TEORI EVOLUSI
Paradigma yang berkembang mengenai teori evolusi adalah
penyangkalan teori evolusi dan cenderung mendehumanisasikan manusia melalui
sejarahnya. Karena manusia dalam teori evolusi berasal dari kera. Tidak sedikit
kalangan yang mengkritik habis teori evolusi hanya berupa dongengan belaka.
Terutama dari kalangan agamawan yang menentang habis teori evolusi sebagai
teori yang mutad dan menentang kebesaran Tuhan. Tetapi apakah yang mendasari
mereka mengatakan teori evolusi sebagai sebuah ajaran yang murtad. Apakah tidak
ada nilai baik yang dapat diambil inti dari teori evolusi ini?
Harun Yahya dalam karyanya yang berjudaul “Menyibak Tabir
Evolusi” adalah salah satu tokoh yang menentang hadirnya teori evolusi. Beliau
beranggapan bahwa asal mula manusia bukanlah berdasarkan serangkaian kejadian
yang terjadi secara kebutalan dari satu spesies, tetapi melainkan melalui Sang
Maha Kuasa. Tetapi apakah benar teori evolusi hanya berupa teori yang
menerangkan kejadian awal mula manusia?
Disinilah paradigma yang berkembang dari teori evolusi
mengalami kekeliruan yang mendasar. Teori evolusi bukanlah suatu teori yang
hanya menjabarkan kejadian asal mula manusia, tetapi teori evolusi lebih dari
itu. Teori evolusi merupakan suatu hasil penelitian ilmiah yang menerangkan
keserupaan antara berbagai jenis makhluk hidup yang dahulu dan masa kini. Dan
itu bukanlah merupakan penjabaran mutlak dari mana asal muasal manusia atau
siapakah makhluk hidup yang pertama dimuka bumi ini seperti anggapan para
penentang teori evolusi.
Memang pada awalnya—sewaktu abad 19, teori evolusi yang
dikemukakan oleh Darwin menerangkan perbandingan antara manusia dan hewan
(dalam kasus ini kera). Tetapi andaikan teori evolusi ini diterima beberapa
kalangan yang menentang sebagai sebuah teori yang terbuka, maka akan tampaklah
nilai-nilai baik yang tidak mendehumanisasikan manusia. Lebih dari itu, teori
ini merupakan titik pijak dari berkembangnya pengetahuan manusia tentang
sejarah kehidupan manusia.
Terasa dan memang sangat sulit untuk menerima akan
keterbukaan teori ini sebagai sebuah pengetahuan yang terbuka. Banyak kalangan
yang tidak dapat memisahkan antara ranah agama dan pengetahuan ilmiah (sains).
Banyak kalangan yang tidak dapat memisahkan kedua ranah ini dan menyetujui
bahwa menerima pemisahan agama dan ilmu pengetahuan adalah sebuah jalan menuju
kemaksiatan dan kemurtadaan. Tetapi lebih dari itu, pemisahan ilmu pengetahuan
dan agama merupakan sebuah jalan dari pengagungan yang lebih dari Sang Kholik.
Mereka yang menyetujui teori evolusi sebagai sebuah
pengetahuan mengemukakan bahwa teori evolusi adalah sebuah bentuk pengetahuan
yang layak untuk disajikan. Hal ini bukanlah tanpa anggapan yang tidak ilmiah.
Sebagai ilmuwan, mereka mengemukakan gagasan yang relevan dan masuk diakal untuk
diberikan pada masyarakat. Sebagai contoh mengapa teori evolusi merupakan
serangkaian seleksi alam dalam keidupan.
Selain dalam bidang ilmiah, teori evolusi inipun
dikembangkan dalam bidang sosial. Karl Marx adalah salah satu contoh dari
pengembang dibidang sosial. Teori evolusi merupakan bentuk dari sebuah proses
yang membebaskan penganiayaan manusia berdasarkan seleksi alam. Penyimpulan ini
dikarenakan banyaknya masyarakat kelas pekerja yang akan tunduk pada kaum
borjuis. Tetapi lagi-lagi dengan melalui sebuah proses yang lama namun pasti
(evolusi), kaum proletar akan mendapatkan hak-hak hidupnya. Oleh sebab itu
dalam pembahasan makalah kami ini akan membahas teori evolusi dalam bidang ilmu
sosial.
A.
Pengertian Evolusionis.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia evolusi berarti
perkembangan atau pertumbuhan yang berangsur-angsur. Namun dalam artian
epistimologi, evolusi berarti perubahan secara perlahan namun pasti menuju
kesuatu titik.
Pada bidang Sosiologi, kita kenal Teori Evolusi Sosial yang
dipopulerkan oleh Sir Herbert Spencer (1820-1903), yang menyatakan bahwa
masyarakat berkembang dari bentuk yang sederhana, tidak teratur menjadi bentuk
yang koheren dan teratur. Sementara itu, pada kajian Hubungan International,
dikenal juga teori International Darwinism dengan konsep negara yang paling
kuatlah yang akan menang dalam setiap kancah persaingan internasional.
Evolusi Sosial digambarkan sebagai serangkaian perubahan
sosial pada masyarakat yang berlangsung lama dan berawal dari kelompok suku
dan/atau masyarakat sederhana dan homogen kemudian secara bertahap menjadi
masyarakat yang lebih maju dan akhirnya menjadi masyarakat modern yang
heterogen, kompleks dan diferensiasi fungsi. Dalam menjalani tahapan-tahapan
perubahan tersebut setiap kelompok masyarakat mempunyai metode/cara yang tidak
sama karena menyesuaikan dengan unsur budaya lokal. Adalah pemikiran Auguste
Comte sebelum Herbert Spencer, yang menitikberatkan bahwa masyarakat adalah
pemimpin yang memiliki kedudukan dominan terhadap individu manusia pribadi.
Pandangan Herbert Spencer dalam evolusi sosial terkenal
dengan sebutan Darwinisme Sosial atau Social Darwinism meskipun Teori Evolusi
Darwin hanyalah memberikan inspirasi bagi teori evolusi sosial dan sama sekali
bukan buah pemikiran Darwin. Hanya karena Herbert Spencer melihat ada kesamaan
dalam teori evolusi darwin maka kadang manusia disebutnya sebagai organisme.
Dalam ilmu Psikologi hal ini lebih dikenal dengan teori Coping Behaviour.
Darwinisme
Sosial menggambarkan bahwa perubahan dalam masyarakat berlangsung secara
evolusioner (lama) yang dipengaruhi oleh kekuatan yang tidak dapat diubah oleh
perilaku manusia. Individu menjadi poros utama perubahan. Meski masyarakat
dapat dianalisis secara struktural, namun individu pribadi adalah dasar dari
struktur sosial, karena Spencer memandang sosiologi sebagai ilmu pengetahuan
mengenai hakikat manusia secara inkorporatif. Struktur sosial dibangun untuk
memenuhi keperluan anggotanya. Teori Spencer mengedepankan perjuangan hidup dan
karenanya sangat cocok dengan perkembangan kapitalisme, liberalisme dan
individualisme. Hal ini dituangkan dalam buku Principles of Sociology, 1855.
B.
Macam-macam teori evolusionis.
Teori ini pada dasarnya berpijak pada perubahan yang
memerlukan proses yang cukup panjang. Dalam proses tersebut, terdapat beberapa
tahapan yang harus dilalui untuk mencapai perubahan yang diinginkan. Ada
bermacam-macam teori tentang evolusi. Teori tersebut digolongkan ke dalam
beberapa kategori, yaitu unilinear theories of evolution, universal theories of
evolution, dan multilined theories of evolution.
1.
Unilinear Theories of Evolution
Teori ini berpendapat
bahwa manusia dan masyarakat termasuk kebudayaannya akan mengalami perkembangan
sesuai dengan tahapan-tahapan tertentu dari bentuk yang sederhana ke bentuk
yang kompleks dan akhirnya sempurna. Pelopor teori ini antara lain Auguste
Comte dan Herbert Spencer.
2.
Universal Theories of Evolution
3.
Teori ini menyatakan bahwa
perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-tahap tertentu yang tetap.
Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis evolusi tertentu. Menurut
Herbert Spencer, prinsip teori ini adalah bahwa masyarakat merupakan hasil
perkembangan dari kelompok homogen menjadi kelompok yang heterogen.
4.
Multilined Theories of Evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian terhadap
tahaptahap perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan
penelitian tentang perubahan sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke
sistem pertanian menetap dengan menggunakan pemupukan dan pengairan.
C.
Pandangan Paul B. Horton
dan Chester L. Hunt Tentang Teori Evolusi.
Menurut Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, ada beberapa
kelemahan dari Teori Evolusi yang perlu mendapat perhatian, di antaranya adalah
sebagai berikut.
1. Data yang menunjang penentuan tahapan-tahapan dalam masyarakat menjadi
sebuah rangkaian tahapan seringkali tidak cermat.
2. Urut-urutan dalam tahap-tahap perkembangan tidak sepenuhnya tegas,
karena ada beberapa kelompok masyarakat yang mampu melampaui tahapan tertentu
dan langsung menuju pada tahap berikutnya, dengan kata lain melompati suatu
tahapan. Sebaliknya, ada kelompok masyarakat yang justru berjalan mundur, tidak
maju seperti yang diinginkan oleh teori ini.
3. Pandangan yang menyatakan bahwa perubahan sosial akan berakhir pada puncaknya,
ketika masyarakat telah mencapai kesejahteraan dalam arti yang seluas-luasnya.
Pandangan seperti ini perlu ditinjau ulang, karena apabila perubahan memang
merupakan sesuatu yang konstan, ini berarti bahwa setiap urutan tahapan
perubahan akan mencapai titik akhir.
Teori evolusi dalam ilmu sosial pada dasarnya digolongkan
kedalam Teori Perubahan sosial,sehingga Menurut Paul Bohannan dalam Soerjono
Soekanto (1982,315), perubahasan sosial evolusi adalah perubahan- perubahan
yang memerlukan waktu yang lama, dimana terdapat suatu rentetan perubahan-
perubahan kecil yang saling mengikuti dengan lambat. Pada evalusi, perubahan-
perubahan terjadi dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu kehendak
tertentu. Perubahan- perubahan terjadi oleh karena usaha- usaha masyarakat
untuk menyusaikan diri dengan keperluan- keperluan, keadaan-keadaan dan
kondisi-kondisi baru, yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Rentetan perubahan-perubahan tersebut, tidak perlu sejalan dengan rentetan
peristiwa –peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersakutan.
Berdasarkan penjelasan Paul di atas maka ciri-ciri
perubahan evolusi adalah:
1. Perubahan terjadi dengan sendirinya (perubahan alami)
2. Perubahan membutuhkan rentan
waktu yang lama
3. Perubahan terjadi karena usaha
manusia untuk mendapatkan kebutuhan sesuai dengan kondisi yang ada disekitar
kehidupan manusia (kondisi-kondisi baru).
4. Penggerak perubahan bukan tergantung institusi/struktur sosial namun
kebutuhan dan kondisi riil yang ada.
Perubahan sosial evolusi biasanya terjadi pada masyarakat
tradisional, yaitu masyarakat yang memiliki struktur sosial tertutup (tidak
memiliki akses informasi dari lingkungan eksternal). Dan biasanya persoalan
yang terkait dengan immaterial tidak dapat dilakukan perubahan. Contoh,
masyarakat di bali yang memiliki strata sosial ksatria, brahmana, waisyak, dan
sudra. Masyarakat digolongkan pada kelas tertentu atas dasar keturunan bukan
keterampilan seperti di masyarakat modern (open society). Oleh karena itu
masyarakat sulit merubah status sosial yang dimiliki.
Teori perubahan sosial evolusi seperti yang dijelaskan di
atas menenuai banyak kritikan dan pertanyaan. Misalnya Soerjono Soekanto dalam
buku pengantar sosiologi (buku rujukan sosiologi sekolah dasar hingga perguruan tinggi)
mempertanyakan seperti berikut ini “apakah suatu masyarakat berkembang melalui
tahap- tahap tertentu. Lagipula adalah sangat sukar untuk memastikan bahwa
tahap yang telah dicapai dewasa ini, merupakan tahap terakhir dan sebaliknya
telah berkembang secara pasti, apakah pasti menuju ke bentuk kehidupan sosial
yang lebih sempurna apabila dibandingkan dengan keadaan dewasa ini, atau bahkan
sebaliknya?”. Atas pertanyaannya itu Soerjono Soekanto mengatakan “para sosilog
telah banyak meninggalkan teori-teori evolusi tentang masyarakat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih komentarnya :)