BAB I
PENDAHULUAN
Suatu strategi di pilih dari semakain banyak
alternative yang telah di analisis dan di pertimbangkan dengan teliti dan
matang serta di laksanakan dalam satu kurun waktu tertentu. Maksudnya adalah
agar satu organisasi berada pada kondisi dan posisi yang efektif dalam upaya
menciptakan tujuan dan berbagai sasaran dalam lingkungan eksternal yang sering berubah pada tingkat dan intensitasnya yang pada kalanya tidak mungkin
di perhitungkan sepenuhnya sebelumnya. Suatu strategi per definisi berorientasi
pada masa depan. Karena orientasi demikian pemilihan strategi tertentu pada
umumnya di dasarkan pada berbagai asumsi yang berdasarkan asumsi yang di
gunakan oleh para perumus dan penentu strategi itu dengan sepenuhnya menyadari
bahwa semua peristiwa dan faktor yang berpengaruh pada implementasi strategi
dapat di pertimbangkan dan di pehitungkan dengan tepat
Setelah perusahan merumuskan srtategi korporat,
kemudian unit-unit usaha yang berada dibawah kepemilikan korporat merumuskan
strategi-strategi bisnis, dan perusahaan yang terlibat membuat strategi
fungsional, maka selanjutnya hal yang dilakukan oleh perusahaan adalah
mengimlementasikan seluruh strategi yang telah dibuat. Implementasi
bertujuan agar strategi yang telah dibuat tidak hanya dirumuskan dan tertulis
saja tetapi ada kerja nyata sebagai bentuk dari pengimplementasiannya.baik
dalam perencanaan strategis, agar benar-benar dapat mencapai arah yang telah
ditentukan, serta orang-orang yang terlibat akan mampu bekerja
dengan sukses.
.
Pengawasan ini dilakukan juga dengan alasan karena kita juga mengetahui
bahwa prekonomian kadang-kadang juga tidak stabil, daur hidup produk semakin
singkat, keunggulan tekologi menjadi sesaat, perubahan terjadi lebih sering dan
lain-lain, oleh sebab itu jugalah maka diperlukan sebuah pengawasan dalam
manajemen srategi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Implementasi Strategi
Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan
aktivitas dan pilihan yang dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan
strategis. Implementasi strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan
kebijakan diubah menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan
prosedur. Walaupun implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi
dirumuskan, akan tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen
strategi. Perumusan strategi dan implementasi strategi harus dilihat seperti
dua sisi mata uang. [1]
Pengertian yang cukup luas manajemen strategi
menunjukkan bahwa manajemen merupakan suatu sistem satu kesatuan yang memiliki berbagai komponen yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi,
dan bergerak secara serentak kearah yang sama pula. Komponen pertama adalah
Perencanaan Strategi dengan unsur-unsurnya yang terdiri dari Visi, Misi, Tujuan
strategi organisasi. Sedang komponen kedua adalah Pelaksanaan Operasional
dengan unsur-unsurnya adalah sasaran atau Tujuan Operasional, Pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen berupa fungsi pengorganisasian, fungsi pelaksanaan dan
fungsi penganggaran, kebijaksanaan situasional, jaringan kerja internal dan
eksternal, fungsi kontrol dan evaluasi serta umpan balik
Banyak perusahaan atau organisasi yang banyak
menghamburkan sumberdayanya (uang, waktu, tenaga) untuk mengembangkan rencana
strategik yang “ampuh”. Namun kita harus ingat bahwa perubahan hanya akan
terjadi melalui suatu action (implementasi), bukan sekedar
perencanaan. Rumusan strategi yang secara teknis kurang sempurna jika
diimplementasikan dengan baik, maka akan didapat hasil yang lebih baik
dibandingkan dengan rumusan strategi yang sempurna namun hanya “ di atas
kertas”. Hal ini didukung oleh sebuah hasil penelitian pada 31 industri
manufaktur di mana hasilnya menunjukkan bahwa kinerja yang diperoleh perusahaan
tidak sekedar ditentukan oleh strategi yang dimiliki, namun lebih
disebabkan karena efektivitas perusahaan dalam mengimplementasikan strategi
tersebut.[2]
B.
Berbagai Problem dalam Implementasi Strategi
Seperti dikutip Hunger (1995) terhadap hasil survei terhadap 93 perusahaan
yang masuk daftar Fortune 500 menunjukkan bahwa setengah dari
perusahaan-perusahaan tersebut menemui 10 macam problem
ketika mengimplementasikan sebuah strategi perubahan. Berikut adalah kesepuluh problem tersebut yang disusun
berdasarkan tingkat frekuensi kejadian.[3]
1.
Implementasi berjalan lebih lambat dibanding
dengan perencanaan awalnya
2.
Munculnya berbagai masalah yang tidak terduga
3.
Koordinasi dalam implementasi tersebut
tidak efektif
4.
Perusahaan memberi perhatian yang
berlebihan terhadap aktivitas persaingan dan penanganan krisis sehingga kurang
memperhatikan implementasi yang harus dijalankan
5.
Kemampuan SDM yang terlibat dalam implementasi
strategi kurang
6.
Pendidikan dan pelatihan SDM di tingkat bawah
kurang memadai
7.
Tidak terkendalinya faktor-faktor lingkungan
eksternal
8.
Kualitas kepemimpinan dan pengarahan dari para
manajer departemen kurang memadai
9.
Tidak jelasnya implementasi pada tugas dan
aktivitas kunci
10.
Pemantauan aktivitas oleh sistem informasi yang
dimiliki perusahaan kurang memadai
C.
Menganalisis Perubahan
Ketika membicarakan perubahan, ada jargon yang
selalu didengungkan, yaitu:”Di dunia ini tidak ada sesuatu yang pasti
kecuali perubahan itu sendiri”. Ada banyak aspek yang memicu perubahan,
baik yang berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Dalam hal ini,
perusahaan harus menganalisis perubahan yang akan terjadi
seandainya formulasi strategi yang telah disepakati bersama
diimplementasikan. Melalui analisis ini perusahaan
memperhitungkan secara rinci seberapa besar perusahaan akan berubah,
apakah secara sangat sederhana dimana tidak ada perubahan strategi yang
signifikan, sampai kepada perubahan yang kompleks, misalnya merubah misi
perusahaan. Perubahan strategi dapat diklasifikasikan dalam 5 level perubahan,
di mana semakin besar perubahan maka akan semakin kompleks usaha
untuk mengimplementasi. Adapun 5 level perubahan tersebut adalah sebagai
berikut.[4]
1.
Continuation : Pola ini terjadi karena perusahaan mengulang strategi yang sama
dengan strategi yang digunakan pada periode sebelumnya. Karena strategi ini
pernah dilakukan sebelumnya, maka tidak banyak membutuhkan kemampuan atau
aktivitas yang baru. Bahkan, melalui pengalaman sebelumnya akan mampu
membuat perusahaan beroperasi lebih efisien.
2.
Routine Change : Perubahan ini dilakukan perusahaan untuk meningkatkan
“daya tarik pasarnya” (market appeal) agar konsumen lebih
terpikat. Dalam strategi ini, biasanya perusahaan melakukan
perubahan appeal (daya tarik) dari iklannya, kemasan, harga,
metode distribusi, dan sebagainya. Jadi, dalam hal ini, perubahan yang
dilakukan bukanlah perubahan yang signifikan, sebab perusahaan masih menekuni
industri yang sama dan format organisasinyapun tidak berubah.
3.
Limited Change : Perubahan ini dilakukan karena perusahaan menawarkan produk baru
pada pasar yang baru. Dalam hal ini, kendati perusahaan masih beroperasi dalam
industri yang sama, namun akibat perubahan produk baru tersebut maka
format organisasipun ikut mengalami perubahan.[5]
4.
Radical Change : Dalam hal ini perusahaan melakukan suatu strategi cukup “mendasar”
sehingga perusahaan memandang perlu dilakukannya reorganisasi secara
besar-besaran. Jenis perubahan ini biasanya dilakukan ketika perusahaan
melakukan merger atau akuisisi namun masih dalam industri yang sama.
Proses akuisisi dan merger dapat menjadi lebih kompleks jika perusahaan
bermaksud mengintergrasikan kedua perusahaan secara utuh.
5.
Organizational Redirection : Dalam hal ini perusahaan melakukan perubahan orientasi sedemikian rupa
sehingga merubah industri yang dimasuki, merubah misi, keahlian dan
sebagainya. Organizational Redirection juga dapat terjadi
ketika suatu perusahaan melakukan merger atau akuisisi terhadap perusahaan yang
berasal dari industri yang sama sekali beda. Jenis perubahan ini merupakan
perubahan yang paling kompleks.
D.
Menganalisis Struktur Organisasi
Perubahan strategi perusahaan mungkin akan
membutuhkan beberapa perubahan dalam organisasi dan juga keahlian yang
dibutuhkan pada posisi-posisi tertentu. Studi yang dilakukan Chandler terhadap
beberapa perusahaan besar Amerika Serikat seperti DuPont, General Motors, Sears
dan Standard Oil disimpulkan bahwa berbagai perubahan yang terjadi dalam
implementasi strategi akan mengarah pada perubahan struktur
organisasi. Berbagai penelitian juga menunjukkan bahwa struktur organisasi yang
baik adalah struktur organisasi yang sesuai dengan strategi. Dengan kata lain
struktur organisasi mengikuti strategi. Oleh karena itu, penetapan stuktur
organisasi merupakan salah satu faktor penting dalam implementasi strategi
agar semua aktivitas perusahaan yang diakibatkan perubahan tersebut dapatdilaksanakan
dengan baik. Struktur organisasi akan membantu mempertajam
aktivitas kunci perusahaan dan memperlihatkan pola koordinasi yang diterapkan
dalam menjalankan strategi. Dalam hal ini, aspek strategi, stuktur dan lingkungan harus terpadu dalam satu
kesatuan, atau jika tidak, maka kinerja perusahaan akan lemah.
Dalam suatu organisasi ada beberapa bentuk yang terdapat dalam organisasi
tersebut diantaranya adalah : [6]
1.
Struktur Organisasi Sederhana
Struktur organisasi sederhana ini hanya memiliki dua tingkatan,
yaitu pemilik dan pekerja. Perusahaan kecil dengan satu produk atau beberapa
produk lain yang saling berhubungan, biasanya menggunakan struktur
organisasi ini. Perusahaan-perusahaan yang menggunakan struktur organisasi
sederhana ini biasanya dikelola oleh pemiliknya sendiri yang
sekaligus menangani pekerjaan lain yang berhubungan dengan sebuah produk.
Artinya, dalam struktur sederhana ini, pemilik perusahaan cenderung mengambil
semua keputusan penting secara sendiri, dan terlibat langsung dalam setiap
tahap kegiatan perusahaan.
Struktur organisasi sederhana memiliki beberapa
kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan struktur organisasi sederhana adalah :[7]
a.
Pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan
cepat
b.
Sistemnya (imbalan, pengawasan dll) tidak
rumit
c.
Tidak mahal
Sedangkan kelemahan dari struktur sederhana
adalah:
a.
Cenderung berfokus pada pemilik perusahaan
b.
Kesempatan untuk peningkatan karir relatif kecil
c.
Dibutuhkan kemampuan yang lebih untuk pemilik
perusahaan
d.
Tidak sesuai untuk organisasi yang besar
2.
Struktur Organisasi Fungsional
Dalam struktur organisasi fungsional, setiap manajer yang mempunyai
spesialisasi fungsional menggantikan tempat dan peranan si pemilik
perusahaan. Transisi menuju spesialisasi ini membutuhkan sebuah
perubahan substansial dalam gaya manajemen pimpinan perusahaan. Sebagai
organisasi yang menumbuhkan dan mengembangkan sejumlah produk dan pasar
yang berkaitan, struktur organisasi ini secara teratur berubah untuk
merefleksikan spesialisasi yang lebih besar.
Struktur organisasi fungsional ini mempunyai
beberapa kelebihan, antara lain:
a)
Efisiensi melalui spesialisasi
b)
Komunikasi dan jaringan keputusannya relatif
sederhana
c)
Mempertahankan tingkat pengendalian strategi
pada level manajemen puncak
d)
Dapat mendelegasi keputusan operasional
sehari-hari
e)
Mempermudah pengukuran output dan hasil dari
setiap fungsi
Sedangkan kekurangan dari struktur organisasi fungsional adalah:
a)
Menyebabkan spesialisasi yang sempit
b)
Dapat mendorong timbulnya persaingan dan
konflik antar fungsi
c)
Mengakibatkan sulitnya koordinasi di antara bidang-bidang
fungsional
d)
Dapat menyebabkan tingginya biaya koordinasi
antar fungsi
e)
Identifikasi karyawan dengan kelompok spesialis
dapat membuat perubahan menjadi sulit
f)
Membatasi pengembangan keterampilan manajer
yang lebih luas
3.
Struktur Organisasi Divisional
Ketika perusahaan berkembang, perusahaan
mulai memfokuskan perhatiannya pada pengelolaan berbagai lini produk di
berbagai industri dan mendesentralisasikan wewenangnya dalam pengambilan
keputusan. Ketika perusahaan mulai melakukan akuisisi dan mengembangkan
berbagai produk baru dalam industri dan pasar yang berbeda, biasanya mengubah
strukturnya menjadi struktur organisasi yang terdiri dari beberapa
divisi. Tiap-tiap divisi dapat beroperasi sendiri-sendiri dibawah pengarahan
seorang manajer divisi yang bertanggungjawab langsung kepada CEO. Dalam
struktur organisasi divisional, manajer divisi dapat mengembangkan strategi
untuk masing-masing divisinya dan mungkin saja mereka menghadapi persaingan
yang berbeda dengan divisi lainnya sehingga strategi yang ditempuh mungkin juga
berbeda dengan divisi lainnya. Pada organisasi divisional, divisi-divisi
tersebut dapat menjadi tempat yang baik untuk “melatih” para manajer muda.
Selain itu juga merupakan tempat yang baik dalam mengembangkan “intuisi”
kewiraswastaan serta meningkatkan sejumlah pusat inisiatif dalam suatu
perusahaan. [8]
Sebagaimana struktur organisasi yang lain,
struktur organisasi divisional ini juga mempunyai beberapa kelebihan dan
kekurangan. Adapun kelebihan struktur organisasi divisional antara lain:
a)
Koordinasi antarfungsi menjadi lebih mudah dan
cepat
b)
Mempunyai fleksibilitas pada struktur perusahaan
c)
Spesialisasi pada setiap divisi dapat dipertahankan
d)
Kesempatan karir lebih terbuka
e)
Menimbulkan kompetisi di dalam organisasi
f)
Beban rutin CEO berkurang sehingga mempunyai waktu
untuk keputusan strategis
Sedangkan kekurangan struktur organisasi divisionalantara lain:
a)
Mengkibatkan turunnya komunikasi antara
spesialisasi funsional
b)
Sangat potensial untuk menimbulkan persaingan antar
divisi
c)
Pendelegasian yang besar dapat menimbulkan masalah
4.
Struktur Strategic Business Unit (SBU)
Ketika struktur organisasi divisional menjadi
sulit diterapkan karena CEO mempunyai terlalu banyak divisi yang harus diurus,
maka salah satu solusinya adalah perusahaan mengubah struktur
organisasinya dalam bentuk strategic business unit (SBU) ataustrategic
groups. Struktur SBU ini mengelompokkan sejumlah divisi berdasarkan pada
beberapa aspek seperti lini produk atau pasar. Adapun kelebihan
struktur SBU antara lain:
a)
Tanggungjawab setiap SBU jelas
b)
Memperbaiki koordinasi
c)
Sistem pengawasan untuk organisasi yang
terdiversifikasi menjadi lebih mudah
d)
Masing-masing SBU lebih memahami lingkungan
khususnya
Sedangkan kekurangan stuktur SBU antara lain:
a)
Struktur lebih tinggi
b)
Biaya lebih tinggi
c)
Berpotensi menimbulkan persaingan antar SBU
dalam memperebutkan sumberdaya
5.
Struktur Organisasi Matriks
Struktur organisasi matriks digunakan untuk
memudahkan pengembangan pelaksanaan beragam program atau proyek. Setiap
departemen dikepalai olehvice precident yang mempunyai
tanggungjawab fungsional bagi seluruh proyek. Sedangkan setiap manajer
proyek mempunyai “project responsibility” untuk penyelesaian dan implementasi
strategi.
Sebagaimana struktur-struktur organisasi
lainnya, struktur organisasi matriks juga mempunyai berbagai kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan struktur organisasi matriks antara lain adalah:
a)
Sesuai untuk beban kerja yang fluktuatif
b)
Tujuan proyek menjadi lebih jelas
c)
Memungkinkan untuk merespon pada beberapa sektor
lingkungan secara serentak
d)
Banyak jalur untuk melakukan komunikasi
e)
Pekerjaan dapat dipahami secara lebih jelas
Adapun kelemahan
struktur organisasi matriks antara lain:
a)
Strukturnya sangat rumit
b)
Biaya relatif tinggi
c)
Memungkinkan timbulnya dualisme kepemimpinan
d)
Relatif sulit karena terdapat kepentingan ganda
sehingga memerlukan koordinasi kuat
E.
Menganalisis Budaya Perusahaan
Organisasi perusahaan yang dirancang untuk mengimplementasikan suatu
strategi sesungguhnya jauh lebih kompleks dibandingkan dengan format struktur
organisasi yang digambarkan dalam sebuah bagan. Diluar bagan
tersebut, sesungguhnya ada hal lain yang sangat perlu mendapat
perhatian manajemen dalam proses implementasi, yaitu budaya perusahaan.
Budaya perusahaan mirip dengan kepribadian seseorang. Budaya perusahaan
merupakan norma atau nilai yang dianut bersama (shared value) yang
menjadi dasar bertindak seorang indvidu dalam organisasi. Budaya perusahaan
inilah yang dapat menyebabkan mengapa suatu strategi dapat
diimplementasikan pada suatu perusahaan, sedangkan pada perusahaan yang
lain strategi tersebut gagal diimplementasikan kendati
kedua perusahaan tersebut menghadapi kondisi yang relatif sama.
Makin banyak anggota yang menerima nilai-nilai inti yang dianut
perusahaan dan merasa sangat terikat kepadanya, maka akan semakin kuat budaya
tersebut. [9]
Karena budaya perusahaan mempunyai pengaruh kuat terhadap perilaku seluruh
pegawai, maka budaya perusahaan juga berpengaruh besar dalam mempengaruhi
kemampuan perusahaan dalam mengubah arah strateginya. Perubahan dalam misi,
sasaran, strategi atau kebijakan suatu perusahaan, kemungkinan akan gagal jika
dalam perusahaan tersebut ada pihak yang melakukan oposisi secara kuat
terhadap budaya yang dianut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa jika
implementasi suatu strategi akan mengakibatkan suatu perubahan, dan
langkah-langkah untuk melakukan perubahan tersebut dalam praktiknya tidak
sesuai dengan budaya perusahaan tersebut, maka ada kemungkinan akan
timbul penolakan atau hambatan-hambatan. Sedangkan jika langkah-langkah yang diambil
sesuai dengan budaya perusahaan tersebut, maka proses implementasi
strategi akan lebih mudah dilakukan.
b.
Menilai Strategis Kesesuaian Strategi-Budaya
Mengingat budaya perusahaan mempunyai pengaruh besar terhadap suksesnya
implementasi strategi, maka pihak manajemen harus melakukan analisis untuk
menilai kesesuaian antara rumusan strategi dengan budaya perusahaan. Untuk itu
pihak manajemen dapat mempertimbangkan pertanyaan-pertanyaan berikut.
1.
Apakah strategi yang dirumuskan sesuai dengan budaya perusahaan saat
ini?
Jika jawabannya adalah “ya”, mulailah dengan segera. Gabungkanlah
perubahan-perubahan organisasional dengan budaya perusahaan dengan
mengidentifikasi bagaimana strategi baru tersebut akan mencapai misi yang telah
ditetapkan dengan lebih baik daripada strategi yang sebelumnya
dijalankan.
2.
Jika strategi baru tidak sesuai dengan budaya perusahaan saat
ini, dapatkah budaya tersebut dimodifikasi dengan mudah
sehingga lebih cocok dengan strategi yang baru?
Jika jawabannya
adalah “ya”, jalankan strategi baru tersebut dengan hati-hati dengan
memperkenalkan serangkaian kegiatan perubahan budaya, misalnya modifikasi kecil
terhadap struktur, kegiatan pelatihan dan pengembangan SDM, mempekerjakan
manajer-manajer baru yang lebih cocok dengan strategi baru.
3.
Jika budaya perusahaan tidak dapat berubah dengan mudah dalam
menyesuaikan dengan strategi baru, apakah pihak perusahaan bersedia
dan mampu membuat perubahan organisasional yang besar dan menerima kemungkinan
penundaan dalam mengimplementasi strategi baru dan menerima kemungkinan
meningkatnya biaya?
Jika jawabannya adalah “ya”, pihak manajemen harus mampu mengubah budaya
saat ini dengan menetapkan sebuah unit struktural baru untuk
mengimplementasikan strategi baru.
4.
Jika pihak perusahaan tidak bersedia membuat perubahan organisasional yang
besar yang menuntut dilakukannya perubahan dalam mengelola budaya perusahaan,
apakah seluruh SDM dalam perusahaan tersebut masih mempunyai komitmen untuk
mengimplementasikan strategi tersebut?
Jika jawabannya adalah “ya”, carilah partner kerja dalam usaha patungan
atau mengkontrakkan strategi tersebut untuk mengimplementasikannya. Jika jawabannya adalah “tidak”, rumuskanlah strategi lainnya.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Implementasi Strategi adalah jumlah keseluruhan aktivitas dan pilihan yang
dibutuhkan untuk dapat menjalankan perencanaan strategis. Implementasi
strategis merupakan proses dimana beberapa strategi dan kebijakan diubah
menjadi tindakan melalui pengembangan program, anggaran dan prosedur. Walaupun
implementasi biasanya baru dipertimbangkan setelah strategi dirumuskan, akan
tetapi implementasi merupakan kunci suksesnya dari manajemen strategi.
Tahap implementasi dan evaluasi strategi merupakan tahap akhir dalam implementasi strategi. Dalam tahap ini
manajemen sudah harus mempunyai gagasan yang jelas mengenai tingkat perubahan
yang diinginkan, baik menyangkut struktur organisasi, budaya perusahaan maupun
gaya kepemimpinan.
B.
SARAN
Berdasarkan
pembahasan di atas maka diharapkan bagi seluruh organisasi dalam rangka
mewujudkan kemajuan organisasinya haruslah melakukan berbagai hal, salah
satunya adalah membuat formulasi strategi yang sebaik-baiknya dengan mengikutsertakan
anggota organisasi. Kemudian setelah melakukan perumusan formulasi strategi
tugas selanjutnya adalah mengimplementasikan formulasi strategi tersebut dengan
totalitas dan sebaik-baiknya agar tujuan perusahaan dapat tercapai dan kemajuan
yang diharapkan dapat terwujud.
DAFTAR PUSTAKA
Amir Taufiq. 2011. Manajemen
Strategik ” Konsep dan Aplikasi”. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada
Sule
Erni Tisnawati & Saefullah Kurniawan. 2008. “Pengantar Manajemen”. Jakarta.
Prenada Media Group
Bateman
T.S., Snell S.A. (2008). Manajemen, Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam
Dunia yang Kompetitif. Edisi 7. Buku I. Jakarta: Salemba Empat.
Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkiflimansyah,1999,Manajemen Strategi :
Sebuah Konsep Pengantar, Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
[1] Amir Taufiq. Manajemen
Strategik ” Konsep dan Aplikasi”. ( Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada,2011) h.
2
[3] Sule
Erni Tisnawati & Saefullah Kurniawan.. “Pengantar Manajemen”. (
Jakarta. Prenada Media Group,2008) h. 10
[4] Ibid.,h.15
[5] Ibid.,h.16
[6] Bateman T.S., Snell
S.A. . Manajemen, Kepemimpinan dan Kolaborasi dalam Dunia yang
Kompetitif. (Jakarta: Salemba Empat, 2008) h. 45
[7] Ibid.,h.46
[8]
Ibid., h. 48
[9] Purnomo, Setiawan Hari dan Zulkiflimansyah, Manajemen Strategi : Sebuah
Konsep Pengantar, (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,1999) h.44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih komentarnya :)