Selasa, 19 April 2016

HADIS MAUDHU



BAB I
PENDAHULUAN

A.    PENGERTIAN HADIS MAUDHU
Al-Maudhu' adalah Isim maf’ul dari wa-dha`a, ya-dha`u, wadh`an, yang mempunyai arti al-isqath (meletakkan atau menyimpan); al-iftra al-ikhtilaq (mengada-ada atau membubuat); dan al-tarku (ditinggal).[1] Sedangkan pengertian hadis maudhu' menurut istilah adalah:




Artinya: "Hadis yang disandarkan kepada Rasulullah SAW, secara dibuat-buat beliau tidak mengatakan, berbuat ataupun rnenetapkannya.
Sebagian, mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan hadis maudhu' ialah:




Artinya: "Hadis yang dibuat-buat oleh seseorang (pendusta) yang ciptaan ini dinisbatkan kepada Rasulullah secara paksa dan dusta, baik sengaja rnaupun tidak." Jadi hadis maudhu' itu adalah bukan hadis yang bersumber dari Rasul atau dengan kata lain bukan hadis Rasul, akan tetapi suatu perkataan atau perbuatan seseorang atau pihak-pihak tertentu dengan suatu alasan kemudian dinisbatkan kepada Rasul. Para ulama berbeda pendapat tentang kapan mulai terjadinya pemalsuan hadis. Berikut ini akan dikemukakan pendapat mereka, yakni:
1.      Menurut Ahmad Amin, babwa hadis maudhu’ telah terjadi pada masa Rasulullah SAW. masih hidup.            Yang diJadikan argumentasi adalah sabda Rasulullah.Artinya: Bagi siapa yang secara sengaja berdusta kepadaku, maka hendaknya dia mengambil tempat di neraka.
2.      Shalah Al-Din Al-Dlabi mengatakan bahwa pemalsuan hadis berkenaan dengan masaYah keduniaan telah terjadi pada masa Rasulullah SAW. Alasan yang ia kemukakan hadis riwayat Al-Thah awi (w. 321 H/933 M) dan Al-Thabrani (w.360 H/971 M). Dalam kedua hadis tersebut dinyatakan bahwa pada masa nabi ada seseorang telah membuat berita bohong mengatasnamakan nabi.  Orang itu mengaku telah diberi wewenang nabi untuk menyelesaikan suatu masalah di suatu kelompok masyarakat di sekitar Madinah. Kemudian seseorang itu melamar seorang gadis dari masyarakat tersebut, tetapi lamaran itu ditolak. Masyarakat tersebut lalu mengirim utusan kepada nabi untuk mengkonfirmasikan berita utusan dimaksud. Ternyata Nabi tidak pernah menyuruh seorang yang mengatasnamakan beliau itu Nabi lalu menyuruh sahabatnya untuk membunuh orang yang berbohong seraya berpesan, apabila ternyata orang yang bersangkutan telah meninggal dunia, maka jasad orang itu agar dibakar.
3.      Menurut jumhur al-muhadditsin bahwa pemalsuan hadis itu terjadi pada masa kekhalifahan Ali ibn Abi Thalib, Mereka beralasan bahwa keadaan hadis sejak zaman Nabi hingga sebelum terjadinya pertentangan antara `Ali ibn Abi Thalib dengan Mu’awiyah Ibn Sofyan (w.60 H/680 M) masih terhindar dari pemalsuan-pemalsuan. Zaman nabi jelas tidak mungkin terjadi pemalsuan hadis. Sedangkan pada masa kekhalifahan Abu Bakar Al-Shiddiq, 'Umar ibn Khathab, dan Suhudi Ismail, Kaidah Kesahihan Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah, (Jakarta: Bulan Bintang, 1988),hlm. 92-93.[2]
B.     LATAR BELAKANG MUNCULNYA HADIS MAUDHU
Berdasarkan data sejarah yang ada, pemalsuan hadis tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Islam, akan tetapi juga dila kukan oleh orang-orang non-Islam. Ada beberapa motif yang mendorong mereka membuat hadis palsu, antara lain:
1.      Pertentangan Palitik
Perpecahan umat: Islam yang diakibatkan politik yang terjadi pada masa kekhalifahan `Ali bin Abi Thalib besar sekali pengaruhnya terhadap perpecahan umat ke dalam beberapa golongan dan kemunculan hadis-hadis palsu. Masing-masing golongan berusaha rmengalahkan lawan dan mempengaruhi orang-orang dengan membawa-bawa Al-Quran clan sunnah. Sungguh sangat disayangkan konflik-konflik politik telah menyeret permasalahan keagamaan masuk ke dalam arena perpolitikan dan membawa pengaruh juga pada madzhab-madzhab keagamaan. Pada akhiirnya masing-masing kelompok berusaha mencari dalilnya ke dailam Al-Quran dan Sunnah, dalarn rangka mengunggulkan kelompok atau madzhabnya masing-masing. Ketika tidak ditemuinya, maka mereka mulai membuat pernyataan-pernyataan yang disandarkan pada Nabi SAW. Dari sinilah hadis palsu mulai berkembang. Materi hadis palsu yang pertama mengangkat tentang keunggulan seseorang dan kelompoknya. "
Menurut Ibnu Abi AI-Haddad dalam 'Syarah Nahj AI-Balaghah", sebagaimana dikutip oleh Mushthafa Al-Siba'i, bahwa pihak yang pertama-tama membuat hadis palsu adalah dari golongan Syi'ah, dan kelompok Ahlu Al-Sunnah menandinginya dengan hadis-hadis lain yang juga maudhu'. Ibnu Al-Mubarak mengatakan: agama itu untuk ahli hadit, percakapan yang menghayal untuk ahli ra’yi, dan kbohongan itu untuk golongan Rafidah.
Hammad bin Salamah pernah meriwayatkan bahwa ada salah seorang tokoh Rafidhah berkata: "sekiranya kami pandang baik, segera kami jadikan hadis." Imam Syafi'i juga pernah berkata "Saya tidak melihat pemuas hawa nafsu yang melebihi sekte Rafidlah dalam memuat hadis palsu" 3 Contoh hadis palsu yang dibuat oleh kaum Syi' ah antara lain: "Wahai Ali sesungguhnya Allah SWT. telah mengampunimu, keturunanmu, kedua orang tuamu, keluargamu, (golongan) Syi'ahmu, dan orang yang mencintai (golongan) Syi'ahmu".
Golongan Mu'awiyah, juga membuat hadis palsu, sebagai contoh dapat dikemukakan : "Tiga golongan yang dapat dipercaya, yaitu saya (Rasul), Jibril, dan Mu'awiyah. Kamu termasuk golonganku dan Aku bagian dari kamu". Sedang golongan Khawarij menurut data sejarah tidak pernah membuat hadis palsu.[3]
2.      Usaha Kaum Zindik
Kaum Zindik termasuk kaum golongan yang membenci Islam, baik Islam sebagai Agama atau sebagai dasar Pemerintahan. Mereka tidak mungkin dapat melampiaskan kebencian melalui konfrontasi dan pemalsuan al-Quran, maka cara yang paling tepat dan memungkinkan adalah melalui pemalsuan hadis, dengan tujuan menghancurkan agama dari dalam. 'Abd Al-Karim ibn 'Auja' yang dihukum mati oleh Muhammad bin Sulaiman bin `Ali, Wali wilayah Basrah, ketika hukuman akan dilakukan dia mengatakan "Demi Allah saya telah membuat hadis palsu sebanyak 4.000 hadis. Seorang Zindiq telah mengaku di hadapan khalifah Al-Mahdi bahwa dirinya telah membuat ratusan hadis palsu. Hadis palsu ini telah tersebar di kalangan masyarakat. Hammad bin Zaid mengatakan "hadis yang dibuat kaum Zindik ini berjumlah 12.000 hadis." Contoh hadis yang dibuat oleh golongan Zindiq ini antara lain: "Melihat wajah cantik termasuk ibadah".
3.      Fanatik Terhadap Bangsa, Suku, Negeri, Bahasa, dan Pimpinan
Mereka membuat hadis palsu karena didorong oleh sikap ego dan fanatik buta serta ingin menonjolkan seseorang, bangsa, kelompok atau yang lain. Golongan Al-Syu'ubiyah yang , fanatik terhadap bahasa Persi mengatakan: bahasa Arab dan apabila senang maka akan menurunkannya dengan bahasa Persi Sebaliknya, orang Arab yang fanatik terhadap bahasanya mengatakan: "Apabila Allah murka, menurunkan wahyu dengan bahasa Persi dan apabila senang menurunkannya dengan bahasa Arab".
Golongan yang fanatik kepada mazhab Abu Hanifah pernah memuat hadis palsu "Di kemudian hari akan ada seorang umatku yang bernama Abu Hanifah bin Nu'man. Ia ibarat obor bagi umat-Ku".
Demikian pula golongan yang fanatik menentang Imam Syafi'i membuat hadis palsu, seperti "di kemudian hari akan ada seorang umat-Ku yang bernama Muhammad bin Idris. la akan lebih menimbulkan madharat kepada umat-Ku daripada Iblis".[4]
4.      Mempengaruhi Kaum Awam dengan Kisah dan Nasihat
Mereka melakukan pemalsuan hadis ini guna memperoleh simpatik dari pendengarnya dan agar mereka kagum melihat kemampuannya. Hadis an lebihan dan tidak masuk akal. Sebagai contoh dapat dilihat ada hadis berikut: "Barang siapa yang mengucapkan kalimat Allah akan menciptakan seekor burung (sebagai balasan dari tiap-tiap kalimat) yang paruhnya terdiri dari emas dan bulunya dari marjan. Imam Suyuthi mengatakan :"salah seorang pawang yang berkediaman di Baghdad menafsirkan firman Allah SWT:
#Ó|¤tã br& y7sWyèö7tƒ y7/u $YB$s)tB #YŠqßJøt¤C ÇÐÒÈ  
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.



5.      Perselisihan Madzhab dan Emu Kalam dan ilmu
Munculnya hadis-hadis Mereka berarti kalam ini berasal dan para pengikut melakukan pemalsuan hadis karena didorong sifat fanatik dan ingin menguatkan mazhabnya tentang masalah ini adalah:
a.       Siapa yang mengangkat kedua tangannya maka shalatnya tidak sah.
b.      Jibril menjadi Imamku dalam shalat di Ka'bah, ia (Jibril) membaca basmalah dengan nyaring.
c.       Yang junub wajib berkumur dan menghisap air tiga kali.
d.      Semua yang ada di bumi dan langit serta di antara keduanya adalah makhluk, kecuali Allah dan al-Quran. Dan kelak akan ada di antara umatku yang menyatakan "al-Quran itu makhluk". Barang siapa yang menyatakan demikian, niscaya ia telah kufur kepada Allah Yang Maha Agung dan saat itu pula jatuhlah talak kepada isterinya.
6.      Membangkitkan Gairah Beribadat, Tanpa Mengerti Apa Yang Dilakukan
Banyak di antara para `Ulama yang membuat hadis palsu dengan dan bahkan mengira usahanya itu benar dan merupakan upaya pendekatan diri kepada Allah, serta menjunjung tinggi agama-Nya. Mereka mengatakan "kami berdosa semata-mata untuk menjunjung tinggi nama Rasulullah dan bukan sebaliknya". Nuh bin Abi Maryam telah membuat hadis berkenaan dengan fadilah membaca surat-surat tertentu dalam al-Quran. Ghulam Al-Khail (dikenal ahli Zuhud) membuat hadis tentang keutamaan wirid dengan maksud memperhalus kalbu manusia.[5]
7.      Menjilat Penguasa
Ghiyas bin Ibrahim merupakan tokoh yang banyak ditulis dalam kitab hadis sebagai pemalsu hadis tentang "perlombaan". Matan asli sabda Rasulullah berbunyi: Kemudian'Ghiyats menambah kata  dalam akhir hadis tersebut, dengan maksud agar diberi hadiah atau simpatik dari Khalifah Al-Mahdy. Setelah mendengar hadis tersebut, AlMahdy memberikan hadiah sepuluh ribu dirham, namun ketika Ghiyas membalik hendak pergi, Al-Mahdy menegurnya, seraya berkata "aku yakin itu sebenarnya merupakan dusta atas nama Rasulullah. Menyadari akan hat itu, saat itu juga Khalifah memerintahkan untuk menyembelih burung merpatinya.
Dari beberapa motif membuat hadis palsu di atas, kiranya dapat dikelompokkan menjadi: Pertama, ada yang karena sengaja; kedua ada yang tidak sengaja merusak agama; ketiga ada yang karena keyakinannya bahwa membuat hadis palsu diperbolehkan; clan keempat ada yang karena tidak tahu bahwa dirinya membuat hadis palsu. Dapat juga dikatakan bahwa tujuan mereka membuat hadis palsu ada yang negatif dan ada yang menganggap mempunyai nilai positif. Sekalipun demikian, tetap harus dikatakan apa pun alasanyang mereka kemukakan, bahwa membuat dan meriwayatkan; hadis palsu meru)akan perbuatan tercela dan menyesatkan, karena hat ini sangat bertentangan dengan sabda Rasulullah SAW Sseperti yang telahdisebutkan terdahulu.[6]



[1] Munzier Suparta, Ilmu Hadist, (Jakarta: Rajawali Pers, 2001), h. 176
[2]Ibid., h. 179-180
[3]Ibid., h. 183
[4]Ibid., h. 185
[5]Ibid., h. 188
[6]Ibid., h. 179-189

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih komentarnya :)

Arsip Blog