Selasa, 19 April 2016

SEJARAH PERADABAN ISLAM- PETUMBUHAN, DASAR-DASAR DAN KENDALA PERADABAN ISLAM



BAB I
PENDAHULUAN

Peradaban Islam menjadi sangat kuat dan dominan pada abad pertengahan, masyarakat Eropa cenderung meniru atau "berkiblat ke Islam". Kini ketika giliran kebudayaan Barat yang kuat dan dominan maka proses peniruan itu juga terjadi. Terbukti sejak kebangkitan Barat dan lemahnya kekuasaan politik Islam, para ilmuwan Muslim belajar berbagai disiplin ilmu termasuk Islam ke Barat dalam rangka meminjam. Hanya saja karena peradaban Islam dalam kondisi terhegemoni maka kemampuan menfilter konsep-konsep dalam pemikiran dan kebudayaan Barat juga lemah.
Dalam kehidupan kita mengenal adanya pembagian waktu diantaranya; masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Dengan adanya sejarah kita dapat mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di masa lalu. Keadaan pada masa lalu mempengaruhi masa kini dan mendatang. Mengetahui sejarah dan perjalanan Islam pada masa-masa tersebut dapat membantu dalam menerawang perkembangan dan perubahan yang terjadi pada peradaban Islam. Sejalan dengan waktu yang terus berjalan maka perubahan pasti terjadi baik ke arah positif maupun negatif. Perubahan tersebut perlu disadari agar tidak terus berkembang kepada arah yang negatif.





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Sejarah Singkat Hidup Nabi Muhammad Saw.
Allah Swt. berfirman pada Nabi Saw. dalam QS Al-Dhuha:
Bukankah Allah dapati engkau yatim, lalu la pelihara? Bukankah Ia dapati engkau bingung, lalu Ia beripetunjuk? Dan bukankah Ia dapati engkau miskin, lalu la beri kecukupan? (QS Al-Dhuha [93]: 6-8)4

. öNs9r& x8ôÉgs $VJŠÏKtƒ 3ur$t«sù ÇÏÈ   x8yy`urur ~w!$|Ê 3yygsù ÇÐÈ   x8yy`urur Wxͬ!%tæ 4Óo_øîr'sù ÇÑÈ  
“Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.

Bapaknya bernama Abdullah bin Abdul Muththalib. Abdullah wafat dua bulan sebelum Beliau dilahirkan. Beliau lahir dalam keadaan yatim, sehingga Beliau diasuh ibunya, Aminah binti Wahab5. lalu kakeknya, Abdul Muththalib. Akhirnya pamannya, Abu Thalib Muhammad tumbuh layaknya anak-anak sebayanya. Tubuh dan jiwanya berkembang dengan sangat wajar. Namun,sejak kecil Beliau tumbuh menjadi anak yang bagus paras dan budi pekertinya.[1]
Masa kanak-kanak Beliau dilalui dengan menjadi pengembala kambing. Selanjutnya, mulai belajar menjadi pedagang bersama pamannya pada masa remaja. Beliau terkenal dengan julukan Al-Amin arena kejujuran dalam mengemban amanah.
Di tengah kaum musyrikin jahiliyah yang begitu rusak, akhlak dan budi pekerti Beliau talmpak begitu indah dan memesona sehingga menarik setiap insan yang mengenalnya. Bagaikan matahari dan bulan yang menyinari kegelapan. Pada masa kematangan itu, Beliau mulai bekerja keras menopang perekonomian pamannya.[2]
Ketika berusia enam tahun, Beliau dibawa ibunya dalam perjalanan jauh dari Makkah ke Madinah untuk mengunjungi Bani Najjar, yaitu ibu dari saudara bapak Beliau. Di samping itu, juga berziarah ke makam bapak Beliau. Beliau bersama sang ibu menetap beberapa hari di tengah keluarga bapaknya, dan memperoleh penghormatan yang sangat baik dari segenap keluarga dan tetangga.
Dalam perjalanan pulang ke Makkah, ibu Beliau sakit, lalu meninggal dunia. Ibu Beliau dikuburkan di Abwa. Seusai penguburan, semua orang kembali ke rumah masing-masing. Tinggallah Beliau bersama pengasuhnya di dekat kubur itu, terdiam di bawah terik panas matahari padang pasir. Air mata Beliau mengalir membasahi pipi. Kesedihan menyelimutikarena tidak ada lagi orang yang menyayangi. Jadilah Beliau seorang yatim piatu, tanpa bapak dan ibu.
Setelah sekian lama terdiam, Beliau menoleh ke kiri dan ke kanan. Ternyata, tidak seorang pun berada di tempat itu. Hanya Ummu Aiman, pengasuh Beliau. Ummu Aiman pun menyapu air mata yang mengalir di pipi Beliau, sambil menghibur hati, membangkitkan kembali semangat hidup Beliau.
Beliau bertanya, "Hai, Ummu Aiman. Saya sudah kehilangan ibu dan bapak. Kehilangan dua naungan kasih sayang. Padahal, saya masih dalam perjalanan antara dua tempat yang sangat jauh. Aku tidak tahu ke mana tujuanku. Ke rnana seharusnya aku melangkah sekarang ini, Ummu Aiman? Apakah meneruskan perjalanan ke Makkah atau kembali ke Madinah?"[3]
Mendengar pertanyaan ini, hati Ummu Aiman tersentak dan air mata mengalir dari kedua matanya. Kesedihan mendalam juga ikut meyelimutinya. Air matanya deras membasahi tanah yang tandus. Peluh dinginnya mengalir disekujur badan. Suaranya menjadi serak, mencoba menjawabpertanyaan Beliau, "Ya. Ke manakah engkau ingin pergi,Muhammad? Apakah kepada bapakmu Abdul Muttalib,pemimpin bangsa Quraisy untuk tinggal bersamanya dalamperlindungannya?"Beliau pun bertanya, "Mengapa kamu katakan bapakkuAbdul Muththalib? Bapakku? Jangan kamu sebut bapakku,tetapi sebut kakekku. Sebab, bapakku sudah meninggal danhari ini ibuku meninggal juga. Ya, Abdul Muttalib adalahkakekku."Dengan perkataan itu, Beliau membayangkan kedudukandi bawah sang kakek karena Abdul Muttalib adalah satu diantara keluarga yang ada. Tentu lain bila berada di bawahasuhan ibu atau bapak sendiri.
Begitulah, Beliau dengan Ummu Aiman meneruskan perjalanan ke Makkah. Lalu, Beliau oleh Ummu Aiman diserahkan kepada Abdul Muttalib, yang terlihat sangat sedih ketika menerima cucunya yang amat dicintainya itu.
Muhammad terdiam sejenak, lalu berkata, "Bapakku Abu Thalib, hai Ummu Aiman? Bukankah bapakku sudah meninggal, begitu juga kakekku? Bukankah Abu Thalib saudara bapakku? Ummu Aiman, katakanlah dia sebagai saudaraku bapakku. Dia orang yang mulia, terkemuka, mempunyai kehebatan dan kemuliaan, serta terpandang dalam masyarakatnya. Bukankah dia miskin, tetapi anaknyabanyak? Kalau aku engkau serahkan kepadanya, tentu bebannya semakin besar dan bertambah berat. Aku tak ingin menambah beban berat seseorang.
Abu Thalib sangat mencintai Beliau. Sama seperti kecintaan kakek dan ibu Beliau. Oleh karenanya, Ummu Aiman menyerahkan Beliau kepada Abu Thalib, yang tak lain adalah saudara bapak Beliau.
Karena kondisi ekonomi Abu Thalib yang serba kekurangan, Beliau berusaha meringankan bebannya. Sekalipun masih kanak-kanak, Beliau bekerja keras guna mendapatkan penghasilan meskipun kecil. Beliau menerima upah dari menggembala kambing, kemudian berdagang kecil-kecilan. Pada saat-saat tertentu, Beliau turut berniaga Abu Thalib ke Syam (Syiria). Di situ Beliau mulai mengenal pasar-pasar, sekaligus membaur dengan pedagang-pedaganglainnya.[4]

B.     Dasar-Dasar Peradaban Islam Pada Masa Di Makkah
Makkah adalah bagian dari Jazirah Al-Arabiyah, yang artinya 'padang pasir', 'tanah gundul', dan `leering kerontang', dada air dan tumbuhan. Letak geografis Jazirah Al-Arabiyah dibatasi Laut Merah dan Gurun Sinai di sebelah barat; teluk Arab dan sebagian besar wilayah Iraq Selatan di sebelah timer; Laut Arab yang menyambung dengan Lautan India di sebelah selatan; dan Negeri Syam dan sebagian kecil wilayah Iraq di sebelah utara. Was Jazirah al-Arabiyah membentang antara satu juta mil kali satu juta tiga ratus ribu mill.
Sedangkan, letak geografis kota Makkah berada di tengah-tengah pusaran bumi, berhadapan dengan Laut Merah-antara Yaman dan Palestina-membentang bukit-bukit sejauh kira-kira delapan puluh kilometer dari pantai. Bukit-bukit ini mengelilingi sebuah lembah yang tidak begitu luas dan hampir menutupnya kalau tidak dibuka oleh tiga jalan. Pertama, jalan menuju ke Yaman; kedua, jalan dekat Laut Merah di pelabuhan Jedah; dan yang ketiga, jalan yang menuju ke Palestina.
Letak Makkah sangat strategis. Tempat ini menjadi tujuan utama setiap pedagang. Setiap musim haji tiba, mereka berkumpul di Makkah dengan membawa komoditas dagangan. Di sisi"lain, penduduk Makkah memanfaatkan momen musim haji dengan menjual berbagai jenis kerajinan tangan (handycraft), seperti pedang, tombak, panah dan perisai perang, pelana kuda dan onta, serta aneka ragam pakaian. Para pedagang itu adalah Saad bin Abi Waqos, Al-Walid bin Mughirah, Al-Ash bin Hisyam, Hubbab bin Al-Art, Utbah bin Abi Waqos. Mereka merupakan pengusaha-pengusaha sukses di bidang home industry kota Makkah. Ini dikarenakan setiap tahunnya pengusaha manca negara mendatangi Makkah, kota pusat perdagangan sekaligus tempat pertemuan tahunan orang yang menunaikan haji.
 Adapun beberapa keutamaan Makkah antara lain:[5]
1.      Tempat dibangunnya Baitullah (Ka'bah), dan dibolehkan shalat sunnah di waktu yang terlarang.
2.      Tempat kelahiran manusia sempurna (utusan Allah) Nabi Muhammad Saw. Kehadiran Beliau di muka bumi mengubah dunia dari kegelapan menjadi bercahaya dengan sinarnya.Merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu (istitoah) untuk menziarahi (Makkah) dengan niat haji atau umrah, kemudian dilanjutkan berziarah ke makam Nabi, dengan harapan mendapatkan syafa'at Beliau. Karena berdasarkan janji Nabi, bagi setiap orang yang menziarahinya, maka akan memperoleh pertolongan kelak di Hari Kiamat.
3.      Tempat yang suci dari orang-orang non-Muslim karena mereka tidak diperbolehkan masuk ke dalamnya dengan alasan apa pun, berdasarkan nashyang sangat jelas9. Bagi kaum muslimin yang memasukinya harus benar-benar khusyu', tawadlu' dan meninggalkan pakaian yang berlebih, jabatan, dan perhiasan dunia.
4.      Tempat yang aman bagi siapa saja yang memasukinya dan diharamkan saling membunuh di dalamnya (perang) atau memasukinya dengan membawa senjata, seperti pedang, parang, golok, senapan, serta segala bentuk senjata lainnya.
5.      Tempat dispensasi bagi orang-orang yang bertaubat danmendapatkan pengampunan, serta dilipatgandakannyasetiap amal saleh hingga seratus ribu. Ini adalah janji Nabikepada pengikutnya.
6.      Satu-satunya tempat disyariatkannya thawaf (mengelilingiKa'bah) karena tempat disyariatkan thawaf hanyalahdi Baitullah. Thawaf termasuk amalan penghapus dosadan dicatat sebagai amal kebaikan. Bahkan, pahalanya diibaratkan dengan memerdekakan budak.
7.      Tidak ada tempat yang diperintahkan untuk mendatanginya, kecuali pada tiga masjid, yaitu Masjidil Haram, Masjid Al-Nabawi, dan Masjid al-Aqsha11 karena di dalamnya menyimpan seribu satu cerita dan pahala yang berlipat ganda.
8.      Satu-satunya kiblat umat Islam dari seluruh penjurudunia. Dan, tidak ada tempat yang diperintahkan untukmelambaikan atau mengecupnya, kecuali Hajar Aswad.Dengan melambaikan tangan atau mengecupnya, bisa melunturkan dosa-dosa12 yang melekat dalam jasad dan hati manusia, balk dosa yang ada hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia.
9.       Makkah juga menjadi tempat beribadah yang pahalanya digandakan seratus ribu kali dari yang dilakukan di luar kota Makkah13. Begitu juga niat jahat dan kemaksiatan, balasanya akan datang dengan segera, sebagaiaman keterangan para ulama.
10.  Tidak diperbolehkan membelakangi Ka'bah ketika buang hajat, sebagai tanda keagungan Baitullah al-Haram.
11.  Malaikat selalu menjaga setiap saat agar tidak disinggahi Dajjal dan pengikutnya. Bahkan, Dajjal kelak tidak akan bisa memasuki kota suci Makkah dan Madinah.
Dimulainya Isra-Mi'raj
Makkah juga merupakan tempat istimewa, yaitu sebagai tempat permulaan peijalanan Nabi ketika di-Isra'dan di-Mi'rajkan Allah Swt. Saat itu, Nabi sedang duduk di Hijir Ismail. Kemudian, Jibril datang membawa Beliau menghadap Allah Swt. untuk mendapat perintah shalat lima waktu.48Shalat lima waktu merupakan oleh-oleh paling istimewa dari Allah untuk umat Nabi Saw. Oleh karena itu, shalat mempunyai nilai yang sangat luar biasa sehingga dengan cara dan qudrat-Nya Rasulullah dipanggil secara langsung untuk menghadap-Nya. Inilah perbedaan antara perintah shalat dan perintah lain yang diwajibkan atas Rasulullah, seperti puasa, zakat, haji, dan ibadah lain
Ketika berada di Sidratul Muntaha dan Mustawa, Nabi Saw. diperlihatkan surga, bahkan sempat masuk ke dalamnya. Lalu, Beliau juga melihat api neraka.
Dalam kesempatan lain, Nabi melihat para malaikat yang tak terbilang jumlahnya. Mereka mendapat tugas masing-masing dan tak satu pun bermaksiat kepada-Nya. Sebagian bersujud kepada Allah Swt., sebagian lagi tak henti-hentinya bertasbih dan bertahlil serta bertakbir. Ada yang selalu ruku' dan bersujud. Semua kegiatan mereka (malaikat) dirangkum menjadi aktivitas ibadah khusus bagi Rasulullah dan umatnya dalam bentuk shalat lima waktu yang telah disyariatkan kepada kita.
Adapun peristiwa pembedahan dada dan pencucian hati Nabi dengan air zam-zam sebelum berangkat ke Baitul Maqdis merupakan gambaran beberapa hal. Pertama, persiapan rilOtlghadap Allah hlln.le bersih (ikhlas) dari segala kotoran hati Ma 1#09 menjadi khusyu'. Kedua, Jibril memerintahkan Nabi aW berwudhu dahulu sebelum Isra', sebagai gambaran bahwa Llrituk menghadap Allah (shalat) harus suci dari hadas kecil dan besar.


Makkah Merupakan Pusat Ilmu Agama
Makkah merupakan pusat ilmu agama. Semua ilmu agama bersumber dari Al-Quran dan hadis. Sedangkan, keduanya berasal dari Makkah. Nabi Saw. membangun keyakinan dan ketauhidan di Makkah dalam kurun waktu 13 tahun. Beliau berjuang siang dan malam agar akidah uluhiyah dan rububiyah tertanam kuat pada sahabatnya. Para ulama Mujtahidin, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Syafi'i dan Ibnu Hanbal, Ibnu Qayyim, Imam Nawawi, Ibnu Hajar Al-Haitami, Ibnu Hajar Al-Asqalani, serta banyak lagi ulama besar lainnya, pernah mengenyam pendidikan di Makkah dan tabarrukan terhadap Baitullah di Tanah Suci Makkah.
Seiring dengan kemajuan zaman, eksistensi Makkah semakin maju dan berkembang. Baik dalam bidang teknologi, ekonomi, maupun pendidikan. Pemerintah Arab Saudi menjadikan Makkah seperti dahulu, yaitu menjadi pusat pendidikan agama. Kepedulian Pemerintah Saudi bisa dilihat darl aktivitas Masjidil Haram. Setiap sholat ahar, magrib, dan subuh terjadwal rapi. Berbagai bidang ilmu agama, seperti ilmu tafsir dan hadis, dan fiqih diajarkan. Para pengajarnya sangat kompeten dan profesional sesuai dengan bidangnya, termasuk para Imam Masjidil Haram serta ulama-ulama dan doktor-doktor yang tidak diragukan lagi kemampuan pengetahuan agamanya.

Sebagaimana diketahui bahwa pada masa sekarang ini Madinah telah mengalami perluasan hingga sebagianwilayahnya telah keluar dari tanah haram. Karena itu jangan dikatakan bahwa sesungguhnya semua bangunan yang ,terdapat di Madinah adalah tanah haram. Tetapi, semua yang masuk ke dalam batas tanah haram, maka ia termasuk tanah ' haram. Sedangkan, yang berada di luar batas tanah haram, iatetap termasuk tanah Madinah, namun jangan dikatakan bahwa sesungguhnya ia termasuk tanah haram. .[6]
Telah disebutkan berita yang berasal dari Nabi saw. dalam menjelaskan batas tanah haram Madinah yaitu bahwa tanah haram adalah wilayah yang berada di antara dua bukit, atau apa yang berada di antara dua tanah berbatu, atau apa yang berada di antara dua gunung, atau apa yang berada di antara 'Air hingga Tsaur. Tidak ada pertentangan dan keraguan di antara lafazh-lafazh ini, karena sesungguhnya sesuatu yang lebih kecil masuk ke dalam sesuatu yang lebih besar. Maka, apa yang berada di antara dua bukit adalah termasuk tanah haram, dan apa yang berada di antara dua tanah berbatu termasuk tanah haram, serta apa yang berada di antara Airhingga Tsaur termasuk tanah haram.
Apabila terdapat keraguan dalam suatu masalah (apakah mungkin ia termasuk tanah haram, dan mungkin bukan termasuk tanah haram), maka ia termasuk ke dalam perkara yang disebut perkara-perkara syubhat. Mengenai perkaraperkara syubhat ini, Nabi saw. menjelaskan metode yang mesti ditempuh dalam menghadapinya, yaitu berhati-hati terhadapnya. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi saw. dalam sebuah hadits shahih yang diriwayatkan oleh Nu'manbin Basyir, "Barangsiapa yang berhati-hati terhadap perkara-perkara syubhat, sungguh ia telah memelihara agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjatuh ke dalam perkara syubhat sungguh ia telah terjatuh ke dalam perkara haram."
Kedua, Nabi saw. menamakannya dengan "Thayyibah" dan "Thabah". Bahkan, disebutkan secara kuat dalam hadits Shahih Muslim bahwa Allah menamakannya dengan "Thabah." Nabisaw. bersabda, "Sesungguhnya Allah menamakan Madinah denganThabah." Kedua lafazh ini merupakan bentukan dari kataThayyib yang berarti baik, keduanya merupakan dua lafaz.Yang baik yang mengandung arti tanah yang baik. "Sesungguhnya iman itu benar-benar meluncur ke Madinah sebagaimana ular meluncur ke dalam lubangnya " (HR Bukhari
dan Muslim)Arti hadits ini adalah bahwa keimanan itu menuju ke arahnya dan menetap di sana. Kaum muslimin bergerak menuju ke arahnya. Mereka membelanya karena keimanan dan karena mencintai tanah yang penuh berkah ini yang telah diharamkan (disucikan) oleh Allah.Keempat, Nabi saw. mensifatinya dengan sebutan kota yang memakan kota-kota lain. Nabi saw. bersabda,"Aku diperintahkan untuk menuju kota yang memakan kota-kota lain (yakni diperintahkan untuk berhijrah menuju kota ini yang memakan kota-kota lain). Mereka menyebutnya dengan sebutan Yatsrib, yaitu Madinah "(HR Bukhari dan Muslim)
Ucapan Nabi saw., "memakan kota-kota lain" ditafsirkan bahwasanya Madinah itu mengalahkan kota-kota lainnya, dan ditafsirkan bahwasanya Madinah mengumpulkan rampasan perang yang berhasil diperoleh dalam jihad fi sabilillah lalu dibawa ke sana. Kedua perkara ini benar-benar telah terj~i dan didapatkan. Kota ini telah memperoleh kemenangan atas kota-kota lainnya, dengan bertolaknya para pembaharu yang membawa petunjuk dari sana, serta pasukan-pasukan pembebas. Mereka mengeluarkan manusia dari kegelapan (jahiliah) menuju cahaya (Islam) dengan izin Tuhannya, maka masuklah manusia ke dalam agama Allah.
Seluruh kebaikan yang diperoleh oleh semua penghuni bumi sesungguhnya keluar dari kota Madinah yang penuh berkah ini, kota Rasulullah. Maka, keberadaannya memakan kota-kota lain maksudnya adalah eksistensi kemenangannya atas kotakota lain, sebagaimana hal ini pernah terjadi pada masa awal, bersama generasi pertama dari para sahabat Rasulullah serta Khulafaur Rasyidin. Demikian pula diperolehnya rampasan perang dan dibawanya ke sana, ini pun sungguh telah diperoleh, karena sesungguhnya Nabi saw. pernah mengabarkan tentang dikeluarkannya harta simpanan Kisra
(Raja Persia) dan Kaisar Romawi di jalan Allah, dan hal itu benar-benar telah terjadi. Harta simpanan itu sungguh telah didatangkan ke kota Madinah yang penuh berkah ini, dan telah dibagikan lewat tangan Al-Faruq (Umar ibnul-Khaththab).
Kelima, Nabi saw. menganjurkan kaum muslimin untuk bersabar atas kesulitan dan kesukarannya. Beliau bersabda,"Kota Madinah ini lebih baik bagi mereka, jika sekiranya merekamengetahui." Beliau mengatakan hal itu kepada mereka yang berpikir untuk berpindah dari Madinah ke tempat lain yang dipandang lebih makmur, lebih lapang rezekinya, dan lebih banyak harta bendanya. Maka, Nabi saw. bersabda,"Kota Madinah ini lebih baik bagi mereka sekiranya mereka mengetahui. Tidaklah seseorang meninggalkan satu keinginan darinya (Madinah) melainkan Allah akan mengganti baginya dengan sesuatu yang lebih baik, dan tidaklah seseorang tetap bersabar atas kesulitan dan kesukarannya (Madinah) melainkan aku akan menjadi penolong dan saksinya pada hari kiamat." (HR Muslim)
Semua ini menunjukkan kepada kita tentang keutamaan kota Madinah. Keutamaan bersabar atas penderitaan, kesulitan, kesukaran, dan kesempitan yang dirasakan seseorang yang tinggal di sana. Namun, tidaklah semua itu mendorongnya untuk berpindah dari kota ini karena ingin mencari tempat lain yang lebih makmur dan lebih lapang rezekinya. Pasalnya, (jika ia bersabar) dengan semua itu, sungguh ia telah dijanjikan dengan pahala yang besar dan balasan yang agung dari Allah.
Keenam, Nabi saw. telah menjelaskan tentang keagungannya -dan bahaya menciptakan bid'ah di dalamnya saat beliau menerangkan mengenai kesuciannya. Beliaubersabda,Ketujuh, Nabi saw. berdoa bagi keberkahan Madinah. Mengenai hal ini beliau bersabda,
"Ya Allah, berkahilah kami dalam buah-buahan kami, berkahilah kami dalam kota kami, berkahilah kami dalam takaran dan timbangan kami." (HR Muslim)
Kedelapan, kota Madinah ini tidak akan dimasuki wabah thaun dan Dajjal.
Nabi saw. bersabda,"Di setiap sudut kota Madinah terdapat para malaikat (yang menjaganya), (maka Madinah) ini tidak akan dapat dimasuki wabah thaun dan Dajjal "(HR Bukhari dan Muslim)
Hadits-hadits mengenai keutamaan kota Madinah ini sangat banyak. Apa yang saya sebutkan ini adalah sejumlah hadits yang diambil dari kitab Hadits Shahihain (Bukhari dan Muslim) atau diambil dari salah satu dari keduanya.

D.    Tantangan / Kendala Peradaban Islam Dakwah Rasulullah
Da’wah yang dilkukan Nabi Muhammad dan para Sahabatnya selama di Mekah baik secara sembunyi-sembunyi maupun terang-terangan hasilnya semakin baik. Hari demi hari pengikut ajaran Nabi Muhammad SAW semakin bertambah, sehingga kaum kafir quraisy merasa kawatir dan selalu berusaha untuk merintangi dan menghambat dakwah Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.
Tantangan semakin  keras setelah nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara terang-terangan. Tantangan  tersebut antara lain berupa :[7]
1.        Melakukan bujukan
Kaum kafir quraisy membujuk Abu Thalib supaya Nabi Muhammad SAW segera menghentikan dakwahnya. Abu Thalib berusaha membujuk Nabi Muhammad SAW tetapi Nabi Muhammad SAW dengan tegas  menolaknya seraya berkata : “Demi Allah, seumpama matahari diletakan  supaya aku berhenti berdakwah, pasti aku tidak akan menghentikannya, sehingga Allah memberikan kemenangan kepadaku atau aku akan binasa  dalam berjuang"
Selain Abu Thalib, kafir quraisy mengutus Utbah bin Rabiah untuk membujuk Nabi Muhammad SAW dengan menyodorkan penawaran menarik sambil berkata: Wahai Muhammad, apabila engkau ingin harta melimpah aku sanggup mengangkatmu menjadi raja di negeri ini. Dan jika ingin wanita cantik, saya pun sanggup mencarikan. Hanya satu syaratnya yaitu Nabi disuruh menghentikan dakwahnya. Nabi Muhammad SAW dengan tegas menolak tawaran tersebut dengan membaca Al Quran Surat Fusiat
2.        Melakukan Penyiksaan
Setelah gagal membujuk Nabi Muhammad SAW kaum kafir Quraisy mulai mengggunakan cara lain, yaitu dengan cara-cara kekerasan atau penyiksaan. Bentuk penyiksaan yang dilakukan kaum kafir quraisy untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW antara lain:
a.         Ketika Nabi Muhammad SAW sedang bersujud didekat Ka’bah, Abu Jahal    meletakan kotoran unta di jubahnya.
b.         Ketika Nabi Muhammad SAW akan pergi ke Masjidil Haram pada waktu fajar, disepanjang jalan yang dilaluinya ditaburi duri supaya baliau menderita dan kesakitan.
c.         Ketika Nabi Muhammad SAW sedang sujud di masjidil Haram diwaktu fajar, oleh Utbah bin Muith diberi kotoran busuk yang ditaruh diatas punggungnya.
d.        Mengancam pada sahabat nabi dan menyiksanya terhada Bani Hahafifi.
3.         Melakukan Pemboikotan
Apapun cara yang dilakukan oleh kaum kafir quraisy untuk menghentikan dakwah Nabi Muhammad SAW selalu menemui kegagalan sehingga kejengkelan dan kemarahan kaum kafir quraisy sudah mencapai puncaknya, kemudian mereka bersepakat untuk memboikot umat islam, terutama keluarga Bani Hasyim yang selama ini membela dan melindungi dakwah Nabi Muhammad. Pemboikotan itu berisi antara lain :
a.         Tidak boleh mengadakan perdamaian
b.         Dilarang mengadakan transaksi jual
c.         Tidak diperbolehkan berbicara dan menengok orang sakit
d.        Umat Islam diasingkan dan diberi tempat tinggal di sisi utara kota Makkah



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesuksesan Rasulullah saw dalam membangun peradaban Islam yang tiada taranya dalam sejarah dicapai dalam kurun waktu 23 tahun. Periode 23 tahun merupakan rentang waktu kurang dari satu generasi, di mana Nabi Muhammad saw telah berhasil memegang kendali kekuasaan atas bangsa-bangsa yang lebih tua peradabannya saat itu khususnya Romawi, Persia, dan Mesir. Nabi Muhammad saw merupakan pemimpin yang sangat luar biasa, beliau membangun peradaban Islam hingga puncak kesuksesannya hanya dalam kurun waktu yang terbilang singkat.
Peradaban Islam sangat mempengaruhi peradaban dunia karena kemajuan yang dicapai Barat pada mulanya bersumber dari peradaban Islam. Tak banyak yang mengetahui bahwa Islam menciptakan peradaban yang gemilang dengan menciptakan karya-karya teknologi yang mempengaruhi kehidupan dunia sampai saat ini. Salah satu ilmuan Eropa melukiskan perkembangan peradaban Islam sebagai suatu ledakan yang mengguncangka n seluruh dunia.
Banyak penemuan-penemuan oleh ilmuan Islam menciptakan teknologi dan ilmu pengetahuan yang berpengaruh bagi dunia. Hasil karya ilmuan-ilmuan Islam bisa kita rasakan sampai saat ini, meskipun dalam hal ini ilmuan-ilmuan Eropa yang mengembangkan hasil karya ilmuan Islam.
B.     Saran
Dengan adanya makalah yang telah dibuat oleh pemakalah ini, maka pemakalah menyarankan kepada pembaca, untuk mengamalkan pelajaran yang didapat dalam makalah ini dalam kehidupan sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA


Irsad Abd. Adzim, Makkah: Keadjaiban dan Keagungan Kota Suci, Yogyakarta : A+ Plus Book,2009

Abdul Ghani Muhammad Ilyas, Keutamaan dan Sejarah Kota Mekah dan Madinah  Jakarta : Media Eka Sarana,2005

Annadwy Sekh. Sulaiman, Risalah Nabi Muhammad Saw, Surabya : AL-Ikhlas

Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota Kembang,1989

 




[1] Abd. Adzim Irsad, Makkah: Keadjaiban dan Keagungan Kota Suci,( Yogyakarta:A+ Plus Book), h. 26
[2] Ibid.h.27
[3] Ibid.h.29
[4] Ibid,h.31
[5] Muhammad Ilyas Abdul Ghani, Keutamaan dan Sejarah Kota Mekah dan Madinah (Jakarta:Media Eka Sarana,2005) h. 9
[6] Sekh. Sulaiman Annadwy, Risalah Nabi Muhammad Saw, (Surabya : AL-Ikhlas,)h.35
[7] Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang,1989) h. 28-29

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih komentarnya :)

Arsip Blog