BAB
I
PENDAHULUAN
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari manusia dan hubungannya dengan lingkungannya. Manusia
sebagai objek material dalam pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki
kepribadian dan tingkah laku yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Manusia memiliki kecerdasan, akal pikiran, tingkah laku yang
berbeda dari makhluk lainnya, sehingga manusia merupakan makhluk yang sempurna
baik fisik maupun mental. Keunggulan manusia yang
unik tersebut, menjadi objek pembelajaran ilmu pengetahuan terutama
ilmu psikologi.
Seiring dengan perkembangan zaman dan berkembangnya
rasa keingintahuan dalam memahami manusia, mulailah bermunculan tokoh-tokoh
beserta teori-teori dan aliran psikologi yang mendukung penjelasan mengenai
karakter, tingkah laku serta kejiwaan manusia. Serta metode dalam
mempelajarinya, utuk mengetahui lebih lanjut dapat kita ketahui dari paparan
makalah berikut
BAB
II
ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI DAN METODE MEMPELAJARINYA
A.
ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI
1.
Strukturalisme
Strukturalisme merupakan aliran yang pertama dalam
psikologi karena dikemukakan oleh Wilhelm Wundt setelah ia melakukan
eksperimennya di laboratotium. Wundt dan pengikut-pengikutnya berpendapat bahwa
pengalaman mental yang kompleks sebenarnya adalah halnya pesenyawaan kimiawi
yang tersusun dari unsur-unsur kimiawi. Mereka bekerja atas
premisnya-premis menyelidiki struktur
kesadaran dan mengembangkan hukum-hukum pembentukkannya.
Pada pertengahan abad ke-19, yaitu pada awal berdirinya
psikologi sebagai satu disiplin limu yang mandiri, psikologi didominasi oleh
gagasan serta usaha mempelajari elemen-elemen dasar dari kehidupan mental orang
dewasa normal, melalui penelitian laboratorium dengan menggunakan metode
intropeksi. Pada masa itu, tercatat aliran psikologi yang disebut psikologi
strukturalisme. Tokoh psokologi strukturalisme ini adalah Wilhelm Wundt. Wundt
dan pengikut-pengikutnya disebut strukturalis karena mereka berpendapat bahwa
pengalaman mental yang kompleks itu sebenarnya adalah “struktur” yang terdiri
atas keadaan-keadaan mental yang sederhana, seperti halnya
persenyawan-persenyawan kimiawi yang tersusun dari unsur-unsur kimiawi.
Ciri-ciri dari strukturalisme Wundt adalah penekanannya pada analisis atau
proses kesadaran yang dipandang terdiri
atas elemen-elemen dasar, serta usahanya menemukan hukum-hukum yang membawahi
hubungan antar elemen kesadaran
tersebut. Karena pandanganya elementalistik ini, psikologi strukturalisme
disebut juga psikologi elementalisme. Selain dipandang terdiri atas elemen-elemen
dasar, kesadaran, oleh Wundt dan para ahli psikologi lainnya pada masa itu,
dipandang sebagai aspek yang utama dari kehidupan mental. Segala sesuatu atau
proses yang terjadi dalam diri manusia, selalu bersumber pada kesasaran.
Metode yang dipakai dalam strukturalisme ialah metode
instropektif. Metode introspeksi ialah orang yang menjalani percobaan diminta
untuk menceritakan kembali pengalamannya atau perasaannya setelah ia melakukan
suatu eksperimen. Sensasi seperti manis, pahit, dingin dapat diidentifikasi
memakai introspeksi.
Menurut Jean Piaget,
strukturalisme itu sulit dikenali karena mencakup bentuk-bentuk yang beragam
sehingga sulit menampilkan sifat umum dan karena “struktur-struktur” yang
dirujuk memperoleh arti yang cenderung berbeda-beda.Struktrur adalah sistem
transformasi yang mengandung kaidah sebagai sistem dan yang melindungi diri
atau memprkaya diri melalui peran tranformasi-t ranformasinya ,tanpa krluar
dari batas-batasnya atau menyebabkan masuknya unsur-unsur luar. Piaget
menyebutkan tiga sifat yang dimaksud dalam sebuah struktur , yakni: totalitas,
transformasi, dan pengaturan diri. Sebuh struktur kata Piaget, harus
dilihat sebagai sesuatu totalitas,
meskipun terdiri atas sejumlah unsur, struktur unsur-unsur itu berkaitan satu
sama lain dalam sebuah kesatuan. Dilihat secara hierarkis, sebuah struktur
terdiri atas sejumlah sub struktur yang terikat oleh struktur yang lebih besar.
Dengan demikian, pengertian struktur tidak terbatas pada konsep terstruktur,
tetapi sekaligus juga mencakup pengertian prases menstruktur. Pengertian
transformasi pada dasarnya sejalan dengan konsep tata bahasa
generatif-transformasional Chomsky. Sifat yang dinamis ini berkaitan dengan
kaidah otoregulasi yang ada pada sebuah strutur.
Tokoh strukturalisme lain adalah Edward Bradford
Titcherner(1867-1927). Titcherener merupakan orang Inggris yang pertama yang
mewakili pandangan-pandangan psikologi Jerman (Wundt) sebagai murid Wundt, ia
menerjemahkan beberapa buku Wundt dalam bahasa inggris. Setelah belajar di
Leipzig, Titchener ingin kembali ke Oxford, namun ditolak, karena psikologi di
Inggris tidak sejalan dengan Wundt. Oleh karena itu,ia pergi ke Cornell
University di Amerika Serikat, dan sebagai guru besar, ia mengembangkan
strukturalisme di Amerika Serikat dari universitas tersebut.
2.
Fungsionalisme
Aliran fungsionalisme merupakan aliran psikologi yang
pernah sangat dominan pada masanya, dan merupakan hal penting yang patut
dibahas dalam mempelajari psikologi. Pendekatan fungsionalisme berlawanan
dengan pendahulunya, yaitu strukturalisme. Aliran fungsionalisme juga keluar
dari pragmatism sebagai sebuah filsafat. Aliran fungsionalisme berbeda dengan
psikoanalisa, maupun psikologi analytis, yang berpusat kepada seorang tokoh.
Fungsionalisme memiliki macam-macam tokoh antara lain Willian James, John
Dewey, J.R.Anggell dan James Mc.Keen Cattell.
Fungsionalisme adalah orientasi dalam psikologi yang
menekankan pada proses mental dan menghargai manfaat psikologi serta
mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia
dan lingkungannya. Maksudnya, Fungsionalisme memandang bahwa masyarakat adalah
sebuah sistem dari beberapa bagian yang saling berhubungan satu sama lain dan
tak bisa dipahami secara terpisah.
Fungsionalisme adalah sebuah studi tentang operasi mental,
mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia
dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan
pikiran and perilaku. Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan
lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental,
persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis. Fungsionalisme
lebih menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena
mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan
yang dimainkannya dalam kehidupan. Fungsionalisme juga memandang bahwa
psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme)
tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi.
Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang
yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk penyesuaian
diri psikis dan sosial.
Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi yang
menyatakan bahwa pikiran, proses mental, peresepsi indrawi, dan emeosi adalah
adaptasi organisme biologis. Drevere (1988) menyebutkan fungsionalisme sebagai
suatu jenis psikologi yang menggaris
bawahi fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau
berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang
dimainkannya dalam kehidupan organisme itu, dan bukan menggabarkan atau
menganalisis fakta-fakta pengalaman atau kelakuan atau suatu psikologi yang
mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis, dan bukan dari sudut
pandang statis. Aliran psikologi ini pada intinya merupakan doktrin bahwa
proses atau keadaan sadar seperti kehendak bebas, berfikir, beremosi,
memersepsi, dan menginderai adalah aktivitas-aktivitas atu operasi-operasi dari
sebuah organisme dalam kesaling hubungan fisik dengan sebuah lingkungan fisik
dan tidak dapat diberi eksistensi yang penting. Yang menjadi minat aliran fungsionalisme
adalah tujuan dari suatu aktivitas. Tokoh aliran ini adalah Wiliam James, James
R. Angel, dan John Dewey.
Willliam James (1842-1910) Menurut James, psikologi
tifdak dapat membuktikan bebasnya kemauan. Bila pikologi bekerja sama dengan
determinisme, dapatlah ia melokalisasi sesuatu “pilihan bebas’. Akan tetapi,
psikologi tidak dapat mengunakan konsep itu begitu saja, karena konsep itu
(determinisme)adalah hipotesis yang bbekerja di belakang sains dan merupakan
bagian dari pengetahuan agama. Karya psikologi yang di anggap pionir yanhg
terbit pada tahun 1890, prinsiple of psvchologi.Selama tahun 1890-an, ia
menerbitkan banyak tulisan yang bercorak pragmatis dan karya psikologi yang
memusatkan perhatian pada pahamnya itu. Dengan penekanan pada peranan
fungsional pada kesasaran, James merasa bahwa mwtode interupeksi dari
strukrturalisme terlalu membatasi, untuk mengetahui bagaai mana organisme
beradaptasi dengan lingkungannya, pendukung fungsionalis berpendapat bahwa data
yang berasal dari interopeksi harus dilengkapi dengan observasi perilaku
aktual, termasuk penelitian perilaku, jadi, fungsionslisme memperluas lingkup
psikologi dengan mencakup prilaku sebagai variabel dependen. Namun, bersama
dengan strukturalisme, fungsionalisme masih menganggap psikologi sevagai ilmu
pengetahuan pengalaman sadar dan metode penelitian utama sebagai interopeksi.
James Rowland Angell (1869-1949) Dia menjelaskan
tiga macam pandangannya terhadap fuingsionalisme:
Fungsionalisme
adalah psikologi tentang mental operation sebagai lawan dari psikologi tentang
elemen-elemen mental (elementisme), Fungsionalisme adalah psikologi tentang
kegunaan dasar dari kesadaran, yang jiwa merupakan perantara antara
kebutuhan-kebutuhan organisme dan lingkungannya, khususnya dalam keadaan “emergency”
(teori “emergancy” dari kesadaran).
Fungsionalisme adalah psikofisik, yaitu psikologi tentang
keseluruhan organisme yang terdiri atas jiwa dan badan. Oleh karena itu, ia
menyangkut juga hal-hal yang dibalik kesadaran, seperti kebiasaan, tingkah laku
yang setengah disadari, dan sebagainya.
John Dewey (1859-1952) Sebagai seorang ahli filsafat,
pandangan-pandangan psikologi Dewey banyak dipengaruhi ahli filsafat. Ia
merupakan orang pertama yang meulis buku karangan asli mangenai psikologi dalam bahasa inggris (bukan
terjemahan dari bahasa Jerman) pandangan filsafat adalah “Manusia yang berfikir
tentang perubahan”. Ia menentang pendapat bahwa manusia sebaiknya pasif dan
membiarkan segala sesuatu di sekitarnya sebagai mana adanya. Yang penting ubtuk
digaris bawahi disini adalah baik aliran strukturalisme maupun fungsionalisme
keduanya memiliki peranan penting dalam perkambangan psikologi awal.Karena
masing-masing sudut pandangan memberikan pendekatan terhadap psikologi, dua
aliran itu dianggap sebagai naliran psikologi yang berkompetisi.
3.
Behaviourisme
Behaviorisme muncul sebagai kritik lebih lanjut dari
strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan studi ilmiah dari Rusia,
aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari fungsionalisme. Behaviorisme
secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang tidak nyata sebagai obyek studi
dari psikologi, dan membatasi diri pada studi tentang perilaku yang nyata.
Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan penguraian jiwa ke dalam
elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism. Berarti juga behaviorisme
sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang masih mengakui adanya jiwa
dan masih memfokuskan diri pada proses-proses mental.
Peletak dasar aliran ini adalah Ivan Pavlov (1849-1936) dan William Mc Dougall
(1871-1938). Teorinya yang terkenal adalah mengenai insting. Menurutnya insting
adalah kecenderungan bertingkah laku dalam situasi tertentu sebagai hasil
pembawaan sejak lahir dan tidak dipelajari sebelumnya. Setelah eksperimen yang
dilakukan oleh Pavlov, maka muncullah pendapat-pendapat yang kemudian muncul
sebagai aliran behaviourisme. Inti dari aliran ini adalah asumsi bahwa jiwa
bukan materi sehingga tidak dapat diteliti secara langsung. Penelitian
difokuskan pada tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku merupakan wujud
dari kejiwaan manusia maupun hewan lainnya.
Aliran behaviourisme memiliki 6 pandangan utama mengenai
fundamentalnya perilaku. Pandangan-pandangan tersebut adalah sebagai berikut :
Tingkah laku manusia atau hewan merupakan realitas dari
jiwa yang abstrak yang bermakna dan data diukur secara ilmiah dengan pendekatan
alamiah.
Psikologi
adalah ilmu yang mengkaji sesuatu yang objektif, empiris, dan realistis. Oleh
karena itu segala hal yang keluar dari karakteristik ilmiah, tingkah laku yang
metafisik tanpa bentuk dan wujud tidak dapat diteliti, seperti tentang
kesadaran yang artinya abstrak. Kesadaran dalam bentuk fisikal saja yang dapat
dianalisis dan ditemukan unsure-unsur strukturnya.
Penelitian terhadap tingkah laku merupakan subject matter
yang dikaji psikologi sebagaimana dianjurkan oleh John B. Watson, yang pada awal tahun 1900 berpedapat bahwa
tingkah laku merupakan satu-satunya hal yang dapat diteliti dalam psikologi. Faktor-faktor
eksternal dalam konteks behaviourisme merupakan rangsangan yang dapat
diikutsertakan, tetapi bukan merupakan tingkah laku yang sejatinya.
Jiwa dalam arti yang sesungguhnya adalah insting. Kesadaran
substansial yang menjadi rumukan utama adanya tingkah laku yang sebenarnya.
Sebab, semua bentuk tingkah laku yang meskipun sudah dirangsang oleh pengaruh
eksternal tetap harus dikembalikan pada sifat bawaannya hang semua.
Melalui
penelitian B.F. Skinner, berbagai stimulasi yang memuncuclkan adanya respons
dalam bentuk tingkah laku dipelajari oleh psikologi, sedangkan bentuk upaya dan
modifikasi untuk mempertahankan tingkah laku bukan merupakan kajian psikologi
karena semuanya merupakan pengaruh eksternal terhadap tingkah laku yang
sesungguhnya.
Beberapa
tokoh behaviourisme yang terkenal adalah:
a. John B. Watson (1878-1958). Watson merupakan ahli matematika dan
filsafat dari Univesrsitas Chicago. Ia merupakan direktur laboratorium di John
Hopkins University. Teorinya yang terkenal adalah teori tentang
Stimulus-Respon. Stimulus adalah semua objek di lingkusan termasuk perubahan
jarring-jaring tubuh. Respon adalah apapun yang dilakukan sebagai jawaban
terhadap stimulus mulai dari tingkat sederhana hingga tingkat tinggi.
b. B.F. Skinner (1904-1990). Pandangan-pandangan Skinner diterbitkan dalam karyanya The Behaviour of
Organism dan kemudian di detailkan dalam Science and Human Behaviour . salah
satu pandangan pentingnya mengenai aliran behaviourisme adalah asumsinya
mengenai perilaku. Perilaku yang muncul diperkuat oleh adanya positibe
reinforcers (penguatan positif) dan ketiadaan negative reinforcerrs (penguatan
negative) penguatan positif adalah meningkatnya respons karena adanya stimulus
yang dibutuhkan dan sangat menyenangkan, sedangkan penguatan negative adalah
peningkatan tingkah laku dalam menghindarkan kemudaratan.
4.
Psikoanalisis
Aliran psikoanalisis muncul pada tahun 1900 sebagai upaya
memperdalam pandangan-pandangan psikologis dan mengkaitkannya melalui berbagai
kemajuan dalam bidang kedokteran.Tokoh yang disebut sebagai bapak psikoanalisis
adalah Sigmun Freud.Freud lahir tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg Moravia. Freud
berusaha meredksi psikologi menjadi kedalam neurologi karena pada dasarnya ia
adalah seorang ahli saraf.
Teori dasar dari sigmun adalah ide tentang alam sadar
(conscious mind) versus alam bawah sadar (unconscious mind). Alam sadar
merupakan apa yang seseorang sadari pada saat-saat tertentu, pengindraan
langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, perasaan yang anda miliki. Hal yang
berkaitan erat dengan alam sadar adalah alam pra-sadar, yaitu apa yang disebut
saat ini dengan “kenangan yang sudah tersedia” (available memory), yaitu segala
sesuatu yang dengan mudah data dipanggil kea lam sadar, kenang-kenangan yang
walaupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat dengan mudah diapanggil lagi.
Menurut Freud keduanya adalah bagian
terkecil dari fikiran.
Adapun bagian terbesar dari pikiran adalah alam bawah sadar
(unsconscious mind).Bagian ini mencakup segala sesuatu yang sangat sulit dibawa
kealam sadar, termasuk segala sesuatu yang memang asalnya dari alam bawah sadar
seperti nafsu dan insting. Freud berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah
sumber dari motivasi dan dorongan yang ada dalam diri kita, apakah itu hasrat
yang sederhana seperti makanan atau seks, atau motif-motif yang mendorong
seniman atau ilmuwan berkarya.
Konsep lain dari freud adalah struktur kepribadian.
Struktur kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu :Id, Ego, Superego,
masing-masing merupakan tahapan-tahapan kepribadian dan masing-masing juga
memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Id merupakan Struktur kepribadian
yang paling mendasar, hanya berdasarkan dorongan nafsu atau kenikmatan
belaka.Ego adalah pikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan (reality
principle) yang memuaskan dorongan id menurut cara-cara yang dapat diterima
masyarakat atau sebagai kepribadian yang mengontrol kesadaran. Superego
merupakan Kesdaran tertinggi manusia, terbentuk melalui proses identifikasi
dalam nilai-nilai moral dan beroperasi menurut prinsip moral.
Tokoh lain dari psikoanalisis adalah Alfred Adler
(1870-1937). Ia merupakan seorang dokter mata lulusan Universitas Wina (1895),
kemudian ia menekuni bidang psikiatri dan menjadi psikiater. Teori-teorinya
adalah sebagai berikut :
Teori tentang inferioritas universa. Setiap manusia akan melakukan
upaya menyesuaikan diri dengan kelemahan yang dimilikinya melalui berbagai
bentuk perilaku konvensional sebagai cara mengatasi kelemahannya.
Teori
tentang striving for superiority, yaitu motivasi bawaan yang menggerakkan
manusia untuk bertahan hiduo dan mengembangkan diri.
Tokoh lainnya adalah Carl Gustav Jung (1875-1961).Ia adalah
seorang psikiater yang keluar dari sekolah psikoanalisis Freud. Ia
mengklasifikasi karakteristik kepribadian menjadi 2 yaitu introvert dan
ekstravert. Kepribadian introvert
merujuk pada sebuah kecenderungan untuk mengutamakan dunia dalam pada diri
seseorang. Aspek-aspekyang lebih jelas dari introversi adalah malu, tidak suka
pada fungsi-fungsi sosial, dan menyukai privasi. Sedangkan kepribadian
ekstravert merujuk pada kecenderungan untuk melihat dunia luar, khususnya orang
lain demi kesenangan diri. Orang dengan karakteristik ekstravert biasanya mudah
bersahabat dan menikmati aktivitas sosial, dan merasa tidak nyaman ketika
sendirian.
5.
Humanistik
Muncul sebagai kritik terhadap pandangan tentang manusia
yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala psikoanalisa. Oleh
karenanya sering disebut sebagai the third force (the first force is
behaviorism, the second force is psychoanalysis).
Prinsip utama:
a.
Memahami manusia sebagai suatu
totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi
manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun
ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh
daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan
hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
b.
Metode yang digunakan adalah life
history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul
keunikan individual.
c.
Mengakui pentingnya personal
freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung
sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi
potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi
menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia.
d.
Mind bersifat aktif, dinamis.
Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu,
terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia
yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia
mengekspresikan diri dan potensinya.
e.
Pandangan humanistic banyak
diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah
meningkatkan pemahaman diri.
Adapun tokoh humanistik ini yaitu:
a.
Carl Rogers (1902 –
1988)
Lahir di Illinois dan sejak
kecil menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama
Protestan. Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari
teologi, ia masuk Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak
tokoh psikologi mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D.
1. Rogers bekerja sebagai psikoterapis dan dari profesinya inilah ia
mengembangkan teori humanistiknya. Dalam konteks terapi, ia menemukan dan
mengembangkan teknik terapi yang dikenal sebagai Client-centered Therapy.
Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan
karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam
konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan,
saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai orang dewasa yang
dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas
terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya
dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Keseluruhan pengalaman eksternal dan internal psikologis individu
membentuk organisma. Organisma adalah kenyataan yang dihayati individu, dan
disebut sebagai subjective reality, unik dari satu individu ke individu
lainnya. Self (diri) berkembang dari organisma. Semakin koheren organisma dan
self, semakin sehat pribadi tersebut dan sebaliknya. Sebagaimana ahli
humanistic umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep
aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri
dan potensi individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia.
Aktualisasi diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal
dan menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
2. Abraham Maslow (1908-1970)
Maslow dikenal dengan teori motivasinya. Teori ini mengasumsikan bahwa
perkembangan psikologis manusia didorong oleh hirarki kebutuhannya, yaitu
physiological needs, safety needs, love & belonging needs, esteen needs,
dan selfactualization.
6.
GESTALT
Istilah gestalt berasal dari bahasa Jerman. dalam bahasa
inggris berarti form, shape, configuration, whole. Apabila diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia berarti, keseluruhan, esensi, totalitas, hal peristiwa dan
hakikat. Aliran ini dikembangkan di sekolah Berlin oleh tokoh-tokohnya seperti
M. Weitheimerm K. Koffka, dan W. Kohler. Aliran ini memandang yang utama
bukanlah elemen tetapi keseluruhan. Metode kerjanya adalah mengannalisis
unsur-unsur kejiwaan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak munfkin dianalisis
kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai suatu
keselurujan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih lebih dari sekedar
penjumlahan unsur-unsurnya.keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari
bagian-bagiannya dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna keseluruhan.
Artinya, makna gestalt bergantung pada unsur-unsurnya dan sebaliknya arti
unsure-unsur itu bergantung pula pada gestalt.
Guna menjelasakan secara mudah mengenai konsep gestalt ini,
Weitheimer menjelaskan bahwa apa yang sedang dilihat oleh seseorang
merupakan efek dari keseluruhan
peristiwa, yang tidak terkandung dalam total bagian-bagian itu. Seseorang yang
sedang melihat untaian lampu yang mengalir, sekalipun hanya melihat satu lampu
yang bersinar pada satu waktu, sebab keseluruhan peristiwa mengandung
hubungan-hubungan diantara masing-masing lampu yang kita alami juga.
Dalam hal persepsi, salah satu prinsip gesltalt adalah
hokum pragnanz. Pragnanz dalam bahasa jerman juga memiliki arti yang sama dalam
bahasa inggris pregnant yang berarti hamil. Hokum ini berkata bahwa kita pada
dasarnya digiring untuk mengalami segala hal yang sebagus mungkin dalam
pengertian gestalt. “bagus” bisa berarti banyak disini, seperti keteraturan,
ketertiban, kesederhanaan, simetri, dan seterusnya, yang kemudian merujuk pada
prinsip-prinsip gestalt yang spesifik.
Psikologi gestalt memandang keberadaam totalitas batiniah
yang mengorganisasi yang memposisikan totalitas sebagai sesuatu yang utama,
sedangkan elemen-elemen kejiwaan merupakan sesuatu yang sekunder.. lebih
lanjut, gejala-gejala psikis yang khusus menurut gestalt merupakan totalitas
dari seluruh keadaan psikis yang menentukan bangkitnya tenaga batiniah dalam
psikis manusia.
B.
METODE-METODE DALAM
PSIKOLOGI
Metode tertua yang digunakan dalam lapangan psikologi ialah Spekulasi.
Akan tetapi akibat perkembangan ilmu perkembangan pada umumnya dan psikologi
pada khususnya akhirnya metode ini ditinggalkan dan dirintislah metode baru yang
didasarkan atas pengalaman-pengalaman (Empiris). Pada dasarnya metode
penelitian dapat dibedakan atas 2 bagian
besar yaitu Metode Longitudinal dan Metode Crossectional.
1.
Metode Longitudinal
Metode ini merupakan
metode penelitian yang membutuhkan waktu yang relative lama untuk mencapai
suatu hasil penelitian. Dengan metode ini penelitian dilakukan hari demi hari,
bulan demi bulan bahkan mungkin tahun demi tahun. Karena itu apabila dilihat
dari segi perjalanan penelitisn ini adalah secara vertikal.
2.
Metode Cross-sectional
Merupakan suatu metode
penelitian yang tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama didalam melakukan
penelitian. Dengan metode ini dalam waktu yang relatif singkat dapat
disimpulkan bahan yang banyak. Jadi kalau dillihat dari jalannya metode ini
merupakan penelitian Horisontal.
Untuk lebih terperinci dapat di kemukakan metode-metode
yang digunakan dalam lapangan psikologi sebagai berikut:
a.
Metode Introspeksi
Introspeksi adalah Melihat kedalam (intro =
kedalam dan speksi <spectare> =melihat). Metode ini merupakan suatu
metode penelitian dengan melihat peristiwa-peristiwa kedalam dirinya sendiri.
b.
Metode Introspeksi eksperimental
Metode ini merupakan metode penggabungan
dari introspeksi dengan eksperimen. Dengan jalan eksperimen, maka sipat subjektivitas
dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode introspeksi murni hanya
dari penelitian yang menjadi objek. Tetapi pada introspeksi eksperimental
jumlah subjek banyak, yaitu orang orang yang dieksperimentasi itu.
c.
Metode Ekstropeksi
Artinya Melihat Keluar. Metode ini
dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode
introspeksi. Pada metode ekstropeksi subjek penelitian bukan dirinya sendiri
tetapi orang lain. Dengan demikian diharapkan adanya sipat yang objektif dalam
penelitian itu.
d.
Metode Kuesioner
Kuesioner sering pula disebut angket
merupakan metode penelitian dengan menggunakan saftar pertanyaan atau
pernyataan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek
dari penelitian tersebut.
e.
Metode Interview
Merupakan metode penelitian dengan
menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sevara lisan.
f.
Metode Biografi
Merupakan metode tulisan tentang
kehidupan seseorang yang merupakan riwayat hidup. Dalam biografi, orang
menguraikan tentang keadaan, sikap-sikap ataupun sifat-sifat lain mengenai
orang yang bersangkutan.
g.
Metode Analisis Karya
Merupakan suatu metode penelitian yang
dengan mengadakan analisis dari hasil karya.
h.
Metode Klinis
Metode ini mula-mula timbul dalam
lapangan klinik untuk mempelajari keadaan orang orang yang jiwanya terganggu
(abnormal)
i.
Metode Testing
Merupakan metode penelitian yang
menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas lain yang telah
distandarisasikan.
j.
Metode Statistik
Pada umumnya metode ini digunakan untuk mengadakan
penganalisisan terhadap materi atau data yang telah dikumpulkan dalam suatu
penelitian
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aliran-aliran psikologi dalam
menyikapi kejiwaan seseorang cenderung berbeda, seperti aliran strukturalisme
yang beranggapan bahwa psikologi merupakan pengalaman manusia yang dipelajari
dari sudut pandang pribadi yang mengalaminya. Sedangkan aliran fungsionalisme
menekankan kegiatan (proses) mental sebagai pokok persoalan yang sebenarnya
bagi psikologi, sebagai lawan dari psikologi struktural yang menekankan masalah
kesadaran. Lain lagi dengan aliran Gestalt yang menyatakan bahwa, persepsi
manusia terjadi secara menyeluruh bukan sepotong-sepotong atau parsial.
B. Kritik dan Saran
Demikianlah makalah ini penulis buat, Dan
apabila dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat kesalahan dan jauh dari
sempurna kami selaku penulis meminta kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan pembuatan makalah lain ke depannya. Manusia adalah makhluk yang
sering berbuat salah karena manusia tidak sempurna. Karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Atas saran perbaikan
makalah ini yang di berikan pembaca, maka penulis mengucapkan terima kasih
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Sarwono, S.W. Berkenalan
dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang,
2002.
Chaplin, J.P. Kamus
Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
King, L.A. Psikologi Umum: Sebuah Pandangan
Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih komentarnya :)