BAB I
PENDAHULUAN
Psikologi merupakan ilmu
pengetahuan yang mempelajari manusia dan hubungannya
dengan lingkungannya. Manusia sebagai objek material dalam
pembelajaran ilmu psikologi tentu memiliki kepribadian dan tingkah
laku yang berbeda satu dengan yang lainnya. Manusia memiliki
kecerdasan, akal pikiran, tingkah laku yang berbeda dari makhluk lainnya,
sehingga manusia merupakan makhluk yang sempurna baik fisik maupun mental.
Keunggulan manusia yang unik tersebut, menjadi objek pembelajaran
ilmu pengetahuan terutama ilmu psikologi.
Seiring dengan perkembangan zaman
dan berkembangnya rasa keingintahuan dalam memahami manusia, mulailah
bermunculan tokoh-tokoh beserta teori-teori dan aliran psikologi yang mendukung
penjelasan mengenai karakter, tingkah laku serta kejiwaan manusia. Serta metode
dalam mempelajarinya, utuk mengetahui lebih lanjut dapat kita ketahui dari
paparan makalah berikut.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Aliran Psikologi
1. Strukturalisme
Struktur adalah sistem
transformasi yang mengandung kaidah sebagai sistem (sebagai lawan dari sifat
unsur-unsur) dan yang melindungi diri atau memperkaya diri melalui peran
transformasi-transformasinya, tanpa keluar dari batas-batasnya atau menyebabkan
masuknya unsur-unsur luar.
Pada pertengahan abad ke-19,
yaitu pada awal berdirinya psikologi sebagai satu disiplin ilmu yang mandiri,
psikologi didominasi oleh gagasan serta usaha mempelajari elemen-elemen dasar
dari kehidupan mental orang dewasa normal, melalui penelitian dengan
menggunakan metode introspeksi. Pada masa itu, tercatat satu aliran psikologi
yang disebut psikologi strukturalisme.
Strukturalisme menekankan pada
pengalaman mental yang kompleks, yang terdiri atas keadaan-keadaan mental yang
sederhana, kesadaran dan proses pembentukannya.
Tujuan psikologi, menurut kaum
strukturalis adalah menyelidiki apa, bagaimana, dan mengapa terjadi pengalaman
dan kesadaran. Kaum strukturalis memecahkan masalah relasi kesadaran dengan
otak atau tubuh, dengan jalan menggunakan prinsip pararelisme psikofisikal,
yaitu satu bentuk dualisme di mana jiwa dan tubuh dianggap sebagai dua
substansi yang terpisah satu dari lain tanpa interaksi di antara keduanya;
tetapi pararel antara satu dengan lainnya sedemikian rupa, sehingga untuk
setiap kejadian di dalam kesadaran selalu akan terdapat peristiwa yang cocok
dan sesuai di dalam tubuh. Tokoh psikologi strukturalisme ini adalah Wilhelm
Wundt.
Wilhelm Wundt (1832-1920) pada
awalnya dikenal sebagai seorang sosiolog, filsuf, dan ahli hukum, yang
merupakan sarjana hukum dan sarjana kedokteran di Heidelberg, Tubingen dan
Berlin. Wilhelm Wundt merupakan orang pertama yang mendirikan laboratorium
psikologi di Leipzig, yang merupakan awal berdirinya psikologi sebagai ilmu
pengetahuan yang berdiri sendiri.
Wundt sangat dipengaruhi oleh 2
orang tokoh lain yang dianggap sebagai gurunya, yaitu Helmholtz dan J. P.
Muller, yang membantunya mengombinasikan filsafat dengan ilmu pasti, seperti
pada bukunya System of Philosophy (1884).
Penelitian utama yang dilakukan
oleh Wundt dan mahasiswanya memusatkan pada upaya untuk menemukan unsur-unsur
dasar, atau “struktur” proses-proses mental. Strukturalisme sendiri menyelidiki
struktur kejiwaan. Kemudian, sistematika psikologi dari Wundt mengalami
perkembangan dari masa ke masa:
a) 1860-an à Prasistematik
Persepsi dan perbedaan antara
perasaan (feeling) dan penginderaan (sensation) yang didasarkan pada doktrin
(unconscious inference).
b) 1874-1887 à Elementisme, Sensasionisme,
Assosiasionisme (Physiologische Psychologie).Mulai meninggalkan konsep-konsepunconscious
inference.
Jiwa merupakan elemen-elemen
penginderaan, perasaan dan sebagainya yang dihubungkan dengan asosiasi (konsep
yang dipinjam dari tokoh-tokoh Inggris).
c) 1896 à Fase Empirisme (Brundiss
der Psychologie)
Teori 3 dimensi dari perasaan (feeling), terdapat 3
pasang kutub perasaan, yaitu:
a.
Lust - Unlust = senang – tak senang (pleasantness – unpleasantness)
b.
Spannus – Losuns = tegang – tak tegang (strain – relaxation)
c.
Erreguns – Beruhigung = semangat – tenang (excitement – calm)
d) 1902-1903 à (Vilker Psychologie)
Konsep apersepsi bertambah
penting. Setiap rangsangan yang sampai ke indera manusia selalu dipersepsikan,
tetapi hanya yang secara aktif.Eksperimenter hanya dapat memberikan rangsang-rangsang
untuk dipersepsikan oleh orang percobaan. Dalam bukunya Volker
Psychologie The Higher Mental Processes, yaitu proses-proses mental
lebih tinggi dari penginderaan, perasaan, persepsi dan apersepsi.
2. Fungsionalisme
Fungsionalisme (Functional
Psychology) adalah aliran psikologi yang tumbuh di Amerika serikat yang
dipelopori oleh William James (sering disebut bapak psikologi Amerika Serikat).
Tokoh-tokoh lain juga terkenal yang dibagi dua kelompok yaitu Chicago (Chicago
School of Functionalism) didirikan John Dewey dan kelompok Columbia (Columbia
School of Functionalism) dengan tokohnya James McKeen Cattell).
Fungsionalisme merupakan reaksi
terhadap pandangan/ aliran strukturalisme tentang keadaan-keadaan mental.
Fungsionalisme adalah suatu tendensi dalam psikologi yang menyatakan bahwa
pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme
biologis sebagai suatu jenis psikologi yang menggaris bawahi fungsi-fungsi dan
bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan
fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan
organisme itu, dan bukan menggambarkan atau menganalisis fakta-fakta pengalaman
atau kelakuan yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis, dan
bukan dari sudut pandang statis.
Apa pun rumusan tentang
fungsionalisme, aliran psikologi ini pada intinya merupakan doktrin bahwa
proses atau keadaan sadar seperti kehendak bebas, berpikir, beremosi,
memersepsi, dan mengindrai adalah aktivitas atau operasi dari sebuah organisme
dalam kesalinghubungan fisik dengan sebuah lingkungan fisik. Aktivitas ini
memudahkan kontrol organisme, daya tahan hidup, adaptasi, keterikatan atau
penarikan diri, pengenalan, pengarahan, dan lain-lain. Seluruh organisme dapat
dianalisis sebagai sebuah sistem umpan balik dan stimulus
respons. Fungsionalisme merupakan paham yang tumbuh di Amerika Serikat
dengan sifat-sifat bangsa Amerika yang serba praktis dan pragmatis.
Strukturalisme, di lain pihak, tumbuh di Jerman, di tengah-tengah bangsa yang
terkenal dengan keahliannya dalam berfilsafat dan berteori. Dengan sendirinya,
perbedaan latar belakang ini menimbulkan berbagai perbedaan dalam pandangan
antara kedua aliran ini (Dirgagunarsa, 1996:56).
Aliran fungsionalisme ini
mempelajari fungsi dan tingkah laku atau proses mental, bukan hanya mempelajari
struktural. Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai
metode observasi tingkah laku dan intropeksi .
pandanganya terhadap
fungsionalisme yaitu:
1. Fungsionalisme adalah psikologi
tentang “mental operation’’ (aktivitas bekerjanya jiwa),
sebagai lawan terhadap psikologi tentang elemen-elemen mental.
2. Fungsionalisme adalah psikologi
tentang kegunaan-kegunaan dasar dari kesadaran, dimana jiwa (mind) merupakan
perantara antara lingkungan dan kebutuhan-kebutuhan organisme. Untuk keadaan
biasa yang tidak emergensi (darurat), berfungsi kebiasaan (habit).
3. Fungsionalisme adalah psikofisik,
yaitu psikologi tentang keseluran organisme yang terdiri dari badan dan jiwa.
Ia mempelajari juga hal-hal diluar kesadaran, misalnya kebiasaan (habit) dan
setengah sadar(half consciousness)
3. Behaviourisme
Behaviorisme muncul sebagai
kritik lebih lanjut dari strukturalisme Wundt. Meskipun didasari pandangan dan
studi ilmiah dari Rusia, aliran ini berkembang di AS, merupakan lanjutan dari
fungsionalisme. Behaviorisme secara keras menolak unsur-unsur kesadaran yang
tidak nyata sebagai obyek studi dari psikologi, dan membatasi diri pada studi
tentang perilaku yang nyata. Dengan demikian, Behaviorisme tidak setuju dengan
penguraian jiwa ke dalam elemen seperti yang dipercayai oleh strukturalism.
Berarti juga behaviorisme sudah melangkah lebih jauh dari fungsionalisme yang
masih mengakui adanya jiwa dan masih memfokuskan diri pada proses-proses
mental.
Peletak dasar aliran ini adalah
Ivan Pavlov (1849-1936) dan William Mc Dougall (1871-1938). Teorinya yang
terkenal adalah mengenai insting. Menurutnya insting adalah kecenderungan
bertingkah laku dalam situasi tertentu sebagai hasil pembawaan sejak lahir dan
tidak dipelajari sebelumnya. Setelah eksperimen yang dilakukan oleh Pavlov,
maka muncullah pendapat-pendapat yang kemudian muncul sebagai aliran
behaviourisme. Inti dari aliran ini adalah asumsi bahwa jiwa bukan materi
sehingga tidak dapat diteliti secara langsung. Penelitian difokuskan pada
tingkah laku dengan asumsi bahwa tingkah laku merupakan wujud dari kejiwaan
manusia maupun hewan lainnya.
Aliran behaviourisme memiliki 6
pandangan utama mengenai fundamentalnya perilaku. Pandangan-pandangan tersebut
adalah sebagai berikut :
1. Tingkah laku manusia atau hewan
merupakan realitas dari jiwa yang abstrak yang bermakna dan data diukur secara
ilmiah dengan pendekatan alamiah.
2. Psikologi adalah ilmu yang mengkaji
sesuatu yang objektif, empiris, dan realistis. Oleh karena itu segala hal yang
keluar dari karakteristik ilmiah, tingkah laku yang metafisik tanpa bentuk dan
wujud tidak dapat diteliti, seperti tentang kesadaran yang artinya abstrak.
Kesadaran dalam bentuk fisikal saja yang dapat dianalisis dan ditemukan
unsure-unsur strukturnya.
3. Penelitian terhadap tingkah laku
merupakan subject matter yang dikaji psikologi sebagaimana dianjurkan oleh John
B. Watson, yang pada awal tahun 1900 berpedapat bahwa tingkah
laku merupakan satu-satunya hal yang dapat diteliti dalam psikologi.
4. Faktor-faktor eksternal dalam
konteks behaviourisme merupakan rangsangan yang dapat diikutsertakan, tetapi
bukan merupakan tingkah laku yang sejatinya.
5. Jiwa dalam arti yang sesungguhnya
adalah insting. Kesadaran substansial yang menjadi rumukan utama adanya tingkah
laku yang sebenarnya. Sebab, semua bentuk tingkah laku yang meskipun sudah
dirangsang oleh pengaruh eksternal tetap harus dikembalikan pada sifat bawaannya
hang semua.
6. Melalui penelitian B.F. Skinner,
berbagai stimulasi yang memuncuclkan adanya respons dalam bentuk tingkah laku
dipelajari oleh psikologi, sedangkan bentuk upaya dan modifikasi untuk
mempertahankan tingkah laku bukan merupakan kajian psikologi karena semuanya
merupakan pengaruh eksternal terhadap tingkah laku yang sesungguhnya.
Beberapa tokoh behaviourismeyang
terkenal adalah:
1. John B. Watson (1878-1958).
Watson merupakan ahli matematika dan filsafat dari Univesrsitas Chicago. Ia
merupakan direktur laboratorium di John Hopkins University. Teorinya yang
terkenal adalah teori tentang Stimulus-Respon. Stimulus adalah semua objek di
lingkusan termasuk perubahan jarring-jaring tubuh. Respon adalah apapun yang
dilakukan sebagai jawaban terhadap stimulus mulai dari tingkat sederhana hingga
tingkat tinggi.
2. B.F. Skinner (1904-1990).
Pandangan-pandangan Skinner diterbitkan dalam karyanya The Behaviour of
Organism dan kemudian di detailkan dalam Science and Human Behaviour . salah
satu pandangan pentingnya mengenai aliran behaviourisme adalah asumsinya
mengenai perilaku. Perilaku yang muncul diperkuat oleh adanya positibe
reinforcers (penguatan positif) dan ketiadaan negative reinforcerrs (penguatan
negative) penguatan positif adalah meningkatnya respons karena adanya stimulus
yang dibutuhkan dan sangat menyenangkan, sedangkan penguatan negative adalah
peningkatan tingkah laku dalam menghindarkan kemudaratan.
4. Psikoanalisis.
Aliran psikoanalisis muncul pada
tahun 1900 sebagai upaya memperdalam pandangan-pandangan psikologis dan
mengkaitkannya melalui berbagai kemajuan dalam bidang kedokteran.Tokoh yang
disebut sebagai bapak psikoanalisis adalah Sigmun Freud.Freud lahir tanggal 6
Mei 1856 di Freiberg Moravia. Freud berusaha meredksi psikologi menjadi kedalam
neurologi karena pada dasarnya ia adalah seorang ahli saraf.
Teori dasar dari sigmun adalah
ide tentang alam sadar (conscious mind) versus alam bawah sadar (unconscious
mind). Alam sadar merupakan apa yang seseorang sadari pada saat-saat tertentu,
pengindraan langsung, ingatan, pemikiran, fantasi, perasaan yang anda miliki.
Hal yang berkaitan erat dengan alam sadar adalah alam pra-sadar, yaitu apa yang
disebut saat ini dengan “kenangan yang sudah tersedia” (available memory),
yaitu segala sesuatu yang dengan mudah data dipanggil kea lam sadar,
kenang-kenangan yang walaupun tidak anda ingat waktu berpikir, tapi dapat
dengan mudah diapanggil lagi. Menurut Freud keduanya adalah bagian
terkecil dari fikiran.
Adapun bagian terbesar dari
pikiran adalah alam bawah sadar (unsconscious mind).Bagian ini mencakup segala
sesuatu yang sangat sulit dibawa kealam sadar, termasuk segala sesuatu yang
memang asalnya dari alam bawah sadar seperti nafsu dan insting. Freud
berpendapat bahwa alam bawah sadar adalah sumber dari motivasi dan dorongan
yang ada dalam diri kita, apakah itu hasrat yang sederhana seperti makanan atau
seks, atau motif-motif yang mendorong seniman atau ilmuwan berkarya.
Konsep lain dari freud adalah
struktur kepribadian. Struktur kepribadian dibagi menjadi tiga yaitu :Id, Ego,
Superego, masing-masing merupakan tahapan-tahapan kepribadian dan masing-masing
juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Id merupakan Struktur
kepribadian yang paling mendasar, hanya berdasarkan dorongan nafsu atau
kenikmatan belaka.Ego adalah pikiran yang beroperasi menurut prinsip kenyataan
(reality principle) yang memuaskan dorongan id menurut cara-cara yang dapat
diterima masyarakat atau sebagai kepribadian yang mengontrol kesadaran. Superego
merupakan Kesdaran tertinggi manusia, terbentuk melalui proses identifikasi
dalam nilai-nilai moral dan beroperasi menurut prinsip moral.
Tokoh lain dari psikoanalisis
adalah Alfred Adler (1870-1937). Ia merupakan seorang dokter mata lulusan
Universitas Wina (1895), kemudian ia menekuni bidang psikiatri dan menjadi
psikiater. Teori-teorinya adalah sebagai berikut :
1. Teori tentang inferioritas
universa. Setiap manusia akan melakukan upaya menyesuaikan diri dengan
kelemahan yang dimilikinya melalui berbagai bentuk perilaku konvensional
sebagai cara mengatasi kelemahannya.
2. Teori tentang striving for
superiority, yaitu motivasi bawaan yang menggerakkan manusia untuk bertahan
hiduo dan mengembangkan diri.
Tokoh lainnya adalah Carl Gustav
Jung (1875-1961).Ia adalah seorang psikiater yang keluar dari sekolah
psikoanalisis Freud. Ia mengklasifikasi karakteristik kepribadian menjadi 2
yaitu introvert dan ekstravert. Kepribadian introvert merujuk pada sebuah
kecenderungan untuk mengutamakan dunia dalam pada diri seseorang.
Aspek-aspekyang lebih jelas dari introversi adalah malu, tidak suka pada
fungsi-fungsi sosial, dan menyukai privasi. Sedangkan kepribadian ekstravert
merujuk pada kecenderungan untuk melihat dunia luar, khususnya orang lain demi
kesenangan diri. Orang dengan karakteristik ekstravert biasanya mudah
bersahabat dan menikmati aktivitas sosial, dan merasa tidak nyaman ketika
sendirian.
5. Humanistik
Muncul sebagai kritik terhadap
pandangan tentang manusia yang mekanistik ala behaviorisme dan pesimistik ala
psikoanalisa. Oleh karenanya sering disebut sebagai the third force (the first
force is behaviorism, the second force is psychoanalysis).
Prinsip utama:
1. Memahami manusia sebagai suatu
totalitas. Oleh karenanya sangat tidak setuju dengan usaha untuk mereduksi
manusia, baik ke dalam formula S-R yang sempit dan kaku (behaviorisme) ataupun
ke dalam proses fisiologis yang mekanistis. Manusia harus berkembang lebih jauh
daripada sekedar memenuhi kebutuhan fisik, manusia harus mampu mengembangkan
hal-hal non fisik, misalnya nilai ataupun sikap.
2. Metode yang digunakan adalah life
history, berusaha memahami manusia dari sejarah hidupnya sehingga muncul
keunikan individual.
3. Mengakui pentingnya personal
freedom dan responsibility dalam proses pengambilan keputusan yang berlangsung
sepanjang hidup. Tujuan hidup manusia adalah berkembang, berusaha memenuhi
potensinya dan mencapai aktualitas diri. Dalam hal ini intensi dan eksistensi
menjadi penting. Intensi yang menentukan eksistensi manusia.
4. Mind bersifat aktif, dinamis.
Melalui mind, manusia mengekspresikan keunikan kemampuannya sebagai individu,
terwujud dalam aspek kognisi, willing, dan judgement. Kemampuan khas manusia
yang sangat dihargai adalah kreativitas. Melalui kreativitasnya, manusia
mengekspresikan diri dan potensinya.
5. Pandangan humanistic banyak
diterapkan dalam bidang psikoterapi dan konseling. Tujuannya adalah
meningkatkan pemahaman diri.
Tokoh- tokoh aliran humanistic,
yaitu:
1. Carl Rogers (1902 –
1988)
Lahir di Illinois dan sejak kecil
menerima penanaman yang ketat mengenai kerja keras dan nilai agama Protestan.
Kelak kedua hal ini mewarnai teori-teorinya. Setelah mempelajari teologi, ia
masuk Teacher’s College di Columbia Uni, dimana banyak tokoh
psikologi mengajar. Di Columbia Uni ia meraih gelar Ph.D.
Rogers bekerja sebagai
psikoterapis dan dari profesinya inilah ia mengembangkan teori humanistiknya.
Dalam konteks terapi, ia menemukan dan mengembangkan teknik terapi yang dikenal
sebagai Client-centered Therapy. Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu,
teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara
terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan
terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan
diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan
bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien
mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi
bagi dirinya sendiri.
Sebagaimana ahli humanistic
umumnya, Rogers mendasarkan teori dinamika kepribadian pada konsep aktualisasi
diri. Aktualisasi diri adalah daya yang mendorong pengembangan diri dan potensi
individu, sifatnya bawaan dan sudah menjadi ciri seluruh manusia. Aktualisasi
diri yang mendorong manusia sampai kepada pengembangan yang optimal dan
menghasilkan ciri unik manusia seperti kreativitas, inovasi, dan lain-lain.
2. Abraham Maslow (1908-1970)
Maslow dikenal dengan teori
motivasinya. Teori ini mengasumsikan bahwa perkembangan psikologis manusia
didorong oleh hirarki kebutuhannya, yaitu physiological needs, safety needs,
love & belonging needs, esteen needs, dan selfactualization.
6. Gestalt.
Istilah gestalt berasal dari
bahasa Jerman. dalam bahasa inggris berarti form, shape, configuration, whole.
Apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti, keseluruhan, esensi,
totalitas, hal peristiwa dan hakikat. Aliran ini dikembangkan di sekolah Berlin
oleh tokoh-tokohnya seperti M. Weitheimerm K. Koffka, dan W. Kohler. Aliran ini
memandang yang utama bukanlah elemen tetapi keseluruhan. Metode kerjanya adalah
mengannalisis unsur-unsur kejiwaan. Kesadaran dan jiwa manusia tidak munfkin
dianalisis kedalam elemen-elemen. Gejala kejiwaan harus dipelajari sebagai
suatu keselurujan atau totalitas. Keseluruhan adalah lebih lebih dari sekedar
penjumlahan unsur-unsurnya.keseluruhan itu lebih dahulu ditanggapi dari
bagian-bagiannya dan bagian-bagian itu harus memperoleh makna keseluruhan.
Artinya, makna gestalt bergantung pada unsur-unsurnya dan sebaliknya arti
unsure-unsur itu bergantung pula pada gestalt.
Guna menjelasakan secara mudah
mengenai konsep gestalt ini, Weitheimer menjelaskan bahwa apa yang sedang dilihat
oleh seseorang merupakan efek dari keseluruhan peristiwa, yang tidak
terkandung dalam total bagian-bagian itu. Seseorang yang sedang melihat untaian
lampu yang mengalir, sekalipun hanya melihat satu lampu yang bersinar pada satu
waktu, sebab keseluruhan peristiwa mengandung hubungan-hubungan diantara
masing-masing lampu yang kita alami juga.
Dalam hal persepsi, salah satu
prinsip gesltalt adalah hokum pragnanz. Pragnanz dalam bahasa jerman juga
memiliki arti yang sama dalam bahasa inggris pregnant yang berarti hamil. Hokum
ini berkata bahwa kita pada dasarnya digiring untuk mengalami segala hal yang
sebagus mungkin dalam pengertian gestalt. “bagus” bisa berarti banyak disini,
seperti keteraturan, ketertiban, kesederhanaan, simetri, dan seterusnya, yang kemudian
merujuk pada prinsip-prinsip gestalt yang spesifik.
Psikologi gestalt memandang
keberadaam totalitas batiniah yang mengorganisasi yang memposisikan totalitas
sebagai sesuatu yang utama, sedangkan elemen-elemen kejiwaan merupakan sesuatu
yang sekunder.. lebih lanjut, gejala-gejala psikis yang khusus menurut gestalt
merupakan totalitas dari seluruh keadaan psikis yang menentukan bangkitnya
tenaga batiniah dalam psikis manusia.
B. Metode-Metode Dalam Psikologi
Metode tertua yang
digunakan dalam lapangan psikologi ialah Spekulasi. Akan tetapi akibat
perkembangan ilmu perkembangan pada umumnya dan psikologi pada khususnya
akhirnya metode ini ditinggalkan dan dirintislah metode baru yang didasarkan
atas pengalaman-pengalaman (Empiris). Pada dasarnya metode penelitian dapat
dibedakan atas 2 bagian besar yaitu Metode Longitudinal dan
Metode Crossectional.
1. Metode Longitudinal
Metode ini merupakan metode
penelitian yang membutuhkan waktu yang relative lama untuk mencapai suatu hasil
penelitian. Dengan metode ini penelitian dilakukan hari demi hari, bulan demi
bulan bahkan mungkin tahun demi tahun. Karena itu apabila dilihat dari segi
perjalanan penelitisn ini adalah secara vertikal.
2. Metode Cross-sectional.
merupakan suatu metode penelitian
yang tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama didalam melakukan penelitian.
Dengan metode ini dalam waktu yang relatif singkat dapat disimpulkan bahan yang
banyak. Jadi kalau dillihat dari jalannya metode ini merupakan penelitian
Horisontal.
Untuk lebih terperinci dapat di
kemukakan metode-metode yang digunakan dalam lapangan psikologi sebagai
berikut:
1. Metode Introspeksi
Introspeksi adalah Melihat
kedalam (intro = kedalam dan speksi <spectare> =melihat).
Metode ini merupakan suatu metode penelitian dengan melihat peristiwa-peristiwa
kedalam dirinya sendiri.
2. Metode Introspeksi eksperimental
Metode ini merupakan metode
penggabungan dari introspeksi dengan eksperimen. Dengan jalan eksperimen, maka
sipat subjektivitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode
introspeksi murni hanya dari penelitian yang menjadi objek. Tetapi pada
introspeksi eksperimental jumlah subjek banyak, yaitu orang orang yang
dieksperimentasi itu.
3. Metode Ekstropeksi
Artinya Melihat Keluar. Metode
ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat pada metode
introspeksi. Pada metode ekstropeksi subjek penelitian bukan dirinya sendiri
tetapi orang lain. Dengan demikian diharapkan adanya sipat yang objektif dalam
penelitian itu.
4. Metode Kuesioner.
Kuesioner sering pula disebut
angket merupakan metode penelitian dengan menggunakan saftar pertanyaan atau
pernyataan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang yang menjadi subjek
dari penelitian tersebut
5. Metode Interview
Merupakan metode penelitian
dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan sevara lisan.
6. Metode Biografi
Merupakan metode tulisan tentang
kehidupan seseorang yang merupakan riwayat hidup. Dalam biografi, orang
menguraikan tentang keadaan, sikap-sikap ataupun sifat-sifat lain mengenai
orang yang bersangkutan.
7. Metode Analisis Karya.
Merupakan suatu metode penelitian
yang dengan mengadakan analisis dari hasil karya.
8. Metode Klinis.
Metode ini mula-mula timbul dalam
lapangan klinik untuk mempelajari keadaan orang orang yang jiwanya
terganggu (abnormal)
9. Metode Testing
Merupakan metode penelitian yang
menggunakan soal-soal, pertanyaan-pertanyaan, atau tugas lain yang telah
distandarisasikan.
10. Metode
Statistik
Pada umumnya metode ini digunakan
untuk mengadakan penganalisisan terhadap materi atau data yang telah
dikumpulkan dalam suatu penelitian
Menurutnya, fenomena adalah
subyek dan kondisi adalah proses fisiologis di otak; psikologi adalah natural
science. Menurutnya, ada tiga metode utama dalam psikologi, yaitu:
a) Introspection. Merupakan
metode penting dan utama dalam psikologi. Introspeksi yang dimaksud sangat
berbeda dengan introspeksi dalam aliran strukturalisme. Bagi James, introspeksi
adalah kecenderungan alamiah manusia, kemampuan untuk menyadari apa yang telah
terjadi.
b) Experimentation. James
mengakui metode ini sebagai metode penting namun tidak pernah melakukannya
sendiri. Ia menganggap metode ini perlu dieksplorasi lebih lanjut.
c) Comparative method. Metode
tambahan yang dapat digunakan untuk psikologi anak-anak, binatang, orang
primitif, dan penderita gangguan mental.
BAB
III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas dapat kami
simpulkan bahwa, psikologi sebagai suatu disiplin ilmu dari tahun ketahun
semakin menampakkan kapasitasnya, terutama konstribusinya dalam perkembangan
ilmu psikologi.
Aliran-aliran psikologi dalam
menyikapi kejiwaan seseorang cenderung berbeda, seperti aliran strukturalisme
yang beranggapan bahwa psikologi merupakan pengalaman manusia yang dipelajari
dari sudut pandang pribadi yang mengalaminya. Sedangkan aliran fungsionalisme
menekankan kegiatan (proses) mental sebagai pokok persoalan yang sebenarnya
bagi psikologi, sebagai lawan dari psikologi struktural yang menekankan masalah
kesadaran. Lain lagi dengan aliran Gestalt yang menyatakan bahwa, persepsi
manusia terjadi secara menyeluruh bukan sepotong-sepotong atau parsial.
b. Kritik saran
Manusia adalah makhluk yang
sering berbuat salah karena manusia tidak sempurna. Karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT. Dan apabila dalam pembuatan makalah ini banyak terdapat
kesalahan dan jauh dari sempurna kami selaku penulis meminta kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan pembuatan makalah lain ke depannya. Atas saran
perbaikan makalah ini yang di berikan pembaca, maka penulis mengucapkan terima
kasih
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Chaplin, J.P. Kamus
Lengkap Psikologi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006.
King, L.A. Psikologi
Umum: Sebuah Pandangan Apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika, 2010.
Sarwono, S.W. Berkenalan
dengan Aliran-aliran dan Tokoh-tokoh Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang,
2002.
Sobur, A., Psikologi
Umum: Dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia, 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih komentarnya :)