MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN III ( Dewasa dan Usia Lanjut )
Tentang
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA USIA DEWASA MADYA
Disusun oleh
kelompok VI
C
Dosen pembimbing :
Dr. Mulyadi, S.Ag., M.Pd
Rahmatul Ulfa Aulia, S.Pd., M.Pd
JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI C)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN )
IMAM BONJOL PADANG
1437 H / 2016 M
KATA PENGANTAR
Segala puji
bagi Allah yang telah meninggikan derajat para kekasihNya di hadapanNya, yang
memakaikan mahkota kemakrifatan kepada mereka, yang memberi mereka minuman dari
telaga cinta-Nya yang paling jernih, yang memilih mereka dengan menyampaikan
diri mereka keharibaan-Nya dan yang membukakan tabir rahasia keEsaan-Nya.
Shalawat serta
salam yang utuh dan sempurna tercurahkan kepada junjungan kita, pemimpin
seluruh alam, orang yang paling sempurna dalam makam tajalli terhadap sifat
ketuhanan tuhan-Nya dan orang yang telah mencapai tujuan yang paling sempurna
dari ubudiyyah kepada tuhan-Nya. Dialah tuan dan sekaligus junjungan kita Nabi
Muhammad SAW , matahari hidayah dan makrifat yang terus bersinar diatas
kerajaan-Nya.
Dengan
mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
berkat-Nya makalah ini dapat disusun, sehingga bisa menjadi pegangan bagi
pembaca .Kami juga mengucapkan terima kasih kepada Dr.Mulyadi,M.Pd selaku
dosen mata kuliah “PISIKOLOGI
PERKEMBANGAN III ” dimana Beliau telah memberikan kami kesempatan untuk
membahas topik ini lebih dalam lagi.
Dalam makalah ini kami membahas tentang
“ Tugas-Tugas Perkembangan Pada Usia Dewasa Madya”
Kami menyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan. Karena itu,
kepada para pembaca mohon saran dan kritik yang membangun demi perbaikan kami untuk selanjutnya.
Padang, 09 Mei 2016
Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seorang
individu dalam rentang kehidupannya di dunia ini harus melalui berbagai macam
fase atau masa seiring perkembangan usia mereka. Dalam setiap fase memiliki
tugas-tugas perkembangan masing-masing, hal ini berbeda antara fase satu dengan
fase yang lainnya. Masing-masing individu dituntut untuk dapat menyelesaikan
setiap tugas perkembangannya sesuai dengan tahapan fase yang dilaluinya dan
rentang usia yang sudah ditentukan pada tiap fase tersebut.
Seorang
individu dapat dikatakan normal atau bahagia apabila ia dapat menyelesaikan
tugas perkembangannya dengan tepat waktu. Apabila individu tersebut tidak dapat
atau mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, maka
individu tersebut akan mengalami gangguan atau ketidakbahagiaan baik dalam
aspek fisik, kognitif, emosi, sosial, maupun spiritualnya.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
kekhasan tingkah laku usia dewasa madya?
2.
Apa
usaha-usaha yang dilakukan sehubungan dengan tugas perkembangan dewasa madya?
3.
Apa Kendala-kendala yang dihadapi dalam usia
dewasa madya?
C.
Tujuan Masalah
1.
Mengetahui
kekhasan tingkah laku usia dewasa madya.
2.
Mengetahui
tugas perkembangan usia dewasa madya.
3.
Mengetahui
kendala-kendala yang dihadapi dalam usia dewasa madya.
BAB II
PEMBAHASAN
TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN PADA USIA DEWASA MADYA
A.
Kekhasan Tingkah Laku Usia Dewasa Madya
Pada umumnya
usia madya atau usia setengah baya dipandang sebagai masa dianta 40 sampai 60
tahun. Masa tersebut pada akhirnya ditandai oleh perubahan-perubahan jasmani
dan mental. Setengah baya menunjukkan banyak kesamaan dengan masa remaja.
Khusus posisi usia setengah baya, sama dengan posisi masa remaja.
Perubahan-perubahan hal fisik dan psikis juga terdapat kesamaan
antara dua masa kehidupan itu.[1]
Periode usia
dewasa madya dikenal juga sebagai tahap usia pertengahan. Usia pertengahan
merupakan usia yang tidak spesifik diamana seseorang tidak tua, tidak juga
muda, namun berada di tengah-tengah. Pada tahap ini kematangan telah melewati
puncaknya. Manusia mulai menurun dari segi fisik dan mental secara sangat
perlahan-lahan dan lambat. Namun, penurunan yang terjadi pada tahap ini masih
sulit untuk diperhatikan.[2]
Dalam Al-Qur’an
tahap ini adalah tahap kemunduran langsung setelah mencapai kondisi puncak,
sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S Ar-Ruum ayat 54:
ª!$# Ï%©!$# Nä3s)n=s{ `ÏiB 7#÷è|Ê ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ 7#÷è|Ê Zo§qè% ¢OèO @yèy_ .`ÏB Ï÷èt/ ;o§qè% $Zÿ÷è|Ê Zpt7øx©ur 4
ß,è=øs $tB âä!$t±o (
uqèdur ÞOÎ=yèø9$# ãÏs)ø9$# ÇÎÍÈ
Artinya: Allah,
Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu)
sesudah Keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah
kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui
lagi Maha Kuasa.
Adapun
ciri-ciri atau karakteristik dari perkembangan masa dewasa madya atau setengah
baya adalah sebagai berikut:[3]
1. Masa yang menakutkan
Usia madya merupakan masa yang
menakutkan, orang-orang dewasa tidak akan mengakui bahwa mereka telah mencapai
usia tersebut. Bagi wanita, usia setengah baya tidak
saja berarti menurunnya kemampuan reproduktif dan datangnya menopause, tetapi
juga bararti merosotnya daya tarik seksual. Pada umumnya wanita merasa tidak
lagi menggiurkan bagi suami mereka. Tambahan pula dalam usia ini, bagi banyak
keluarga, karena adanya peningkatan karier serta pemantapan jabatan suami,
banyak di antara suami yang sibuk dan berkurangnya waktu di rumah. Akibatnya,
banyak isteri yang merasa terabaikan dan kesepian dan merasakan depresi.
Khusus bagi pria, setengah baya merupakan usia yang
mengandung arti menurunnya kemampuan fisik ( secara menyeluruh ) termasuk
berkurangnnya vitalitas seksualnya. Beberapa kaum pria yang mulai mengalami
adanya tanda-tanda menurunnya kemampuan seksual ini, mengalihkan perhatian
mereka pada kesibukan kerja demi peningkatan prestasi. Ada pula diantaranya
yang justru sebaliknya, semakin memperhatikan penampilannya, berdandan
sedemikian rupa untuk menarik perhatian wanita muda. Perilaku ini
sesungguhnya merupakan pembungkus dari ketidakpercayaan
terhadap daya tarik seksual mereka. Kaum pria setengah baya seakan ingin
membuktikan dirinya sebagai orang yang masih muda dan mampu.
Menurut E.B. Hurlock dalam bukunya “ Development
Psychology” ( 1968), kurangnya pengetahuan tentang usia setengah baya dan
kurangnya persiapan untuk menghadapi masa itu merupakan sebagian penyebab
adanya rasa takut terhadap usia itu. Persis sama dengan ketakutan anak-anak dan
orang tua mereka terhadap masa pubertas dengan perubahan-perubahan pisik serta
perubahan tingkah laku yang menyertainya, demikian pula orang dewasa yang
terdapat dalam kedua keaadaan di atas itu, dapat
diredakan dengan kelengkapan pengetahuan tentang masa itu dan
persiapan-persiapan untu menghadapinya.
2.
Masa
transisi
Usia madya merupakan masa dimana
pria dan wanita meninggalkan ciri-ciri jasmanianya dan perilaku masa dewasanya
dan memasuki suatu periode dalam kehidupan yang akan diliputi oleh ciri-ciri
jasmania dan perilaku baru. Transisi berarti penyesuaian diri terhadap minat,
nilai dan pola perilakunya yang baru. Dengan adanya
perubahan-perubahan hal pisik dan adanya pola-pola prilaku baru, mengharuskan
individu-individu dalam usia ini untuk belajar dan memainkan peranan-peranan
baru pula. Sebagaimana halnya dalam masa remaja, orang-orang dewasa setengah
baya diharapkan untuk berfikir dan berlaku hal yang berbeda dengan ketika
mereka masih muda atau dewasa awal. Sama halnya dengan masa pubertas, dengan
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masa setengah baya mempunyai hubungan
yang berarti dengan keruwetan atau kesukaran-kesukaran emosional yang dialami
baik oleh pria maupun wanita. Dengan ini berarti bahwa menurunya kejantanan
bagi pria dapat membingungkan, menghawatirkan dan menyusahkan. Menurunnya
kesuburan bagi wanita setengah baya dapat sangat menyedihkan.
3.
Masa
stress
Maksudnya yaitu
penyesuaian secara radikal terhadap peran dan pola hidup yang berubah,
khususnya bila disertai dengan berbagai perubahan fisik, selalu cenderung
merusak homeostasis fisik dan psikologis seseorang dan membawa kemana stress,
suatu masa bila sejumlah penyesuaian pokok yang harus dilakukan dirumah, bisnis
dan aspek social kehidupan mereka.[4]
4.
Masa
yang berbahaya
Merupakan suatu masa dimana
seseorang mengalami kesusuhan fisik sebagai akibat dari terlalu banyak bekerja,
rasa cemas yang berlebihan, ataupun kurang memperhatikan kehidupan. Timbulnya
penyakit jiwa datang dengan cepat dikalangan pria dan wanita, dan gangguan ini
berpuncak pada suisid (bunuh diri ), khususnya dikalangan pria. Usia setengah baya sebagai usia berbahaya, juga mengandung arti
bagi banyak aspek kehidupan lainnya. Antara lain, jika individu sakit karena
berlebihan dalam bekerja, berlebihan kekhawatirannya, atau hidup yang
sembarangan. Apabila sakit akibat kelebihan kerja demikian serius, dapat
menuntun seorang ke arah kematian.
Usaha-usaha menghindari timbulnya keadaan berbahaya
dalam usia setengah baya. Para ahli umumnya menitik beratkan perhatiannya pada
akar permasalahan atau cikal-bakal terjadinya keadaan bahaya itu.apabila
ditelusuri latar belakanngnya, maka kebanyakann kasus menghantarkan pada
pekerja sosial, penyuluh ( konselor) perkawinan, atau psikiater pada
adanya perbedaan-perbedaan tingkat usia pasangan suami isteri sehingga dialai
ketakseimbangan dalam hal pencapaian keadaan “ betah di rumah.” Juga
karena rasa terancam yang dialami oleh wanita sehubungan datangnya menopause
dan oleh pria sehubungan dengan datangnya climacteric dan
pensiun. Pengobatan yang sering dilakukan adalah usaha-usaha membelajarkan
orang dewasa setengah baya dalam menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
pisik dan peranan yang dialaminya. Semuanya diarahkan agar mereka “betah di
rumah ,” dan menemukan aktivitas-produktif.
5.
Masa
yang canggung
Dimana pria dan
wanita yang berusia madya bukan muda lagi tapi bukan juga tua. Kemudian mereka
merasa tidak dianggap. Orang –orang yang berusia madya sedapat mungkin berusaha
untuk tidak dikenal oleh orang lain. Oleh karena posisi
yang demikian itu, para setengah baya ini banyak yang merasa tidak mendapat
pengakuan dari masyarakat sekitarnya. Karena itu, mereka ingin menutupi ketuaan
dengan berbagai cara dan sejauh mungkin mencoba agar tidak terlihat tua. Adanya
keinginan untuk tidak nampak tua itu, dinyatakanya dengan antara lain pemilihan
busana yang dikenakan.
6.
Masa
berprestasi
Merupakan masa
dimana peran orang yang berusia madya akan menjadi lebih sukses atau sebaliknya
mereka berhenti dan tidak mengerjakan suatu apapun lagi. Dalam hal ini Hurlock berpandangan bahwa apa yang dapat dicapai ini, tidak
hanya sukses dalam hal keuangan dan sosial, tetapi juga dalam hal kekuasaan dan
prestise. Pada umumnya, puncak prestasi itu dicapai dalam usia 40 sampai 50
tahun. Setelah itu seseorang tinggal bersenang-senang menikmati jerih-payahnya.
Para pejabat dan pemimpin formal kebanyakan dalam usia itu.
Factor-faktor yang berpengaruh terhadap pencapaian
prestasi puncak itu tentu saja ada, sehingga terdapat pula variasi cepat atau
lambatnya dicapai puncak prestasi tersebut. Variasi itu dipengaruhi oleh
perbedaan-perbedaan kreativitas, tingkat pendidikan, bidang kegiatan dan kesempatan;
khususnya dala relasi-relasi sosial.[5]
7.
Masa
evaluasi
Saat pria dan
wanita mencapai puncak prestasinya, maka masa ini juga merupakan saat
mengevaluasi prestasi tersebut berdasarkan aspirasi meerka semula dengan
harapan-harapan orang lain, khususnya anggota keluarga dan teman. Evaluasi
disini tidak hanya mengenai prestasi saja, tetapi juga evaluasi diri mengenai
kesalahan-kesalahan atau dosa yang pernah dilakukan selama ini.
8.
Masa
sepi
Masa sepi pada
uisa madya lebih bersifat traumatic bagi wanita dari pada pria. Hal ini benar
khususnya pada wanita yang telah menghabiskan masa-masa dewasa mereka dengan
pekerjaan rumah tangga dan bagi mereka yang kurang memiliki minat atau sumber
daya untuk mengisi waktu senggang mereka pada waktu pekerjaan rumah tangga
berkurang atau selesai. Banyak yang mengalami tekanan bathin kerana di
pensiunkan. Kondisi yang serupa juga dialami pria ketika mereka mengundurkan
diri dari pekerjaan.
9.
Masa
jenuh
Merupakan masa yang penuh dengan
kejenuhan. Para pria dan wanita menjadi jenuh dengan kegiatan sehari-hari dan
dalam kehidupan keluarga hanya memberikan sedikit hiburan, wanita yang menghabiskan waktunya untuk memelihara
rumah dan membesarkan anaknya, bertanya-tanya apa yang akan mereka
lakukan pada usia dua puluh atau tiga puluh tahun kemudian.
Kejenuhan tidak akan mendatangkan
kebahagiaan ataupun kepuasan pada usia manapun. Akibatnya usia madya sering
kali merupakan periode yang tidak menyenangkan dalam hidup.
B.
Usaha yang dilakukan sehubungan dengan tugas Perkembangan usia
dewasa madya (Setengah Baya)
Masa setengah
baya (middle age) adalah masa yang berlangsung antara usia 40 sampai 60 tahun.
Konon, di kalangan tertentu, pria dan wanita yang sudah menginjak usia 40 tahun
ke atas sering dijuluki sebagai orang yang sedang mengalami masa pubertas
kedua. Julukan ini timbul
karena mereka senang lagi bersolek, suka bersikap dan berbuat emosional atau mudah marah, dan bahkan jatuh cinta
lagi.
Di kalangan
kaum wanita biasanya tampak gejala depresi (murung), cepat tersinggung, cemas
dan khawatir kehilangan kasih sayang anak-anak yang mulai beranjak dewasa.
Selain itu, wanita setengah baya juga acapkali merasa cemas akan kehilangan
suami karena menopause (berhenti menstruasi) yang pada umumnya diiringi dengan
timbulnya tanda-tanda atau garis-garis penuaan di bagian tertentu pada
tubuhnya.
Adapun tugas-tugas perkembangan pada fase
setengah tua tersebut adalah sebagai berikut:[6]
1.
Memantapkan
pengamalan ajaran agama
2.
Mencapai
tanggung jawab sosial sebagai warga Negara
3.
Membantu
anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang bertanggung
jawab dan bahagia.
4.
Menerima
dan menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek fisik
(penurunan kemampuan atau fungsi).
5.
Mencapai
dan mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier dan
memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.
Masa ini pada
umumnya dimulai pada usia 40 tahun dan berakhir pada usia
60 tahun. Pada usia ini, aspek fisik sudah mulai agak melemah,
termasuk fungsi-fungsi alat indra,seperti tidak sedikit orang yang menggunakan
kaca mata untuk membaca, atau mengalami sakit dengan penyakit tertentu yang
sebelumnya tidak teralami (seperti rematik, atau asam urat). Tugas-tugas
perkembangan yang harus dituntaskan pada usia ini
meliputi :
Membantu
anak-anak yang berusia belasan tahun (khususnya anak kandungnya sendiri) agar
berkembang menjadi orang-orang dewasa yang bahagia dan bertanggung jawab
a.
Mengembangkan
aktivitas dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya bersama orang-orang dewasa lainnya
b.
Menghubungkan
diri sedemikian rupa dengan pasangannya ( dengan suami atau istri ) sebagai
orang pribadi yang utuh
c.
Menyesuaikan
diri dengan perubahan-perubahan psikologis yang lazim terjadi pada masa
setengah baya
d.
Mencapai
dan melaksanakan penampilan yang memuaskan dalam karier, dan
e.
Menyesuaikan
diri dengan perikehidupan (khususnya dalam hal cara bersikap dan bertindak)
orang-orang yang berusia
lanjut.
Selain
tugas-tugas perkembangan di atas, ada beberapa tugas lainnya menurut para ahli
sebagai berikut :[7]
1)
Tugas
Perkembangan Usia Dewasa Madya Menurut Hurlock ( 1968 )
Tahapan dewasa
menengah merupakan masa transisi, masa menyesuaikan kembali,
masa equilibrium-disequilibrium. Masa yang ditakuti karena mendekati
masa tua. Wanita di sini kehilangan kesanggupan reproduksi. Ada yang menyatakan
bahwa masa ini adalah masa bahaya bagi pria dan wanita.
Menurutt
Hurlock, tugas-tugas perkembangan bagi setengah baya dapat digolongkan dalam
empat bagian besar, Tugas-tugas yang berhubungan dengan pemahaman dan
penyesuaian terhadap
perubahan-perubahan fisilogis bagi dewasa madya.
a.
Tugas-tugas
yang berkaitan dengan perubahan fisik.
Tugas ini
meliputi untuk mau melakukan penerimaan akan penyesuaian dengan berbagai
perubahan fisi yang normal terjadi pada usia madya. Penyesuaian diri terhadap
perubahan fisik terasa sulit karena adanya kenyataan bahwa sikap individu yang
kurang menguntungkan semakin diintensifkan lagi oleh perilaku sosial yang
kurang menyenangkan terhadap perubahan normal yang muncul bersama tahun-tahun
selanjutnya. Perubahan fisik yang terpenting, yang terhadapnya orang berusia
madya harus menyesuaikan diri diantaranya:[8]
1.
Perubahan
dalam penampilan
2.
Perubahan
dalam kemampuan indra
3.
Perubahan
dalam keberfungsian fisiologis
4.
Perubahan
dalam kesehatan
5.
Perubahan
dalam seksual
b.
Tugas-tugas
yang berhubungan dengan perubahan-perubahan minat
Sehingga memungkinkan
orang-orang setengah baya untuk memperoleh tanggungjawab kewarganegaraan dan
sosial, dan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan pengisi waktu luang atau
kegiatan-kegiatan yang diselaraskan dengan tingkat perkembangan orang dewasa
ini yang mengutamakan pengisi waktu luang yang bersifat ” family-oriented.
” Family-oriented tadi melebihi keadaan selama tahun-tahun permulaan
masa dewasa.
c.
Tugas-tugas
yang berhubungan dengan kehidupan keluarga
Dengan
pengutamaan menciptakan hubungan diri dengan suami atau isteri sebagai pribadi
(dalam persahabatan akrab), menyesuaikan diri dengan kehidupan orangtua yang
sudah lanjut usia, dan membantu anak-anak remajanya untuk menjadi orang dewasa
yang bertanggungjawab dan bahagia.
2)
Tugas
Perkembangan Dewasa Madya Menurut Erikson
Masa dewasa
madya merupakan fase generativitas (menciptakan) yang selalu
dihadapkan pada adanya stagnasi. Masa ini ditandai dengan adanya
perhatian yang tercurah pada anak-anak, keahlian produktif, keluarga, dan
pekerjaan. Sifat mengasuh pada wanita tampak sangat dominan. Pada masa madya
ini adalah kebijaksanaan dan pelepasan.
3)
Tugas
Perkembangan Dewasa Madya Menurut Havighurst
Pada masa ini,
tugas-tugas yang harus dituntaskan adalah menerima dan menyesuaikan diri
terhadap perubahan fisik dan fisiologik, pasangan dipandang sebagai
person menolong anak-anak muda menjadi dewasa, mencapai tanggung jawab
sosial dan warga negara secara penuh, mencapai dan mempertahankan standar hidup
ekonomis, dan merealisasikan kesantaian secara sesuai.[9]
C.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam usia dewasa madya
1.
Kendala
Personal dan Sosial bagi Orang Usia Madya
Kendala sosial
dan pribadi yang paling besar pada usia madya timbul karena kecenderungan untuk
menerima pendapat umum klise tentang kehidupan bahwa orang usia madya biasanya
gemuk dan mulai botak. Beberapa bahaya social dan pribadi dianggap penting
sehingga orang kesulitan dalam menyesuaikan diri.
a.
Kendala
Personal
Ada beberapa
kendala personal bagi orang berusia madya dalam menyesuaikan diri dengan peran
dan gaya hidup baru. Dari semua itu, ada enam macam yang dianggap umum dan
serius antara lain:
1.
Diterimanya
Kepercayaan Tradisional
Diterimanya
kepercayaan tradisional tentang ciri-ciri usia madya mempunyai pengaruh yang sangat
mendalam terhadap perubahan perilaku fisik yang terjadi seiring dengan
bertambahnya usia. Seseorang yang mengalami masa menopause misalnya, sering
disebut sebagai masa kritis (critical period). Kepercayaan seperti ini dapat
menambah rasa takut yang tidak menentu.
2.
Idealisasi
Anak Muda
Banyak orang
usia madya khususnya kaum pria secara konstan menentang pengelompokkan usia
dalam pola perilaku umum. Mereka tidak mau dibatasi perilaku dan kegiatannya.
Sikap memberontak seperti itu berasal dari pengenalan terhadap nilai bahwa
masyarakat mengikat anak muda dan karena itu mereka menentang terhadap setiap
bentuk pembatasan, ini berarti mereka sedang tumbuh menjadi lebih tua. Kondisi
semacam ini menyebabkan mereka yang berusia madya menderita biasa atau lebih serius.
3.
Perubahan
Peran
Untuk dapat
menyesuaikan dengan baik dengan peran yang baru, seseorang harus dapat
menghilangkan emosi yang selama ini diterapkan dalam peran tertentu dan
memanfaatkannya pada kesempatan yang lain.[10]
4.
Perubahan
Keinginan dan Minat
kendala
besar dalam penyesuaian diri seseorang pada usia madya timbul karena ia mau
tidak mau harus mengubah keinginan dan minatnya sesuai dengan tingkat ketahanan
tubuh dan kemampuan fisik serta memburuknya tingkat kesehatan fisik.
5.
Simbol
status
Pada umumnya
wanita semakin tua semakin tertarik pada symbol status, Ada tiga reaksi umum
sebagai bagian dari wanita yang sangat menentukan symbol tersebut.
6.
Aspirasi
yang tidak Realistis
Orang berusia
madya yang mempunyai keinginan yang tidak realistis tentang apa yang ingin
dicapai, akan menghadapi masalah yang serius dalam proses penyesuaian diri dan
social, apabila ia kelak menyadari bahwa ia tidak bias mencapai tujuan
tersebut.
b.
Kendala
Sosial
Penyesuaian
sosial dalam usia ini kurang begitu dipengaruhi oleh kepercayaan tradisional
dan stereotype dibandingkan dengan penyesuaian sosial. Namun
bagaimanapun juga penyesuaian sosial sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh
kepercayaan tradisional. Ada beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi
penyesuaian sosial pada masa usia madya. Kondisi ini umumnya dibawa
secara bertahap sejak seseorang masih muda, terutama pada waktu seseorang
berusia remaja dan dewasa muda. Itulah sebabnya mengapa orang pada masa mudanya
tidak memiliki kemampuan penyesuaian sosial dengan cara yang baik sehingga pada
waktu ia berusia madya hasilnya akan sama saja.
Penyesuaian
sosial yang buruk pada masa tersebut, merupakan kendala karena semakin
bertambah usia seseorang maka ia akan semakin bergantug pada orang lain,
terutama orang yang suami atau isterinya telah meninggal, sedang anak-anaknya
sibuk dengan keluarga masing-masing. Orang usia madya yang tidak dapat
mengikuti perkembangan penting untuk memegang tanggung jawab sosial dan
tanggung jawab sebagai warga negara di masa tuanya hidupnya akan terasa
kesepian dan tidak bahagia sehingga mengakibatkan ia terlambat dalam proses
penyesuian sosialnya.[11]
2.
Kendala
Pekerjaan dan Perkawinan pada Usia Madya
a.
Kendala
Pekerjaan
Jenis dan macam
kendala yang timbul dalam proses penyesuaian terhadap pekerjaan pada usia
madya, dimana beberapa dari kendala tersebut merupakan ciri dari periode
tersebut dan ada delapan kendala yang dianggap umum dan serius.
1)
Kegagalan
dalam Mencapai Cita-cita Awal
Kegagalan dalam
mencapai cita-cita hidup yang sejak awal telah diimpikan oleh orang berusia
madya mengakibatkan menurunnya sikap egonya karena ia tahu bahwa usia madya
merupakan saat pencapaian puncak prestasi dan oleh sebab itu, ia tampaknya
tidak berminat lagi untuk meraih cita-citanya di saat usia sudah cukup lanjut.
Reaksinya terhadap kegagalan dalam mencapai cita-citanya mempengaruhi sikap
mereka terhadap dirinya sendiri, terhadap penyesuaian social, dan terhadap
pribadinya pada saat kegagalan tersebut terjadi dan pada waktu ia mencapai usia
lanjut.[12]
2)
Mandirinya
Kreativitas
Kebanyakan para
pekerja pada usia madya menampilkan gejala kreativitas kerjanya mundur. Hal ini
mengakibatkan orang merasa kkurang dengan prestasi yang diperolehnya dan
menyatakan bahwa kreativitasnya sudah tidak sehebat yang pernah dicapai dulu.[13]
3)
Kebosanan
Perasaan bosan
selama masa dewasa dini juga merupakan bahaya dalam bekerja, karena hal itu
akan mempengaruhi pekerja usia madya melebihi kebosanan pekerja yang lebih
muda, karena kesempatan mereka untuk mencari pekerjaan yang lebih menarik semakin
lama semakin kecil kemungkinan. Perasaan bosan umumnya menjangkiti pekerja
industry yang menghadapi kenyataan bahwa otomatisasi peralatan pabrik secara
meningkat, menggantikan pekerjaan setiap individu pekerja.
4)
Keagungan
Kecenderungan
menjadi agung (“bigness”) dalam bidang usaha, industry dan pekerjaan
professional lainnya juga merupakan bahaya pekerjaan bagi para pekerja yang
berusia madya dewasa ini, karena kebiasaan bekerja dalam situasi yang ramah,
situasi kerjanya tidak formal, di mana ia tahu setiap teman sejawatnya, kapan
waktu untuk istirahat dan kesempatan santai lainnya, kapan waktu untuk
mengobrol dengan kawan, bekerja dalam kelompok besar, merupakan ciri-ciri
suasana bebas dari lingkungan kerja.
5)
Perasaan
Terperangkap
Banyak pekerja
usia madya yang merasa “terperangkap” dalam pekerjaan sebagai sisa hidupnya,
dan merasa tidak akan dapat untuk membebaskan diri sendiri sampai ia mencapai
usia pensiun.
6)
Pengangguran
Masalah
pengangguran selalu menjadi masalah yang sangat serius terlebih lagi dalam
situasi resesi ekonomi daripada pada masa tidak resesi. Orang dewasa muda yang
dipecat, atau yang berhenti dari pekerjaannya biasanya dapat memperoleh
pekerjaan baru dalam tempo yang relative singkat. Tetapi bagaimanapun juga
memperoleh pekerjaan menjadi makin sulit karena makin bertambahnya tahun yang
dilewatinya, sehingga periode menganggur dialami dalam waktu yang relative
bertambah lama. Empat kelompok pekerja usia madya yang sulit mencari pekerjaan
adalah mereka yang IQ-nya rendah, wanita, pria dari kelompok minoritas
dan pekerja pelaksana atau mereka yang bekerja paad tingkat kelompok manajemen
menengah.
7)
Sikap
Tidak Menyenangkan Terhadap Pekerjaan
Sikap tidak
menyenangkan terhadap pekerjaan dapat menimbulkan efek yang merusak pada
prestasi kerja dan penyesuaian pribadi para pekerja berusia madya. Dan juga
ketidaksenangan terhadap pekerjaan ini, akan berdampak buruk dan membuat
seorang usia madya akan tekanan dari pekerjaannya.
8)
Mobilitas
Geogfrafis
Beberapa
pekerja dihadapkan dengan kaharusan untuk pindah ke masyarakat lain yang
jaraknya sering puluhan kilometer, jauh dari rumah dimana ia sekarang tinggal,
untuk bekerja pada pekerjaan yang sama atau mencari pekerjaan baru agar ia
tidak menganggur. Kebanyakan orang yang berusia madya tidak senang untuk dipindahkan,
khususnya apabila orang masih mempunyai anak usia belasan yang masih sekolah,
atau karena isterinya juga bekerja atau aktif dalam organisasi atau kegiatan
masyarakat.
b.
Kendala
Perkawinan
Bahaya
perkawinan sering lebih serius dibandingkan dengan pada masa dewasa dini,
karena kesempatan untuk membangun penyesuaian yang baik berjalan lambat
daripada berjalannya waktu dan pada waktu anak-anak meninggalkan rumah,
motivasi orang dewasa untuk menjaga situasi keluarga yang bahagia menurun.
Adapun bahaya dari perkawinan yaitu:
1.
Kebosanan
Wanita yang
membaktikan seluruh masa hidup dewasanya untuk mengurusi rumah tangga menjadi
bosan pada usia madya, pada ibu yang berperan sebagai ibu rumah tangga. Banyak
wanita usia madya dewasa ini melihat bahwa ada kesempatan untuk maju dalam
dunia kerja, kemudian memutuskan untuk belajar ketrampilan baru, atau berusaha
memperbaiki ketrampilannya yang mulai memudar dengan cara masuk kursus atau
kuliah lagi. Bagi kelompok wanita lain yang tidak mempunyai cukup uang untuk itu,
atau yang kurang memperoleh dukungan dan dorongan dari suaminya, hanya bias
bertahan dalam kebosanannya, sehingga proses penyesuaian diri, pernikahan dan
social yang dilakukan sangat jelek.[14]
2.
Oposisi
terhadap Perkawinan Anak.
Masalah yang
serius kadang-kadang atau timbul pada waktu seorang anak usia remaja atau anak
yang sudah dewasa menikah dengan seseorang, sedang orang tuanya tidak setuju.
Apabila mereka menantang perkawinannya, hal ini akan menjadi penghalang dalam
menyesuaikan diri dengan cara yang memuaskan, pada saat berangkat meninggalkan
rumah. Tantangan semacam ini biasanya menjadi penghalang antara pihak orang tua
dengan pihak anak, yang mengakibatkan hubungan dan pertemuan antara anak dengan
orang tua menjadi jarang. Begitu juga hubungan dengan cucu dan anak besan
menjadi tegang dan tidak menyenangkan.
3.
Ketidakmampuan Membangun Hubungan Yang
Memuaskan dengan Pasangan Sebagai Pribadi.
Salah satu
tugas penting yang perlu dikembangkan pada usia madya adalah usaha untuk
menciptakan hubungan yang memuaskan dengan pasangan. Hal ini khususnya sulit
bagi wanita karena masalah yang dihadapinya dalam melakukan penyesuaian yang
memuaskan terhadap peran baru yang harus ia mainkan sekarang yakni bahwa
anak-anak telah meninggalkan rumah. Bahaya penyesuaian ini juga dialami oleh
pria.
4.
Penyesuian
Seksual
Kegagalan untuk
mencapai hubungan yang baik dengan pasangan mempunyai efek balik dalam
penyesuaian seksual selama masa usia madya. Faktor tersebut membahayakan
penyesuaian perkawinan dan sangat menambah kekecewaan terhadap perkawinan
selama periode tersebut. Wanita yang kecewa dengan perkawinannya, mungkin
mencoba mencari kompensasi dengan melakukan pemusatan segala daya upaya dan
waktu untuk membantu anak-anaknya yang sudah dewasa, aktif dalam kegiatan masyarakat
atau dengan melakukan hubungan seksual di uar nikah dengan seseorang yang
dirasa lebih menghargainya daripada suaminya. Pria usia madya yang kehidupan
seksualnya tidak memuaskan akan melakukan hubungan seksual di luar nikah atau
ia merasa bersalah karena ia telah gagal memberikan kepuasan seksual kepada
isterinya.
5.
Merawat Orang Tua Usia Lanjut
Merawat orang
tua usia lanjut dirumah sendiri merupakan bahaya yang serius bagi kebanyakan
pasangan usia madya, karena tugas tersebut menganggu penyesuaian mereka satu
sama lain setelah anak-anak mulai meninggalkan rumah. Akibatnya penyesuaian
seksual akan terpengaruh. Untuk mempersulit situasi tersebut adalah bahwa
relasi orang tua tersebut biasanya adalah ibu, dari salah satu pasangan.
Apabila dia tidak mau mengubah perannya dari kepala rumah tangga dan sekarang
menjadi seseorang yang bergantung, mungkin dia akan mencoba untuk mendominasi
situasi sebagaimana biasa dilakukannya di rumahny sendiri Sikap seperti ini
menimbulkan ketegangan dengan seluruh anggota keluarga dan situasi rumah
biasanya diwarnai oleh ketegangan yang berlanjut.
6.
Hilangnya
Pasangan
Hilangnya
pasangan karena kematian atau perceraian selama usia madya merupakan bahaya
terhadap penyesuaian social dari pribadi yang baik, karena banyaknya masalah.
Karena itu, perceraian atau ancaman perceraian adalah salah satu dari seluruh
bahaya perkawinan yang paling serius pada usia madya. Karena perceraian pada
usia madya merupakan oprasi besar, bagi suami maupun istri, maka mereka tidak
buru-buru menerobos untuk mengatakan dan meminta cerai tanpa pikir panjang
lebar, seperti yang banyak dilakukan pasangan muda. Bagaimanapun juga, ada
bukti bahwa perceraian pada usia madya berasal dari kondisi keluarga yang
semakin memburuk yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun yang akhirnya
tidak dapat dipertahankan lagi.
7.
Kawin-lagi
Kawin lagi pada
usia madya nampaknya menjadi berbahaya, khususnya apabila karena perceraian.
Selama masalah keuangan merupakan penyakit bagi orang dewasa yang lebih muda,
yang kawin lagi setelah cerai, masalah penyesuaian terhadap masing-masing dan
terhadap pola hidup baru merupakan gangguan yang lebih menonjol bagi
keberhasilan pernikahan pada usia madya. Hal ini selalu sulit bagi usia madya
untuk mengubah peran dan mengikuti pola hidup yang baru.
D.
Hubungan (relation) mempelajari tugas-tugas perkembangan dewasa
madya dengan bimbingan konseling adalah: [15]
1.
Dengan
mempelajari tugas-tugas dewasa madya, maka kita akan paham mengenai tugas-tugas
yang ada pada dewasa madya
2.
Akan
membantu kita dalam memberi bantuan kepada seseorang yang bermasalah pada usia
madya
3.
Kita
akan mudah memberi bantuan karena kita sudah mengerti mengenai tugas-tugas
perkembangan pada dewasa madya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada umumnya usia madya atau usia setengah baya
dipandang sebagai masa dianta 40 sampai 60 tahun. Masa tersebut pada akhirnya
ditandai oleh perubahan-perubahan jasmani dan mental. Tugas-tugas perkembangan yang harus dituntaskan pada usia ini meliputi:
Memantapkan pengamalan ajaran agama, mencapai tanggung jawab sosial sebagai warga negara, membantu anak yang sudah remaja untuk belajar menjadi orang dewasa yang
bertanggung jawab dan bahagia, menerima dan
menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada aspek fisik (penurunan
kemampuan atau fungsi), mencapai dan
mempertahankan prestasi yang memuaskan dalam karier, dan memantapkan peran-perannya sebagai orang dewasa.
Dari kesepuluh karakteristik usia madya yang telah
dikemukakan pada makalah ini, terlihat adanya ciri negatif dan ciri positif
yang dialami individu usia madya. Dan jelas pula terlihat bahwa ciri-ciri
negative jauh lebih banyak serta intensitasnya nampak lebih kuat dibanding
dengan ciri positif yang ada. Dalam keadaan yang demikian itu, tentu saja diharapkan
banyak melakukan persiapan seseorang sebelum ia memasuki usia setengah baya
(madya). Dengan persiapan yang baik, besar kemungkinan seseorang dapat
mengangkat tinggi-tinggi nilai positif dari ciri-ciri usia madya dan menekan
sebanyak mungkin kemungkinan negative yang bakal timbul dalam usia itu.
A.
Saran
Demikianlah
makalah ini kami buat, kami sadar makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisaannya, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat
dibutuhkan untuk memperbaiki makalah selanjutnya. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat untuk kita semua. Aamiin ya rabbal alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,
Muhammad, dkk. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Alwisol.
Psikologi Kepribadian. Malang: UUM Press. 2009.
Alqur’an
Surat Ar-rum.
Atkinson. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.1991
Dadang
Sulaiman. Psikologi Remaja dan Dimensi Perkembangan. Jakarta: PT Bumi
Aksara. 1995.
Desmita.
Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2005.
Elida
Prayitna. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Depdikbud. 1992.
Harlock, Elizabeth B. Psikologi Perkembangan. Jakarta:
Erlangga.1980
Mappiare Andi. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha
Nasional.1983
Suryabrata Sumardi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali
Press. 2002.
Walgito Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Penerbit
Andi. 2002.
Yudrik Jahja. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.
2011.
Yusus Samsu. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2000.
Zulkifli. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2012.
.
[3]
Atkinson,
Pengantar Psikologi, (Jakarta: Erlangga, 1991), hal. 63
[4] Sulaiman
Dadang, Psikologi Remaja dan Dimensi Perkembangan, ( Jakarta: PT Bumi
Aksara, 1995), hal. 62
[7]
Prayitna
Elida, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Depdikbud, 1992), hal. 64
[9]
Samsu
Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, ( Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2000), hal. 78
[10]
Andi
Mappire, Psikologi Orang Dewasa,( Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal.
48
[11]
Sumardi
Suryabrata, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rajawali Press, 2000),hal.
25
[14]
Ibid, hal. 63
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih komentarnya :)