MAKALAH
ETIKA
Tentang
ADAT KEBIASAAN DALAM
ETIKA
Disusun oleh
PARLU HUTAN RITONGGA
1513020021
Dosen Pembina
1.Drs. Aditiawarman
AD, M.Ag
2. Usman, SHI, MA.
JURUSAN PERBANDINGAN
MAZHAB DAN HUKUM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM
NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1437
H / 2016 M
ADAT KEBIASAAN
Suatu perbuatan bila diulang-ulang sehingga menjadi mudah
dikerjakan disebut adat kebiasaan membentuk kebiasaan segala perbuatan, baik
atau buruk menjadi adat kebiasaan karena dua faktor; kesukaan kepada suatu
pekerjaan dan menerima kesukaan itu dengan melahirkan suatu perbuatan dan dengan
diulang-ulang secukupnya.
Mengulang keukaan hati saja tidak cukup, barang siapa berulang kali
ingin minum rokok, akan tetapi tidak menurutinya tidak menjadikebiasaan. Dengan
demikian menjadi adat kebiasaan karena keinginan hati dan dilakukannya dan keduanya
diulang – ulang.
1.
Adat
kebiasaan menurut physiology
Segala ada yang dirasakan oleh
manusia dan apa yang diperbuat, buhubungan rapat dengan urat sarap, terutama
otak. Kalau pengertian kita tentang otak itu cukup tentu kita dapat mengerti
dengan perantaraan susunan dan bentuknya, kebanyakan dari sifat-sifat manusia.
Sifat urat saraf itu menerima
perobahan. Sesuatu jasim disebut menerima perobahan, bila dapat dirobah menurut
bentuk baru dan bila berobah ia tetap dalam perobahan itu. Seperti jugalah keadaan
urat saraf. Tiap-tiap perbuatan dan fikiran memberi bekas kepadanya dan
merobahnya dengan bentukan yang tertentu, sehingga bila dikehendaki, berfikir
atau berbuat kedua kali adalah lebih mudah karena urat saraf telah sedia
danterbentuk menurut perbuatan itu.
2.
Ketentuan
sifat bagi adat kebiasaan
Kalau kebiasaan telah terbentuk ia
mempunyai ketentuan sifat, diantaranya :
a.
Memudahkan
perbuatan yang dibiasakan
Umpamanya
berjalan dan berjalan itu adalah lathian yang berat. Untuk mempelajarinya menghajatkan
waktu beberapa bulan lamanya. Semua kita belajar bagaimana kita berdiri,
sedangkan berdirinya orang agak sukar karena bersandar kepada dasar yang tidak
luas dan karenanya berdirinya lebih sukar dari binatang yang berkaki empat.
b.
Menghemat
waktu dan perhatian
Tatkala
diulang perbuatan dan menjadi kebiasaan maka dapat melakukan dalam waktu yang
lebih singkat dan tidak dihajatkan ekpaada perhatian yang banyak contohnya
ialah waktu kita mempelajarinya semula menulis sebaris saja memakan waktu beberapa
waktu, membutuhkan perhatian yang sempurna dan mempersiapkan segala fikiran
yang ada.
3.
Kekuatan
kebiasaan
Kebanyakan orang mengibaratkan
“kekuatan kebiasaan” dengan perkataan. Kebiaaan itu natuur yang kedua. Mereka
maksud bahwa adat kebiasaan itu mempunyai kekuatan yang menpunyai kekuatan yang
mendekati kepada “natuur yang pertama”.
Adat kebiasaan sebgai kata James
ialah yang memudahkan bagi buruh logam bekerja dalam tambang yang gelap, bagi
penyelam dalam pekerjaan mereka didalam lautan yang bergelombang besar, bagi
pelaut dalam menghadapi angin taufan yang kencang dan petani dalam
sawah-sawahnya menderita panas terik dan dingin yang menyakiti.
Demikian juga kebiasaan teradang
memperhamba manusia menjadi sumber kesengsaraannya bila kebiasaan itu buruk,
seperti adat minum-minuman keras dan placuran. Tetapi terkadang menjadi sumber
kebahagiaan bila ia baik, seperti ada kebersihan, menjaga waktu dan jujur.
4.
Merobah
adat kebiasaan
Tidak sedikit orang yang terkena akibat kebiasaan yang
membahayakan, hendak merobahnya atau menghindarinya. Maka perlu kita mengetahui
cara bagaimana kita sampai kearah itu. Pengertian kita bagaimana membentuk adat
kebiasaan, menolong kita untuk mengetahui cara bagaiaman kita akan
menghindarinya.
Untuk merobah adat kebiasaan yang buruk harus memperhatikan
peraturan yang tersebut dibawah ini :
a.
Berniatlah
yang sungguh dengan tiada diiringi eraguan, letakkanlah didirimu ditempat yang
ccocok dengan kebiasaan lama yang henadak engkau hindarkannya dan ikatlah
dirimu dengan ikatan yang menjadi lawan adat kebiasaan kuno dan sekali-kali
jangan berbuat yang sesuai dengannnya.
b.
Jangan
mengizinkan bagi dirimu untuk menyalahi kebiasaan yang baru karena sesuatu
apapun, kecuali kalau sudah akar-akarnya pada diri dan penghidupanmu, karena
tiap-tiap tindakan yang menyalahi kebiasaan yang baru ini akan menjauhi dari
hasil yang kita harapkan .
c.
Carilah
waktu yang baik untuk mentafzkan niatmu dan ikutilah segala gerak jiwa yang
menolong tanfiz tersebut, karena kesukaran itu bukan dalam niat tetapi didalam
mentanfizkannya. Walaupun keinginan seornag itu baik, tetapi didlam
mentanfizkannya. Walaupun keinginan seseorng itu baik tetapi tidak akan baik
akhlaknya kecuali jika dpat mencari waktu yang baik.
d.
Jagalah
pada dirimu kekuatan penoloan dan peliharlah agar selau hidup dalam jiwamu
dengan mendermakan perbuatan yangkecil-kecil tiap hari untuk mengekang hawa
nafsumu kerna yang demikian ituda apt menolong engkau untuk menghadapi segala
penderitaan kalau datang waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih komentarnya :)