan fungsional), di pihak lain. Kita harus menentukan apakah ada satu
hubungan antara kenyataan sosial yang diteliti dengan kebutuhan umum organisme
sosial. Kalau ada, maka hubungan tersebut terdiri dari hal-hal apa saja, dan
bagaimana prosesnya sehingga hubungan berfungsi tersebut terjadi. Pendekatan
fungsional dalam antropologi sosial dipelopori oleh dua orang sarjana Inggris
yang hidup sezaman, yaitu R-B dan Malinowski. Meskipun kedua mereka ini sama-sama
dipengaruhi oleh Durkheim, namun penafsiran dan pengembangan mereka atas konsep
fungsi adalah berbeda satu sama lain.
R-B menolak setiap penggunaan konsep fungsi yang tidak
dikaitkan dengan struktur sosial, karena itulah pendekatan dasarnya adalah
kombinasi dari kedua konsep tersebut: fungsi dan struktur sosial, yang kemudian
dikenal dengan nama struktural-fungsionalisme. R-B dengan tegas membedakan
konsep fungsionalnya dari konsep fungsional Malinowski. Bagi R-B fungsi adalah
“kontribusi yang dimainkan oleh sebuah item sosial, atau sebuah institusi
sosial, terhadap kemantapan suatu struktur sosial”. Sementara itu Malinowski
melihat “fungsi” sama seperti “guna”, yang dikaitkan dengan kebutuhan
psikologis dan biologis manusia. Fungsi dari sebuah item sosial, atau sebuah
institusi sosial, menurut Malinowski, adalah “kegunaan dari institusi tersebut
dalam memenuhi kebutuhan psiko-biologis individuindividu anggota sebuah
masyarakat”. Di bawah ini akan kita bahas perbedaan pandangan kedua ahli
antropologi Inggris ini secara lebih rinci.
Teori fungsionalisme struktural Parsons berkonsentrasi pada
struktur masyarakat dan antar hubungan berbagai struktur tersebut yang dilihat
saling mendukung menuju keseimbangan dinamis. Perhatian dipusatkan pada
bagaimana cara keteraturan dipertahankan di antara berbagai elemen masyarakat
(ibid., halm.83). Pemerhatian teori ini pada unsur struktur dan fungsi
dalam meneliti proses sosial dalam
masyarakat, dan pandangannya pada masyarakat sebagai sebuah sistem yang terdiri
dari bagian-bagian atau subsistem yang saling tergantung, teori ini menganggap
integrasi sosial merupakan fungsi utama dalam sistem sosial. Integrasi sosial
ini mengonseptualisasikan masyarakat ideal yang di dalamnya nilai-nilai budaya
diinstitusionalisasikan dalam sistem sosial, dan individu (sistem kepribadian)
akan menuruti ekspektasi sosial. Maka, kunci menuju integrasi sosial menurut
Parsons adalah proses kesalingbersinggungan antara sistem kepribadian, sistem
budaya dan sistem sosial, atau dengan kata lain, stabilitas sistem
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih komentarnya :)