Jumat, 21 Oktober 2016

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA USIA DEWASA MADYA

MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN III ( Dewasa dan Usia Lanjut )
Tentang
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA USIA DEWASA MADYA
Description: LOGO IAIN
Disusun oleh
kelompok VI

Dosen pembimbing :
Dr. Mulyadi, S.Ag., M.Pd
Rahmatul Ulfa Aulia, S.Pd., M.Pd

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI C)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN )
IMAM BONJOL PADANG
1437 H / 2016 M





KATA PENGANTAR
  
Segala puji bagi Allah yang telah meninggikan derajat para kekasihNya di hadapanNya, yang memakaikan mahkota kemakrifatan kepada mereka, yang memberi mereka minuman dari telaga cinta-Nya yang paling jernih, yang memilih mereka dengan menyampaikan diri mereka keharibaan-Nya dan yang membukakan tabir rahasia keEsaan-Nya.
Shalawat serta salam yang utuh dan sempurna tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin seluruh alam, orang yang paling sempurna dalam makam tajalli terhadap sifat ketuhanan tuhan-Nya dan orang yang telah mencapai tujuan yang paling sempurna dari ubudiyyah kepada tuhan-Nya. Dialah tuan dan sekaligus junjungan kita Nabi Muhammad SAW , matahari hidayah dan makrifat yang terus bersinar diatas kerajaan-Nya.
Dengan mengucapkan  syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas berkat-Nya makalah ini dapat disusun, sehingga bisa menjadi pegangan bagi pembaca .Kami juga mengucapkan terima kasih  kepada Dr.Mulyadi,M.Pd   selaku dosen mata kuliah “PISIKOLOGI  PERKEMBANGAN III ” dimana Beliau telah memberikan kami kesempatan untuk membahas topik ini lebih dalam lagi.  Dalam makalah ini kami membahas tentang  “ Tugas-Tugas Perkembangan  Pada  Usia Dewasa Madya”
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Karena itu, kepada para pembaca mohon saran dan kritik yang membangun demi  perbaikan kami untuk selanjutnya.

 Padang, 09 Mei 2016 

Pemakalah





BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Seorang individu dalam rentang kehidupannya di dunia ini harus melalui berbagai macam fase atau masa seiring perkembangan usia mereka. Dalam setiap fase memiliki tugas-tugas perkembangan masing-masing, hal ini berbeda antara fase satu dengan fase yang lainnya. Masing-masing individu dituntut untuk dapat menyelesaikan setiap tugas perkembangannya sesuai dengan tahapan fase yang dilaluinya dan rentang usia yang sudah ditentukan pada tiap fase tersebut.
Seorang individu dapat dikatakan normal atau bahagia apabila ia dapat menyelesaikan tugas perkembangannya dengan tepat waktu. Apabila individu tersebut tidak dapat atau mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, maka individu tersebut akan mengalami gangguan atau ketidakbahagiaan baik dalam aspek fisik, kognitif, emosi, sosial, maupun spiritualnya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa kekhasan tingkah laku usia dewasa madya?
2.      Apa usaha-usaha yang dilakukan sehubungan dengan tugas perkembangan dewasa madya?
3.       Apa Kendala-kendala yang dihadapi dalam usia dewasa madya?

C.    Tujuan Masalah
1.      Mengetahui kekhasan tingkah laku usia dewasa madya.
2.      Mengetahui tugas perkembangan usia dewasa madya.
3.      Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam usia dewasa madya.





BAB II
PEMBAHASAN
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA USIA DEWASA MADYA

A.    Kekhasan Tingkah Laku Usia Dewasa Madya
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa dianta 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh perubahan-perubahan jasmani dan mental. Setengah baya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja. Khusus posisi usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja. Perubahan-perubahan hal fisik dan psikis juga terdapat kesamaan antara  dua masa kehidupan itu.[1]
Periode usia dewasa madya dikenal juga sebagai tahap usia pertengahan. Usia pertengahan merupakan usia yang tidak spesifik diamana seseorang tidak tua, tidak juga muda, namun berada di tengah-tengah. Pada tahap ini kematangan telah melewati puncaknya. Manusia mulai menurun dari segi fisik dan mental secara sangat perlahan-lahan dan lambat. Namun, penurunan yang terjadi pada tahap ini masih sulit untuk diperhatikan.[2]
Dalam Al-Qur’an tahap ini adalah tahap kemunduran langsung setelah mencapai kondisi puncak, sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Ar-Ruum ayat 54:
 ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO Ÿ@yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øŠx©ur 4 ß,è=øƒs $tB âä!$t±o ( uqèdur ÞOŠÎ=yèø9$# ㍃Ïs)ø9$# ÇÎÍÈ  
Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia  menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.
Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari perkembangan masa dewasa madya atau setengah baya adalah sebagai berikut:[3]
1.      Masa yang menakutkan
Usia madya merupakan masa yang menakutkan, orang-orang dewasa tidak akan mengakui bahwa mereka telah mencapai usia tersebut.   Bagi wanita, usia setengah baya tidak saja berarti menurunnya kemampuan reproduktif dan datangnya menopause, tetapi juga bararti merosotnya daya tarik seksual. Pada umumnya wanita merasa tidak lagi menggiurkan bagi suami mereka. Tambahan pula dalam usia ini, bagi banyak keluarga, karena adanya peningkatan karier serta pemantapan jabatan suami, banyak di antara suami yang sibuk dan berkurangnya waktu di rumah. Akibatnya, banyak isteri yang merasa terabaikan dan kesepian dan merasakan depresi.
Khusus bagi pria, setengah baya merupakan usia yang mengandung arti menurunnya kemampuan fisik ( secara menyeluruh ) termasuk berkurangnnya vitalitas seksualnya. Beberapa kaum pria yang mulai mengalami adanya tanda-tanda menurunnya kemampuan seksual ini, mengalihkan perhatian mereka pada kesibukan kerja demi peningkatan prestasi. Ada pula diantaranya yang justru sebaliknya, semakin memperhatikan penampilannya, berdandan sedemikian rupa untuk menarik perhatian wanita muda. Perilaku ini sesungguhnya  merupakan  pembungkus dari ketidakpercayaan terhadap daya tarik seksual mereka. Kaum pria setengah baya seakan ingin membuktikan dirinya sebagai orang yang masih muda dan mampu.
Menurut E.B. Hurlock dalam bukunya “ Development Psychology” ( 1968), kurangnya pengetahuan tentang usia setengah baya dan kurangnya persiapan untuk menghadapi masa itu merupakan sebagian penyebab adanya rasa takut terhadap usia itu. Persis sama dengan ketakutan anak-anak dan orang tua mereka terhadap masa pubertas dengan perubahan-perubahan pisik serta perubahan tingkah laku yang menyertainya, demikian pula orang dewasa yang terdapat  dalam kedua  keaadaan di atas itu, dapat diredakan dengan kelengkapan pengetahuan tentang masa itu dan persiapan-persiapan untu menghadapinya.

2.      Masa transisi
Usia madya merupakan masa dimana pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmanianya dan perilaku masa dewasanya dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri jasmania dan perilaku baru. Transisi berarti penyesuaian diri terhadap minat, nilai dan pola perilakunya yang baru.  Dengan adanya perubahan-perubahan hal pisik dan adanya pola-pola prilaku baru, mengharuskan individu-individu dalam usia ini untuk belajar dan memainkan peranan-peranan baru pula. Sebagaimana halnya dalam masa remaja, orang-orang dewasa setengah baya diharapkan untuk berfikir dan berlaku hal yang berbeda dengan ketika mereka masih muda atau dewasa awal. Sama halnya dengan masa pubertas, dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa setengah baya mempunyai hubungan yang berarti dengan keruwetan atau kesukaran-kesukaran emosional yang dialami baik oleh pria maupun wanita. Dengan ini berarti bahwa menurunya kejantanan bagi pria dapat membingungkan, menghawatirkan dan menyusahkan. Menurunnya kesuburan bagi wanita setengah baya dapat sangat menyedihkan.

3.      Masa stress
Maksudnya yaitu penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah, khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung merusak homeostasis fisik dan psikologis seseorang dan membawa kemana stress, suatu masa bila sejumlah penyesuaian pokok yang harus dilakukan dirumah, bisnis dan aspek social kehidupan mereka.[4]
4.      Masa yang berbahaya
Merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami kesusuhan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja, rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan kehidupan. Timbulnya penyakit jiwa datang dengan cepat dikalangan pria dan wanita, dan gangguan ini berpuncak pada suisid (bunuh diri ), khususnya dikalangan pria.   Usia setengah baya sebagai usia berbahaya, juga mengandung arti bagi banyak aspek kehidupan lainnya. Antara lain, jika individu sakit karena berlebihan dalam bekerja, berlebihan kekhawatirannya, atau hidup yang sembarangan. Apabila sakit akibat kelebihan kerja demikian serius, dapat menuntun seorang ke arah kematian.
Usaha-usaha menghindari timbulnya keadaan berbahaya dalam usia setengah baya. Para ahli umumnya menitik beratkan perhatiannya pada akar permasalahan atau cikal-bakal terjadinya keadaan bahaya itu.apabila ditelusuri latar belakanngnya, maka kebanyakann kasus menghantarkan pada pekerja sosial, penyuluh ( konselor) perkawinan,  atau psikiater pada adanya perbedaan-perbedaan tingkat usia pasangan suami isteri sehingga dialai ketakseimbangan dalam hal pencapaian keadaan  “ betah di rumah.” Juga karena rasa terancam yang dialami oleh wanita sehubungan datangnya menopause dan oleh pria sehubungan dengan datangnya climacteric dan pensiun. Pengobatan yang sering dilakukan adalah usaha-usaha membelajarkan orang dewasa setengah baya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan pisik dan peranan yang dialaminya. Semuanya diarahkan agar mereka “betah di rumah ,” dan menemukan aktivitas-produktif.
5.      Masa yang canggung
Dimana pria dan wanita yang berusia madya bukan muda lagi tapi bukan juga tua. Kemudian mereka merasa tidak dianggap. Orang –orang yang berusia madya sedapat mungkin berusaha untuk tidak dikenal oleh orang lain. Oleh karena posisi yang demikian itu, para setengah baya ini banyak yang merasa tidak mendapat pengakuan dari masyarakat sekitarnya. Karena itu, mereka ingin menutupi ketuaan dengan berbagai cara dan sejauh mungkin mencoba agar tidak terlihat tua. Adanya keinginan untuk tidak nampak tua itu, dinyatakanya dengan antara lain pemilihan busana yang dikenakan.
6.      Masa berprestasi
Merupakan masa dimana peran orang yang berusia madya akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya mereka berhenti dan tidak mengerjakan suatu apapun lagi. Dalam hal ini Hurlock berpandangan bahwa apa yang dapat dicapai ini, tidak hanya sukses dalam hal keuangan dan sosial, tetapi juga dalam hal kekuasaan dan prestise. Pada umumnya, puncak prestasi itu dicapai dalam usia 40 sampai 50 tahun. Setelah itu seseorang tinggal bersenang-senang menikmati jerih-payahnya. Para pejabat dan pemimpin formal kebanyakan dalam usia itu.
Factor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian prestasi puncak itu tentu saja ada, sehingga terdapat pula variasi cepat atau lambatnya dicapai puncak prestasi tersebut. Variasi itu dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan kreativitas, tingkat pendidikan, bidang kegiatan dan kesempatan; khususnya dala relasi-relasi sosial.[5]

7.      Masa evaluasi
Saat pria dan wanita mencapai puncak prestasinya, maka masa ini juga merupakan saat mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi meerka semula dengan harapan-harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan teman. Evaluasi disini tidak hanya mengenai prestasi saja, tetapi juga evaluasi diri mengenai kesalahan-kesalahan atau dosa yang pernah dilakukan selama ini.
8.      Masa sepi
Masa sepi pada uisa madya lebih bersifat traumatic bagi wanita dari pada pria. Hal ini benar khususnya pada wanita yang telah menghabiskan masa-masa dewasa mereka dengan pekerjaan rumah tangga dan bagi mereka yang kurang memiliki minat atau sumber daya untuk mengisi waktu senggang mereka pada waktu pekerjaan rumah tangga berkurang atau selesai. Banyak yang mengalami tekanan bathin kerana di pensiunkan. Kondisi yang serupa juga dialami pria ketika mereka mengundurkan diri dari pekerjaan.
9.      Masa jenuh
Merupakan masa yang penuh dengan kejenuhan. Para pria dan wanita menjadi jenuh dengan kegiatan sehari-hari dan dalam kehidupan keluarga hanya memberikan sedikit hiburan, wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara rumah dan membesarkan anaknya,  bertanya-tanya apa yang akan mereka lakukan pada usia dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian.
Kejenuhan tidak akan mendatangkan kebahagiaan ataupun kepuasan pada usia manapun. Akibatnya usia madya sering kali merupakan periode yang tidak menyenangkan dalam hidup.


B.     Usaha yang dilakukan sehubungan dengan tugas Perkembangan usia dewasa madya (Setengah Baya)
Masa setengah baya (middle age) adalah masa yang berlangsung antara usia 40 sampai 60 tahun. Konon, di kalangan tertentu, pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40 tahun ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas kedua.  Julukan  ini timbul karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional  atau mudah marah, dan bahkan jatuh cinta lagi.
Di kalangan kaum wanita biasanya tampak gejala depresi (murung), cepat tersinggung, cemas dan khawatir kehilangan kasih sayang anak-anak yang mulai beranjak dewasa. Selain itu, wanita setengah baya juga acapkali merasa cemas akan kehilangan suami karena menopause (berhenti menstruasi) yang pada umumnya diiringi dengan timbulnya tanda-tanda atau garis-garis penuaan di bagian tertentu pada tubuhnya.
 Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase setengah tua tersebut adalah sebagai berikut:[6]
1.      Memantapkan pengamalan ajaran agama
2.      Mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga Negara
3.      Membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia.
4.      Menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek fisik (penurunan kemampuan atau fungsi).
5.      Mencapai dan mempertahankan prestasi   yang memuaskan dalam karier dan memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.
Masa ini pada umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia 60 tahun.  Pada usia ini, aspek fisik sudah mulai agak melemah, termasuk fungsi-fungsi alat indra,seperti tidak sedikit orang yang menggunakan kaca mata untuk membaca, atau mengalami sakit dengan penyakit tertentu yang sebelumnya tidak teralami (seperti rematik, atau asam urat). Tugas-tugas perkembangan  yang harus dituntaskan  pada usia ini meliputi :
Membantu anak-anak yang berusia belasan tahun (khususnya anak kandungnya sendiri) agar berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab
a.       Mengembangkan aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama    orang-orang dewasa lainnya
b.      Menghubungkan diri sedemikian rupa dengan pasangannya ( dengan suami atau istri ) sebagai orang pribadi yang utuh
c.       Menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa setengah baya
d.       Mencapai dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier, dan
e.        Menyesuaikan diri dengan perikehidupan (khususnya dalam hal cara bersikap dan bertindak) orang-orang yang berusia lanjut.        
Selain tugas-tugas perkembangan di atas, ada beberapa tugas lainnya menurut para ahli sebagai berikut :[7]
1)      Tugas Perkembangan  Usia Dewasa Madya Menurut Hurlock ( 1968 )
Tahapan dewasa menengah merupakan masa transisi, masa menyesuaikan   kembali, masa equilibrium-disequilibrium. Masa yang ditakuti karena mendekati masa tua. Wanita di sini kehilangan kesanggupan reproduksi. Ada yang menyatakan bahwa masa ini adalah masa bahaya bagi pria dan wanita.
Menurutt Hurlock, tugas-tugas perkembangan bagi setengah baya dapat digolongkan dalam empat bagian besar, Tugas-tugas yang berhubungan dengan pemahaman dan penyesuaian terhadap   perubahan-perubahan fisilogis bagi dewasa madya.
a.       Tugas-tugas yang berkaitan dengan perubahan fisik.
Tugas ini meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan penyesuaian dengan berbagai perubahan fisi yang normal terjadi pada usia madya. Penyesuaian diri terhadap perubahan fisik terasa sulit karena adanya kenyataan bahwa sikap individu yang kurang menguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang kurang menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama tahun-tahun selanjutnya. Perubahan fisik yang terpenting, yang terhadapnya orang berusia madya harus menyesuaikan diri diantaranya:[8]
1.      Perubahan dalam penampilan
2.      Perubahan dalam kemampuan indra
3.      Perubahan dalam keberfungsian fisiologis
4.      Perubahan dalam kesehatan
5.       Perubahan dalam seksual

b.      Tugas-tugas yang berhubungan dengan perubahan-perubahan minat
Sehingga   memungkinkan orang-orang setengah baya untuk memperoleh tanggungjawab kewarganegaraan dan sosial, dan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu luang atau kegiatan-kegiatan yang diselaraskan dengan tingkat perkembangan orang dewasa ini yang mengutamakan pengisi waktu luang yang bersifat ” family-oriented. ” Family-oriented tadi melebihi keadaan selama tahun-tahun permulaan masa dewasa.
c.       Tugas-tugas yang berhubungan dengan kehidupan keluarga
Dengan pengutamaan menciptakan hubungan diri dengan suami atau isteri sebagai pribadi (dalam persahabatan akrab), menyesuaikan diri dengan kehidupan orangtua yang sudah lanjut usia, dan membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan bahagia.
2)      Tugas Perkembangan Dewasa Madya Menurut Erikson
Masa dewasa madya merupakan fase generativitas  (menciptakan) yang selalu dihadapkan pada adanya stagnasi. Masa ini ditandai dengan adanya perhatian yang tercurah pada anak-anak, keahlian produktif, keluarga, dan pekerjaan. Sifat mengasuh pada wanita tampak sangat dominan. Pada masa madya ini adalah kebijaksanaan dan pelepasan.


3)      Tugas Perkembangan Dewasa Madya Menurut Havighurst
Pada masa ini, tugas-tugas yang harus dituntaskan adalah menerima dan menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dan fisiologik, pasangan dipandang sebagai person menolong anak-anak muda menjadi dewasa, mencapai tanggung jawab sosial dan warga negara secara penuh, mencapai dan mempertahankan standar hidup ekonomis, dan merealisasikan kesantaian secara sesuai.[9]
C.    Kendala-kendala yang dihadapi dalam usia dewasa madya
1.      Kendala Personal dan Sosial bagi Orang Usia Madya
Kendala sosial dan pribadi yang paling besar pada usia madya timbul karena kecenderungan untuk menerima pendapat umum klise tentang kehidupan bahwa orang usia madya biasanya gemuk dan mulai botak. Beberapa bahaya social dan pribadi dianggap penting sehingga orang kesulitan dalam menyesuaikan diri.
a.       Kendala Personal
Ada beberapa kendala personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran dan gaya hidup baru. Dari semua itu, ada enam macam yang dianggap umum dan serius antara lain:
1.      Diterimanya Kepercayaan Tradisional
Diterimanya kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami masa menopause misalnya, sering disebut sebagai masa kritis (critical period). Kepercayaan seperti ini dapat menambah rasa takut yang tidak menentu.
2.       Idealisasi Anak Muda
Banyak orang usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang pengelompokkan usia dalam pola perilaku umum. Mereka tidak mau dibatasi perilaku dan kegiatannya. Sikap memberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi semacam ini menyebabkan mereka yang berusia madya menderita biasa atau lebih serius.
3.      Perubahan Peran
Untuk dapat menyesuaikan dengan baik dengan peran yang baru, seseorang harus dapat menghilangkan emosi yang selama ini diterapkan dalam peran tertentu dan memanfaatkannya pada kesempatan yang lain.[10]
4.      Perubahan Keinginan dan Minat
kendala  besar dalam penyesuaian diri seseorang pada usia madya timbul karena ia mau tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik.
5.       Simbol status
Pada umumnya wanita semakin tua semakin tertarik pada symbol status, Ada tiga reaksi umum sebagai bagian dari wanita yang sangat menentukan symbol tersebut.
6.       Aspirasi yang tidak Realistis
Orang berusia madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan social, apabila ia kelak menyadari bahwa ia tidak bias mencapai tujuan tersebut.
b.      Kendala Sosial
Penyesuaian sosial dalam usia ini kurang begitu dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional dan stereotype dibandingkan dengan penyesuaian sosial. Namun bagaimanapun juga penyesuaian sosial sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional. Ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi penyesuaian sosial pada masa usia madya. Kondisi ini umumnya dibawa  secara bertahap sejak seseorang masih muda, terutama pada waktu seseorang berusia remaja dan dewasa muda. Itulah sebabnya mengapa orang pada masa mudanya tidak memiliki kemampuan penyesuaian sosial dengan cara yang baik sehingga pada waktu ia berusia madya hasilnya akan sama saja.
Penyesuaian sosial yang buruk pada masa tersebut, merupakan kendala karena semakin bertambah usia seseorang maka ia akan semakin bergantug pada orang lain, terutama orang yang suami atau isterinya telah meninggal, sedang anak-anaknya sibuk dengan keluarga masing-masing. Orang usia madya yang tidak dapat mengikuti perkembangan penting untuk memegang tanggung jawab sosial dan tanggung jawab sebagai warga negara di masa tuanya hidupnya akan terasa kesepian dan tidak bahagia sehingga mengakibatkan ia terlambat dalam proses penyesuian sosialnya.[11]
2.      Kendala Pekerjaan dan Perkawinan pada Usia Madya
a.       Kendala Pekerjaan
Jenis dan macam kendala yang timbul dalam proses penyesuaian terhadap pekerjaan pada usia madya, dimana beberapa dari kendala tersebut merupakan ciri dari periode tersebut dan ada delapan kendala yang dianggap umum dan serius.
1)      Kegagalan dalam Mencapai Cita-cita Awal
Kegagalan dalam mencapai cita-cita hidup yang sejak awal telah diimpikan oleh orang berusia madya mengakibatkan menurunnya sikap egonya karena ia tahu bahwa usia madya merupakan saat pencapaian puncak prestasi dan oleh sebab itu, ia tampaknya tidak berminat lagi untuk meraih cita-citanya di saat usia sudah cukup lanjut. Reaksinya terhadap kegagalan dalam mencapai cita-citanya mempengaruhi sikap mereka terhadap dirinya sendiri, terhadap penyesuaian social, dan terhadap pribadinya pada saat kegagalan tersebut terjadi dan pada waktu ia mencapai usia lanjut.[12]
2)      Mandirinya Kreativitas
Kebanyakan para pekerja pada usia madya menampilkan gejala kreativitas kerjanya mundur. Hal ini mengakibatkan orang merasa kkurang dengan prestasi yang diperolehnya dan menyatakan bahwa kreativitasnya sudah tidak sehebat yang pernah dicapai dulu.[13]
3)       Kebosanan
Perasaan bosan selama masa dewasa dini juga merupakan bahaya dalam bekerja, karena hal itu akan mempengaruhi pekerja usia madya melebihi kebosanan pekerja yang lebih muda, karena kesempatan mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih menarik semakin lama semakin kecil kemungkinan. Perasaan bosan umumnya menjangkiti pekerja industry yang menghadapi kenyataan bahwa otomatisasi peralatan pabrik secara meningkat, menggantikan pekerjaan setiap individu pekerja.
4)        Keagungan
Kecenderungan menjadi agung (“bigness”) dalam bidang usaha, industry dan pekerjaan professional lainnya juga merupakan bahaya pekerjaan bagi para pekerja yang berusia madya dewasa ini, karena kebiasaan bekerja dalam situasi yang ramah, situasi kerjanya tidak formal, di mana ia tahu setiap teman sejawatnya, kapan waktu untuk istirahat dan kesempatan santai lainnya, kapan waktu untuk mengobrol dengan kawan, bekerja dalam kelompok besar, merupakan ciri-ciri suasana bebas dari lingkungan kerja.
5)       Perasaan Terperangkap
Banyak pekerja usia madya yang merasa “terperangkap” dalam pekerjaan sebagai sisa hidupnya, dan merasa tidak akan dapat untuk membebaskan diri sendiri sampai ia mencapai usia pensiun.
6)      Pengangguran
Masalah pengangguran selalu menjadi masalah yang sangat serius terlebih lagi dalam situasi resesi ekonomi daripada pada masa tidak resesi. Orang dewasa muda yang dipecat, atau yang berhenti dari pekerjaannya biasanya dapat memperoleh pekerjaan baru dalam tempo yang relative singkat. Tetapi bagaimanapun juga memperoleh pekerjaan menjadi makin sulit karena makin bertambahnya tahun yang dilewatinya, sehingga periode menganggur dialami dalam waktu yang relative bertambah lama. Empat kelompok pekerja usia madya yang sulit mencari pekerjaan adalah mereka  yang IQ-nya rendah, wanita, pria dari kelompok minoritas dan pekerja pelaksana atau mereka yang bekerja paad tingkat kelompok manajemen menengah.
7)      Sikap Tidak Menyenangkan Terhadap Pekerjaan
Sikap tidak menyenangkan  terhadap pekerjaan dapat menimbulkan efek yang merusak pada prestasi kerja dan penyesuaian pribadi para pekerja berusia madya. Dan juga ketidaksenangan terhadap pekerjaan ini, akan berdampak buruk dan membuat seorang usia madya akan tekanan dari pekerjaannya.
8)      Mobilitas Geogfrafis
Beberapa pekerja dihadapkan dengan kaharusan untuk pindah ke masyarakat lain yang jaraknya sering puluhan kilometer, jauh dari rumah dimana ia sekarang tinggal, untuk bekerja pada pekerjaan yang sama atau mencari pekerjaan baru agar ia tidak menganggur. Kebanyakan orang yang berusia madya tidak senang untuk dipindahkan, khususnya apabila orang masih mempunyai anak usia belasan yang masih sekolah, atau karena isterinya juga bekerja atau aktif dalam organisasi atau kegiatan masyarakat.
b.       Kendala Perkawinan
Bahaya perkawinan sering lebih serius dibandingkan dengan pada masa dewasa dini, karena kesempatan untuk membangun penyesuaian yang baik berjalan lambat daripada berjalannya waktu dan pada waktu anak-anak meninggalkan rumah, motivasi orang dewasa untuk menjaga situasi keluarga yang bahagia menurun. Adapun bahaya dari perkawinan yaitu:
1.      Kebosanan
Wanita yang membaktikan seluruh masa hidup dewasanya untuk mengurusi rumah tangga menjadi bosan pada usia madya, pada ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Banyak wanita usia madya dewasa ini melihat bahwa ada kesempatan untuk maju dalam dunia kerja, kemudian memutuskan untuk belajar ketrampilan baru, atau berusaha memperbaiki ketrampilannya yang mulai memudar dengan cara masuk kursus atau kuliah lagi. Bagi kelompok wanita lain yang tidak mempunyai cukup uang untuk itu, atau yang kurang memperoleh dukungan dan dorongan dari suaminya, hanya bias bertahan dalam kebosanannya, sehingga proses penyesuaian diri, pernikahan dan social yang dilakukan sangat jelek.[14]
2.      Oposisi terhadap Perkawinan Anak.
Masalah yang serius kadang-kadang atau timbul pada waktu seorang anak usia remaja atau anak yang sudah dewasa menikah dengan seseorang, sedang orang tuanya tidak setuju. Apabila mereka menantang perkawinannya, hal ini akan menjadi penghalang dalam menyesuaikan diri dengan cara yang memuaskan, pada saat berangkat meninggalkan rumah. Tantangan semacam ini biasanya menjadi penghalang antara pihak orang tua dengan pihak anak, yang mengakibatkan hubungan dan pertemuan antara anak dengan orang tua menjadi jarang. Begitu juga hubungan dengan cucu dan anak besan menjadi  tegang dan tidak menyenangkan.
3.        Ketidakmampuan Membangun Hubungan Yang Memuaskan dengan Pasangan Sebagai Pribadi.
Salah satu tugas penting yang perlu dikembangkan pada usia madya adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Hal ini khususnya sulit bagi wanita karena masalah yang dihadapinya dalam melakukan penyesuaian yang memuaskan terhadap peran baru yang harus ia mainkan sekarang yakni bahwa anak-anak telah meninggalkan rumah. Bahaya penyesuaian ini juga dialami oleh pria.
4.       Penyesuian Seksual
Kegagalan untuk mencapai hubungan yang baik dengan pasangan mempunyai efek balik dalam penyesuaian seksual selama masa usia madya. Faktor tersebut membahayakan penyesuaian perkawinan dan sangat menambah kekecewaan terhadap perkawinan selama periode tersebut. Wanita yang kecewa dengan perkawinannya, mungkin mencoba mencari kompensasi dengan melakukan pemusatan segala daya upaya dan waktu untuk membantu anak-anaknya yang sudah dewasa, aktif dalam kegiatan masyarakat atau dengan melakukan hubungan seksual di uar nikah dengan seseorang yang dirasa lebih menghargainya daripada suaminya. Pria usia madya yang kehidupan seksualnya tidak memuaskan akan melakukan hubungan seksual di luar nikah atau ia merasa bersalah karena ia telah gagal memberikan kepuasan seksual kepada isterinya.
5.       Merawat Orang Tua Usia Lanjut
Merawat orang tua usia lanjut dirumah sendiri merupakan bahaya yang serius bagi kebanyakan pasangan usia madya, karena tugas tersebut menganggu penyesuaian mereka satu sama lain setelah anak-anak mulai meninggalkan rumah. Akibatnya penyesuaian seksual akan terpengaruh. Untuk mempersulit situasi tersebut adalah bahwa relasi orang tua tersebut biasanya adalah ibu, dari salah satu pasangan. Apabila dia tidak mau mengubah perannya dari kepala rumah tangga dan sekarang menjadi seseorang yang bergantung, mungkin dia akan mencoba untuk mendominasi situasi sebagaimana biasa dilakukannya di rumahny sendiri Sikap seperti ini menimbulkan ketegangan dengan seluruh anggota keluarga dan situasi rumah biasanya diwarnai oleh ketegangan yang berlanjut.
6.      Hilangnya Pasangan
Hilangnya pasangan karena kematian atau perceraian selama usia madya merupakan bahaya terhadap penyesuaian social dari pribadi yang baik, karena banyaknya masalah. Karena itu, perceraian atau ancaman perceraian adalah salah satu dari seluruh bahaya perkawinan yang paling serius pada usia madya. Karena perceraian pada usia madya merupakan oprasi besar, bagi suami maupun istri, maka mereka tidak buru-buru menerobos untuk mengatakan dan meminta cerai tanpa pikir panjang lebar, seperti yang banyak dilakukan pasangan muda. Bagaimanapun juga, ada bukti bahwa perceraian pada usia madya berasal dari kondisi keluarga yang semakin memburuk yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun yang akhirnya tidak dapat dipertahankan lagi.
7.       Kawin-lagi
Kawin lagi pada usia madya nampaknya menjadi berbahaya, khususnya apabila karena perceraian. Selama masalah keuangan merupakan penyakit bagi orang dewasa yang lebih muda, yang kawin lagi setelah cerai, masalah penyesuaian terhadap masing-masing dan terhadap pola hidup baru merupakan gangguan yang lebih menonjol bagi keberhasilan pernikahan pada usia madya. Hal ini selalu sulit bagi usia madya untuk mengubah peran dan mengikuti pola hidup yang baru.
D.    Hubungan (relation) mempelajari tugas-tugas perkembangan dewasa madya dengan bimbingan konseling adalah: [15]

1.      Dengan mempelajari tugas-tugas dewasa madya, maka kita akan paham mengenai tugas-tugas yang ada pada dewasa madya
2.      Akan membantu kita dalam memberi bantuan kepada seseorang yang bermasalah pada usia madya
3.      Kita akan mudah memberi bantuan karena kita sudah mengerti mengenai tugas-tugas perkembangan pada dewasa madya.
















BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan           
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa dianta 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh perubahan-perubahan jasmani dan mental. Tugas-tugas perkembangan yang harus dituntaskan pada usia ini meliputi:
Memantapkan pengamalan ajaran agama, mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara,  membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan bahagia, menerima dan menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek fisik (penurunan kemampuan atau fungsi), mencapai dan mempertahankan prestasi   yang memuaskan dalam karier, dan memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.
Dari kesepuluh karakteristik usia madya yang telah dikemukakan pada makalah ini, terlihat adanya ciri negatif dan ciri positif yang dialami individu usia madya. Dan jelas pula terlihat bahwa ciri-ciri negative jauh lebih banyak serta intensitasnya nampak lebih kuat dibanding dengan ciri positif yang ada. Dalam keadaan yang demikian itu, tentu saja diharapkan banyak melakukan persiapan seseorang sebelum ia memasuki usia setengah baya (madya). Dengan persiapan yang baik, besar kemungkinan seseorang dapat mengangkat tinggi-tinggi nilai positif dari ciri-ciri usia madya dan menekan sebanyak mungkin kemungkinan negative yang bakal timbul dalam usia itu.

A.    Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, kami sadar makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisaannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kita semua. Aamiin ya rabbal alamin.



DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad, dkk. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UUM Press. 2009.
Alqur’an Surat Ar-rum.
Atkinson. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.1991
Dadang Sulaiman. Psikologi Remaja dan Dimensi Perkembangan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 1995.
Desmita. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005.
Elida Prayitna. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Depdikbud. 1992.
Harlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.1980
Mappiare Andi. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional.1983
Suryabrata Sumardi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. 2002.
Walgito Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit Andi. 2002.
Yudrik Jahja. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana. 2011.
Yusus Samsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2000.
Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012.


.






1 muhammad Ali. ddk, Psikologi Remaja. ( Jakarta: Bumu Aksara, 2006), hal. 34               
[2]  Alwiaol, Psikologi Kepribadian, ( Malang: UMM Press, 2009), hal. 52
[3]  Atkinson,  Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 1991), hal. 63
[4] Sulaiman Dadang, Psikologi Remaja dan Dimensi Perkembangan, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 1995), hal. 62
[5] Ibid, hal. 63
6 Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT Rosdakarya, 2005), hal. 71
[7] Prayitna Elida, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Depdikbud, 1992), hal. 64
8 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Erlangga, 1980), hal. 35
[9] Samsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000), hal. 78
[10] Andi Mappire, Psikologi Orang Dewasa,( Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal. 48
[11] Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Press, 2000),hal. 25
[12] Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum,( Yogyakarta: Penerbit Andi, 2002), hal. 24
[13] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan ( Jakarta: Kencana, 2011), hal. 60
[14]  Ibid, hal. 63
[15]  Zulkifli, Psikologi Perkembangan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 66

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terimakasih komentarnya :)