BAB I
PENDAHULUAN
Peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad pertengahan,
masyarakat Eropa cenderung meniru atau "berkiblat ke Islam". Kini
ketika giliran kebudayaan Barat yang kuat dan dominan maka proses peniruan itu
juga terjadi. Terbukti sejak kebangkitan Barat dan lemahnya kekuasaan politik
Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu termasuk Islam ke
Barat dalam rangka meminjam. Hanya saja karena peradaban Islam dalam kondisi
terhegemoni maka kemampuan menfilter konsep-konsep dalam pemikiran dan
kebudayaan Barat juga lemah.
Dalam kehidupan kita
mengenal adanya pembagian waktu diantaranya; masa lalu, masa kini dan masa yang
akan datang. Dengan adanya sejarah kita dapat mengetahui berbagai peristiwa
yang terjadi di masa lalu. Keadaan pada masa lalu mempengaruhi masa kini dan
mendatang. Mengetahui sejarah dan perjalanan Islam pada masa-masa tersebut
dapat membantu dalam menerawang perkembangan dan perubahan yang terjadi pada
peradaban Islam. Sejalan dengan waktu yang terus berjalan maka perubahan pasti
terjadi baik ke arah positif maupun negatif. Perubahan tersebut perlu disadari
agar tidak terus berkembang kepada arah yang negatif.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah Singkat Hidup Nabi Muhammad Saw.
Allah Swt.
berfirman pada Nabi Saw. dalam QS Al-Dhuha:
Bukankah Allah
dapati engkau yatim, lalu la pelihara? Bukankah Ia dapati engkau bingung, lalu
Ia beripetunjuk? Dan bukankah Ia dapati engkau miskin, lalu la beri kecukupan?
(QS Al-Dhuha [93]: 6-8)4
. öNs9r&
x8ôÉgs
$VJÏKt
3ur$t«sù
ÇÏÈ x8yy`urur
~w!$|Ê
3yygsù
ÇÐÈ x8yy`urur
Wxͬ!%tæ
4Óo_øîr'sù
ÇÑÈ
“Bukankah
Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia
mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.
Bapaknya bernama Abdullah bin Abdul
Muththalib. Abdullah wafat dua bulan sebelum Beliau dilahirkan. Beliau lahir
dalam keadaan yatim, sehingga Beliau diasuh ibunya, Aminah binti Wahab5. lalu
kakeknya, Abdul Muththalib. Akhirnya pamannya, Abu Thalib Muhammad tumbuh layaknya
anak-anak sebayanya. Tubuh dan jiwanya berkembang dengan sangat wajar.
Namun,sejak kecil Beliau tumbuh menjadi anak yang bagus paras dan budi
pekertinya.[1]
Masa kanak-kanak Beliau dilalui dengan
menjadi pengembala kambing. Selanjutnya, mulai belajar menjadi pedagang bersama
pamannya pada masa remaja. Beliau terkenal dengan julukan Al-Amin arena
kejujuran dalam mengemban amanah.
Di tengah kaum musyrikin jahiliyah yang
begitu rusak, akhlak dan budi pekerti Beliau talmpak begitu indah dan memesona
sehingga menarik setiap insan yang mengenalnya. Bagaikan matahari dan bulan
yang menyinari kegelapan. Pada masa kematangan itu, Beliau mulai bekerja keras
menopang perekonomian pamannya.[2]
Ketika berusia enam tahun, Beliau dibawa
ibunya dalam perjalanan jauh dari Makkah ke Madinah untuk mengunjungi Bani
Najjar, yaitu ibu dari saudara bapak Beliau. Di samping itu, juga berziarah ke
makam bapak Beliau. Beliau bersama sang ibu menetap beberapa hari di tengah
keluarga bapaknya, dan memperoleh penghormatan yang sangat baik dari segenap
keluarga dan tetangga.
Dalam perjalanan pulang ke Makkah, ibu Beliau
sakit, lalu meninggal dunia. Ibu Beliau dikuburkan di Abwa. Seusai penguburan,
semua orang kembali ke rumah masing-masing. Tinggallah Beliau bersama
pengasuhnya di dekat kubur itu, terdiam di bawah terik panas matahari padang
pasir. Air mata Beliau mengalir membasahi pipi. Kesedihan menyelimutikarena
tidak ada lagi orang yang menyayangi. Jadilah Beliau seorang yatim piatu, tanpa
bapak dan ibu.
Setelah sekian lama terdiam, Beliau menoleh
ke kiri dan ke kanan. Ternyata, tidak seorang pun berada di tempat itu. Hanya
Ummu Aiman, pengasuh Beliau. Ummu Aiman pun menyapu air mata yang mengalir di
pipi Beliau, sambil menghibur hati, membangkitkan kembali semangat hidup
Beliau.
Beliau bertanya, "Hai, Ummu Aiman. Saya
sudah kehilangan ibu dan bapak. Kehilangan dua naungan kasih sayang. Padahal,
saya masih dalam perjalanan antara dua tempat yang sangat jauh. Aku tidak tahu
ke mana tujuanku. Ke rnana seharusnya aku melangkah sekarang ini, Ummu Aiman?
Apakah meneruskan perjalanan ke Makkah atau kembali ke Madinah?"[3]
Mendengar pertanyaan ini, hati Ummu Aiman
tersentak dan air mata mengalir dari kedua matanya. Kesedihan mendalam juga
ikut meyelimutinya. Air matanya deras membasahi tanah yang tandus. Peluh
dinginnya mengalir disekujur badan. Suaranya menjadi serak, mencoba
menjawabpertanyaan Beliau, "Ya. Ke manakah engkau ingin pergi,Muhammad? Apakah
kepada bapakmu Abdul Muttalib,pemimpin bangsa Quraisy untuk tinggal bersamanya
dalamperlindungannya?"Beliau pun bertanya, "Mengapa kamu katakan
bapakkuAbdul Muththalib? Bapakku? Jangan kamu sebut bapakku,tetapi sebut
kakekku. Sebab, bapakku sudah meninggal danhari ini ibuku meninggal juga. Ya,
Abdul Muttalib adalahkakekku."Dengan perkataan itu, Beliau membayangkan
kedudukandi bawah sang kakek karena Abdul Muttalib adalah satu diantara
keluarga yang ada. Tentu lain bila berada di bawahasuhan ibu atau bapak sendiri.
Begitulah, Beliau dengan Ummu Aiman
meneruskan perjalanan ke Makkah. Lalu, Beliau oleh Ummu Aiman diserahkan kepada
Abdul Muttalib, yang terlihat sangat sedih ketika menerima cucunya yang amat
dicintainya itu.
Muhammad terdiam sejenak, lalu berkata,
"Bapakku Abu Thalib, hai Ummu Aiman? Bukankah bapakku sudah meninggal,
begitu juga kakekku? Bukankah Abu Thalib saudara bapakku? Ummu Aiman,
katakanlah dia sebagai saudaraku bapakku. Dia orang yang mulia, terkemuka,
mempunyai kehebatan dan kemuliaan, serta terpandang dalam masyarakatnya.
Bukankah dia miskin, tetapi anaknyabanyak? Kalau aku engkau serahkan kepadanya,
tentu bebannya semakin besar dan bertambah berat. Aku tak ingin menambah beban
berat seseorang.
Abu Thalib sangat mencintai Beliau. Sama
seperti kecintaan kakek dan ibu Beliau. Oleh karenanya, Ummu Aiman menyerahkan
Beliau kepada Abu Thalib, yang tak lain adalah saudara bapak Beliau.
Karena kondisi ekonomi Abu Thalib yang serba
kekurangan, Beliau berusaha meringankan bebannya. Sekalipun masih kanak-kanak,
Beliau bekerja keras guna mendapatkan penghasilan meskipun kecil. Beliau
menerima upah dari menggembala kambing, kemudian berdagang kecil-kecilan. Pada
saat-saat tertentu, Beliau turut berniaga Abu Thalib ke Syam (Syiria). Di situ
Beliau mulai mengenal pasar-pasar, sekaligus membaur dengan
pedagang-pedaganglainnya.[4]
B.
Dasar-Dasar Peradaban Islam Pada Masa Di
Makkah
Makkah adalah bagian dari Jazirah Al-Arabiyah, yang artinya 'padang
pasir', 'tanah gundul', dan `leering kerontang', dada air dan tumbuhan. Letak
geografis Jazirah Al-Arabiyah dibatasi Laut Merah dan Gurun Sinai di sebelah
barat; teluk Arab dan sebagian besar wilayah Iraq Selatan di sebelah timer;
Laut Arab yang menyambung dengan Lautan India di sebelah selatan; dan Negeri
Syam dan sebagian kecil wilayah Iraq di sebelah utara. Was Jazirah al-Arabiyah
membentang antara satu juta mil kali satu juta tiga ratus ribu mill.
Sedangkan, letak geografis kota Makkah berada di tengah-tengah pusaran
bumi, berhadapan dengan Laut Merah-antara Yaman dan Palestina-membentang
bukit-bukit sejauh kira-kira delapan puluh kilometer dari pantai. Bukit-bukit
ini mengelilingi sebuah lembah yang tidak begitu luas dan hampir menutupnya
kalau tidak dibuka oleh tiga jalan. Pertama, jalan menuju ke Yaman;
kedua, jalan dekat Laut Merah di pelabuhan Jedah; dan yang ketiga, jalan yang
menuju ke Palestina.
Letak Makkah sangat strategis. Tempat ini
menjadi tujuan utama setiap pedagang. Setiap musim haji tiba, mereka berkumpul
di Makkah dengan membawa komoditas dagangan. Di sisi"lain, penduduk Makkah
memanfaatkan momen musim haji dengan menjual berbagai jenis kerajinan tangan
(handycraft), seperti pedang, tombak, panah dan perisai perang, pelana kuda dan
onta, serta aneka ragam pakaian. Para pedagang itu adalah Saad bin Abi Waqos,
Al-Walid bin Mughirah, Al-Ash bin Hisyam, Hubbab bin Al-Art, Utbah bin Abi
Waqos. Mereka merupakan pengusaha-pengusaha sukses di bidang home industry kota
Makkah. Ini dikarenakan setiap tahunnya pengusaha manca negara mendatangi
Makkah, kota pusat perdagangan sekaligus tempat pertemuan tahunan orang yang
menunaikan haji.
Adapun beberapa keutamaan Makkah
antara lain:[5]
1.
Tempat dibangunnya
Baitullah (Ka'bah), dan dibolehkan shalat sunnah di waktu yang terlarang.
2.
Tempat kelahiran
manusia sempurna (utusan Allah) Nabi Muhammad Saw. Kehadiran Beliau di muka
bumi mengubah dunia dari kegelapan menjadi bercahaya dengan sinarnya.Merupakan
kewajiban bagi umat Islam yang mampu (istitoah) untuk menziarahi (Makkah)
dengan niat haji atau umrah, kemudian dilanjutkan berziarah ke makam Nabi,
dengan harapan mendapatkan syafa'at Beliau. Karena berdasarkan janji Nabi, bagi
setiap orang yang menziarahinya, maka akan memperoleh pertolongan kelak di Hari
Kiamat.
3.
Tempat yang suci dari
orang-orang non-Muslim karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke dalamnya
dengan alasan apa pun, berdasarkan nashyang sangat jelas9. Bagi kaum muslimin
yang memasukinya harus benar-benar khusyu', tawadlu' dan meninggalkan pakaian
yang berlebih, jabatan, dan perhiasan dunia.
4.
Tempat yang aman bagi
siapa saja yang memasukinya dan diharamkan saling membunuh di dalamnya (perang)
atau memasukinya dengan membawa senjata, seperti pedang, parang, golok,
senapan, serta segala bentuk senjata lainnya.
5.
Tempat dispensasi
bagi orang-orang yang bertaubat danmendapatkan pengampunan, serta
dilipatgandakannyasetiap amal saleh hingga seratus ribu. Ini adalah janji
Nabikepada pengikutnya.
6.
Satu-satunya tempat
disyariatkannya thawaf (mengelilingiKa'bah) karena tempat disyariatkan thawaf
hanyalahdi Baitullah. Thawaf termasuk amalan penghapus dosadan dicatat
sebagai amal kebaikan. Bahkan, pahalanya diibaratkan dengan memerdekakan budak.
7.
Tidak ada tempat yang diperintahkan untuk
mendatanginya, kecuali pada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid
Al-Nabawi, dan Masjid al-Aqsha11 karena di dalamnya menyimpan seribu satu
cerita dan pahala yang berlipat ganda.
8.
Satu-satunya kiblat umat Islam dari seluruh
penjurudunia. Dan, tidak ada tempat yang diperintahkan untukmelambaikan atau
mengecupnya, kecuali Hajar Aswad.Dengan melambaikan tangan atau mengecupnya,
bisa melunturkan dosa-dosa12 yang melekat dalam jasad dan hati manusia, balk
dosa yang ada hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia.
9.
Makkah
juga menjadi tempat beribadah yang pahalanya digandakan seratus ribu kali dari
yang dilakukan di luar kota Makkah13. Begitu juga niat jahat dan kemaksiatan,
balasanya akan datang dengan segera, sebagaiaman keterangan para ulama.
10. Tidak
diperbolehkan membelakangi Ka'bah ketika buang hajat, sebagai tanda keagungan
Baitullah al-Haram.
11. Malaikat
selalu menjaga setiap saat agar tidak disinggahi Dajjal dan pengikutnya.
Bahkan, Dajjal kelak tidak akan bisa memasuki kota suci Makkah dan Madinah.
Dimulainya
Isra-Mi'raj
Makkah juga merupakan tempat istimewa, yaitu
sebagai tempat permulaan peijalanan Nabi ketika di-Isra'dan di-Mi'rajkan Allah
Swt. Saat itu, Nabi sedang duduk di Hijir Ismail. Kemudian, Jibril datang
membawa Beliau menghadap Allah Swt. untuk mendapat perintah shalat lima
waktu.48Shalat lima waktu merupakan oleh-oleh paling istimewa dari Allah untuk
umat Nabi Saw. Oleh karena itu, shalat mempunyai nilai yang sangat luar biasa
sehingga dengan cara dan qudrat-Nya Rasulullah dipanggil secara langsung untuk
menghadap-Nya. Inilah perbedaan antara perintah shalat dan perintah lain yang
diwajibkan atas Rasulullah, seperti puasa, zakat, haji, dan ibadah lain
Ketika berada di Sidratul Muntaha dan
Mustawa, Nabi Saw. diperlihatkan surga, bahkan sempat masuk ke dalamnya. Lalu,
Beliau juga melihat api neraka.
Dalam
kesempatan lain, Nabi melihat para malaikat yang tak terbilang jumlahnya.
Mereka mendapat tugas masing-masing dan tak satu pun bermaksiat kepada-Nya.
Sebagian bersujud kepada Allah Swt., sebagian lagi tak henti-hentinya bertasbih
dan bertahlil serta bertakbir. Ada yang selalu ruku' dan bersujud. Semua
kegiatan mereka (malaikat) dirangkum menjadi aktivitas ibadah khusus bagi
Rasulullah dan umatnya dalam bentuk shalat lima waktu yang telah disyariatkan
kepada kita.
Adapun
peristiwa pembedahan dada dan pencucian hati Nabi dengan air zam-zam sebelum
berangkat ke Baitul Maqdis merupakan gambaran beberapa hal. Pertama, persiapan
rilOtlghadap Allah hlln.le bersih (ikhlas) dari segala kotoran hati Ma 1#09
menjadi khusyu'. Kedua, Jibril memerintahkan Nabi aW berwudhu dahulu sebelum
Isra', sebagai gambaran bahwa Llrituk menghadap Allah (shalat) harus suci dari
hadas kecil dan besar.
Makkah
Merupakan Pusat Ilmu Agama
Makkah merupakan pusat ilmu agama. Semua ilmu
agama bersumber dari Al-Quran dan hadis. Sedangkan, keduanya berasal dari
Makkah. Nabi Saw. membangun keyakinan dan ketauhidan di Makkah dalam kurun
waktu 13 tahun. Beliau berjuang siang dan malam agar akidah uluhiyah dan
rububiyah tertanam kuat pada sahabatnya. Para ulama Mujtahidin, seperti Imam
Abu Hanifah, Imam Malik dan Syafi'i dan Ibnu Hanbal, Ibnu Qayyim, Imam Nawawi,
Ibnu Hajar Al-Haitami, Ibnu Hajar Al-Asqalani, serta banyak lagi ulama besar
lainnya, pernah mengenyam pendidikan di Makkah dan tabarrukan terhadap
Baitullah di Tanah Suci Makkah.
Seiring dengan kemajuan zaman, eksistensi
Makkah semakin maju dan berkembang. Baik dalam bidang teknologi, ekonomi,
maupun pendidikan. Pemerintah Arab Saudi menjadikan Makkah seperti dahulu,
yaitu menjadi pusat pendidikan agama. Kepedulian Pemerintah Saudi bisa dilihat
darl aktivitas Masjidil Haram. Setiap sholat ahar, magrib, dan subuh terjadwal
rapi. Berbagai bidang ilmu agama, seperti ilmu tafsir dan hadis, dan fiqih
diajarkan. Para pengajarnya sangat kompeten dan profesional sesuai dengan
bidangnya, termasuk para Imam Masjidil Haram serta ulama-ulama dan
doktor-doktor yang tidak diragukan lagi kemampuan pengetahuan agamanya.
Sebagaimana diketahui bahwa pada masa sekarang ini Madinah telah
mengalami perluasan hingga sebagianwilayahnya telah keluar dari tanah haram.
Karena itu jangan dikatakan bahwa sesungguhnya semua bangunan yang ,terdapat di
Madinah adalah tanah haram. Tetapi, semua yang masuk ke dalam batas tanah
haram, maka ia termasuk tanah ' haram. Sedangkan, yang berada di luar batas
tanah haram, iatetap termasuk tanah Madinah, namun jangan dikatakan bahwa
sesungguhnya ia termasuk tanah haram. .[6]
Telah disebutkan berita yang berasal dari
Nabi saw. dalam menjelaskan batas tanah haram Madinah yaitu bahwa tanah haram
adalah wilayah yang berada di antara dua bukit, atau apa yang berada di antara
dua tanah berbatu, atau apa yang berada di antara dua gunung, atau apa yang
berada di antara 'Air hingga Tsaur. Tidak ada
pertentangan dan keraguan di antara lafazh-lafazh ini, karena sesungguhnya
sesuatu yang lebih kecil masuk ke dalam sesuatu yang lebih besar. Maka, apa
yang berada di antara dua bukit adalah termasuk tanah haram, dan apa yang
berada di antara dua tanah berbatu termasuk tanah haram, serta apa yang berada
di antara Airhingga Tsaur termasuk tanah haram.
Apabila terdapat keraguan dalam suatu masalah (apakah mungkin ia
termasuk tanah haram, dan mungkin bukan termasuk tanah haram), maka ia termasuk
ke dalam perkara yang disebut perkara-perkara syubhat. Mengenai perkaraperkara
syubhat ini, Nabi saw. menjelaskan metode yang mesti ditempuh dalam
menghadapinya, yaitu berhati-hati terhadapnya. Hal ini sebagaimana disabdakan
oleh Nabi saw. dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Nu'manbin
Basyir, "Barangsiapa yang berhati-hati terhadap perkara-perkara
syubhat, sungguh ia telah memelihara agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang
terjatuh ke dalam perkara syubhat sungguh ia telah terjatuh ke dalam perkara
haram."
Kedua, Nabi saw. menamakannya dengan "Thayyibah" dan
"Thabah". Bahkan, disebutkan secara kuat dalam hadits Shahih Muslim
bahwa Allah menamakannya dengan "Thabah." Nabisaw. bersabda,
"Sesungguhnya Allah menamakan Madinah denganThabah." Kedua lafazh ini
merupakan bentukan dari kataThayyib yang berarti baik, keduanya merupakan dua
lafaz.Yang baik yang
mengandung arti tanah yang baik. "Sesungguhnya iman itu benar-benar
meluncur ke Madinah sebagaimana ular meluncur ke dalam lubangnya " (HR
Bukhari
dan
Muslim)Arti hadits ini adalah bahwa keimanan itu menuju ke arahnya dan menetap
di sana. Kaum muslimin bergerak menuju ke arahnya. Mereka membelanya karena
keimanan dan karena mencintai tanah yang penuh berkah ini yang telah diharamkan
(disucikan) oleh Allah.Keempat, Nabi saw. mensifatinya dengan sebutan kota yang
memakan kota-kota lain. Nabi saw. bersabda,"Aku diperintahkan untuk
menuju kota yang memakan kota-kota lain (yakni diperintahkan untuk berhijrah
menuju kota ini yang memakan kota-kota lain). Mereka menyebutnya dengan sebutan
Yatsrib, yaitu Madinah "(HR Bukhari dan Muslim)
Ucapan Nabi saw., "memakan kota-kota
lain" ditafsirkan bahwasanya Madinah itu mengalahkan kota-kota lainnya,
dan ditafsirkan bahwasanya Madinah mengumpulkan rampasan perang yang berhasil
diperoleh dalam jihad fi sabilillah lalu dibawa ke sana. Kedua perkara ini
benar-benar telah terj~i dan didapatkan. Kota ini telah memperoleh kemenangan
atas kota-kota lainnya, dengan bertolaknya para pembaharu yang membawa petunjuk
dari sana, serta pasukan-pasukan pembebas. Mereka mengeluarkan manusia dari
kegelapan (jahiliah) menuju cahaya (Islam) dengan izin Tuhannya, maka masuklah
manusia ke dalam agama Allah.
Seluruh kebaikan yang diperoleh oleh semua
penghuni bumi sesungguhnya keluar dari kota Madinah yang penuh berkah ini, kota
Rasulullah. Maka, keberadaannya memakan kota-kota lain maksudnya adalah
eksistensi kemenangannya atas kotakota lain, sebagaimana hal ini pernah terjadi
pada masa awal, bersama generasi pertama dari para sahabat Rasulullah serta
Khulafaur Rasyidin. Demikian pula diperolehnya rampasan perang dan dibawanya ke
sana, ini pun sungguh telah diperoleh, karena sesungguhnya Nabi saw. pernah
mengabarkan tentang dikeluarkannya harta simpanan Kisra
(Raja Persia)
dan Kaisar Romawi di jalan Allah, dan hal itu benar-benar telah terjadi. Harta
simpanan itu sungguh telah didatangkan ke kota Madinah yang penuh berkah ini,
dan telah dibagikan lewat tangan Al-Faruq (Umar ibnul-Khaththab).
Kelima, Nabi saw. menganjurkan kaum muslimin
untuk bersabar atas kesulitan dan kesukarannya. Beliau bersabda,"Kota
Madinah ini lebih baik bagi mereka, jika sekiranya merekamengetahui."
Beliau mengatakan hal itu kepada mereka yang berpikir untuk berpindah dari
Madinah ke tempat lain yang dipandang lebih makmur, lebih lapang rezekinya, dan
lebih banyak harta bendanya. Maka, Nabi saw. bersabda,"Kota Madinah ini
lebih baik bagi mereka sekiranya mereka mengetahui. Tidaklah seseorang
meninggalkan satu keinginan darinya (Madinah) melainkan Allah akan mengganti
baginya dengan sesuatu yang lebih baik, dan tidaklah seseorang tetap bersabar
atas kesulitan dan kesukarannya (Madinah) melainkan aku akan menjadi penolong
dan saksinya pada hari kiamat." (HR Muslim)
Semua ini menunjukkan kepada kita tentang
keutamaan kota Madinah. Keutamaan bersabar atas penderitaan, kesulitan,
kesukaran, dan kesempitan yang dirasakan seseorang yang tinggal di sana. Namun,
tidaklah semua itu mendorongnya untuk berpindah dari kota ini karena ingin
mencari tempat lain yang lebih makmur dan lebih lapang rezekinya. Pasalnya,
(jika ia bersabar) dengan semua itu, sungguh ia telah dijanjikan dengan pahala
yang besar dan balasan yang agung dari Allah.
Keenam, Nabi saw. telah menjelaskan tentang
keagungannya -dan bahaya menciptakan bid'ah di dalamnya saat beliau menerangkan
mengenai kesuciannya. Beliaubersabda,Ketujuh, Nabi saw. berdoa bagi keberkahan
Madinah. Mengenai hal ini beliau bersabda,
"Ya
Allah, berkahilah kami dalam buah-buahan kami, berkahilah kami dalam kota kami,
berkahilah kami dalam takaran dan timbangan kami." (HR Muslim)
Kedelapan,
kota Madinah ini tidak akan dimasuki wabah thaun dan Dajjal.
Nabi saw.
bersabda,"Di setiap sudut kota Madinah terdapat para malaikat (yang
menjaganya), (maka Madinah) ini tidak akan dapat dimasuki wabah thaun dan
Dajjal "(HR Bukhari dan Muslim)
Hadits-hadits mengenai keutamaan kota Madinah
ini sangat banyak. Apa yang saya sebutkan ini adalah sejumlah hadits yang
diambil dari kitab Hadits Shahihain (Bukhari dan Muslim) atau diambil dari
salah satu dari keduanya.
D.
Tantangan / Kendala Peradaban Islam Dakwah
Rasulullah
Da’wah yang dilkukan Nabi Muhammad dan para Sahabatnya selama di Mekah baik
secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan hasilnya semakin baik. Hari
demi hari pengikut ajaran Nabi Muhammad SAW semakin bertambah, sehingga kaum
kafir quraisy merasa kawatir dan selalu berusaha untuk merintangi dan
menghambat dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Tantangan semakin keras setelah nabi Muhammad SAW melakukan dakwah
secara terang-terangan. Tantangan tersebut antara lain berupa :[7]
1.
Melakukan bujukan
Kaum kafir quraisy
membujuk Abu Thalib supaya Nabi Muhammad SAW segera menghentikan dakwahnya. Abu
Thalib berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW tetapi Nabi Muhammad SAW dengan
tegas menolaknya seraya berkata : “Demi Allah, seumpama matahari
diletakan supaya aku berhenti berdakwah, pasti aku tidak akan
menghentikannya, sehingga Allah memberikan kemenangan kepadaku atau aku akan
binasa dalam berjuang"
Selain Abu Thalib,
kafir quraisy mengutus Utbah bin Rabiah untuk membujuk Nabi Muhammad SAW dengan
menyodorkan penawaran menarik sambil berkata: Wahai Muhammad, apabila engkau
ingin harta melimpah aku sanggup mengangkatmu menjadi raja di negeri ini. Dan
jika ingin wanita cantik, saya pun sanggup mencarikan. Hanya satu syaratnya
yaitu Nabi disuruh menghentikan dakwahnya. Nabi Muhammad SAW dengan tegas
menolak tawaran tersebut dengan membaca Al Quran Surat Fusiat
2.
Melakukan Penyiksaan
Setelah gagal membujuk Nabi Muhammad SAW kaum kafir Quraisy mulai mengggunakan
cara lain, yaitu dengan cara-cara kekerasan atau penyiksaan. Bentuk penyiksaan
yang dilakukan kaum kafir quraisy untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW
antara lain:
a.
Ketika Nabi Muhammad SAW sedang bersujud didekat Ka’bah, Abu Jahal
meletakan kotoran unta di jubahnya.
b.
Ketika Nabi Muhammad SAW akan pergi ke Masjidil Haram pada waktu fajar,
disepanjang jalan yang dilaluinya ditaburi duri supaya baliau menderita dan
kesakitan.
c.
Ketika Nabi Muhammad SAW sedang sujud di masjidil Haram diwaktu fajar, oleh
Utbah bin Muith diberi kotoran busuk yang ditaruh diatas punggungnya.
d.
Mengancam pada sahabat nabi dan menyiksanya terhada Bani Hahafifi.
3.
Melakukan Pemboikotan
Apapun cara yang dilakukan oleh kaum kafir quraisy untuk menghentikan
dakwah Nabi Muhammad SAW selalu menemui kegagalan sehingga kejengkelan dan
kemarahan kaum kafir quraisy sudah mencapai puncaknya, kemudian mereka
bersepakat untuk memboikot umat islam, terutama keluarga Bani Hasyim yang
selama ini membela dan melindungi dakwah Nabi Muhammad. Pemboikotan itu berisi
antara lain :
a.
Tidak boleh mengadakan perdamaian
b.
Dilarang mengadakan transaksi jual
c.
Tidak diperbolehkan berbicara dan menengok orang sakit
d.
Umat Islam diasingkan dan diberi tempat tinggal di sisi utara kota Makkah
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesuksesan Rasulullah saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada
taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun. Periode 23 tahun
merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, di mana Nabi Muhammad saw
telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua
peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia, dan Mesir. Nabi Muhammad saw
merupakan pemimpin yang sangat luar biasa, beliau membangun peradaban Islam
hingga puncak kesuksesannya hanya dalam kurun waktu yang terbilang singkat.
Peradaban Islam sangat mempengaruhi peradaban dunia karena kemajuan yang
dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Tak banyak yang
mengetahui bahwa Islam menciptakan peradaban yang gemilang dengan menciptakan
karya-karya teknologi yang mempengaruhi kehidupan dunia sampai saat ini. Salah
satu ilmuan Eropa melukiskan perkembangan peradaban Islam sebagai suatu ledakan
yang mengguncangka n seluruh dunia.
Banyak penemuan-penemuan oleh ilmuan Islam menciptakan teknologi dan ilmu
pengetahuan yang berpengaruh bagi dunia. Hasil karya ilmuan-ilmuan Islam bisa
kita rasakan sampai saat ini, meskipun dalam hal ini ilmuan-ilmuan Eropa yang
mengembangkan hasil karya ilmuan Islam.
B.
Saran
Dengan adanya makalah yang telah dibuat oleh
pemakalah ini, maka pemakalah menyarankan kepada pembaca, untuk mengamalkan
pelajaran yang didapat dalam makalah ini dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Irsad Abd.
Adzim, Makkah: Keadjaiban dan Keagungan Kota Suci, Yogyakarta : A+ Plus Book,2009
Abdul Ghani
Muhammad Ilyas, Keutamaan dan Sejarah Kota Mekah dan Madinah Jakarta : Media Eka Sarana,2005
Annadwy Sekh.
Sulaiman, Risalah Nabi Muhammad Saw, Surabya : AL-Ikhlas
Hasan Ibrahim
Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota Kembang,1989
[1] Abd.
Adzim Irsad, Makkah: Keadjaiban dan Keagungan Kota Suci,( Yogyakarta:A+
Plus Book), h. 26
[2] Ibid.h.27
[3] Ibid.h.29
[4]
Ibid,h.31
[5]
Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Keutamaan dan Sejarah Kota Mekah dan Madinah (Jakarta:Media
Eka Sarana,2005) h. 9
[6] Sekh.
Sulaiman Annadwy, Risalah Nabi Muhammad Saw, (Surabya : AL-Ikhlas,)h.35
[7] Hasan
Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota
Kembang,1989) h. 28-29
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih komentarnya :)