HAKEKAT SAINS
Pengertian IPA
IPA atau sains adalah
ilmu yang mempelajari tentang sebab akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi di
alam. IPA dapat juga didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang sistimatik
dari gejala - gejala alam. H.W. Powler mendefinisikan pengertian tentang IPA
sebagai “ Systematic and formulated knowledge dealing with material phenomena
and based mainly on observation and induction “. Terjemahan bebasnya adalah, “
Ilmu yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala
kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan induksi “. Sedangkan Robert B
Sund mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistimatis atau tersusun
secara teratur berlaku umum dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
eksperimen.
Unsur utama yang
terdapat dalam IPA yaitu sikap manusia, proses, dan produk yang satu sama lain
tidak dapat dipisahkan. Rasa ingin tahu pada masalah yang terjadi di alam
merupakan sikap manusia; manusia kemudian mencoba memecahkan masalah yang
dihadapinya, pada tahapan digunakan proses atau metoda dengan cara menyusun
hipotesis, melakukan kegiatan untuk membuktikan kebenaran hipotesisnya, dan
mengevaluasi apa yang telah dilakukannya. Hasil atau produk dari kegiatan yang
telah dilakukannya tersebut berupa fakta-fakta, prinsip-prinsip, atau
teori-teori.
Berdasarkan uraian di atas maka tinjauan kita terhadap IPA pada hakekatnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
Berdasarkan uraian di atas maka tinjauan kita terhadap IPA pada hakekatnya dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a. Sains sebagai
proses
Pengertian IPA
sebagai proses maksudnya adalah bagaimana cara mendapatkan ilmu pengetahuan
tersebut.
Pengertian
mendapatkan pengetahuan untuk siswa dapat berupa konsep-konsep yang sedang
dipelajarinya. Penekanan dari hakekat IPA sebagai proses adalah pada bagaimana
seorang siswa menemukan sendiri apa yang sedang dipelajarinya. Yang dimaksud
dengan menemukan sendiri disini bukan berarti konsep yang sedang dipelajarinya
adalah murni hasil pemikiran siswa tersebut. Dalam hal ini, siswa masih tetap
mempelajari konsep-konsep yang sudah ditemukan oleh para akhli IPA, tetapi yang
menjadi titik berat adalah bagaimana urutan-urutan atau tahapan-tahap yang
dilakukan siswa pada saat mempelajari konsep tersebut.
Jika siswa dalam
memahami suatu konsep sesuai dengan urutan atau langkah yang seharusnya, maka
berarti siswa tersebut telah memahami hakekat IPA sebagai proses.
Sebagai contoh akan dijelaskan bagaimana seorang siswa memahami konduktor dan isolator. Siwa tidak menghapal definisi konduktor dan isolator tetapi siswa mengerti apa yang dimaksud dengan konduktor dan isolator setelah siswa tersebut melakukan kegiatan dengan menggunakan batere, kabel, bolalampu, dan benda-benda yang akan diselidikinya.
Mula-mula siswa mencoba membuat rangkaian dengan menggunakan apa yang sudah disiapkannya, kemudian mereka mencoba mengganti hubungan kabel dengan benda-benda yang sedang diselidikinya satu-persatu. Setelah semua benda diselidiki, ternyata ada dua kelompok benda yang sifatnya berbeda yaitu kelompok pertama terdiri atas kayu, karet, kaca, dan kertas tidak dapat menyalakan bola lampu; sedangkan kelompok kedua terdiri atas besi, aluminium, tembaga, dan seng dapat menyalakan lampu. Selanjutnya diharapkan siswa dapat menggeneralisasikan sendiri benda-benda lainnya yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan benda-benda lainnya yang dapat menghantarkan arus listrik. Dari kegiatan yang dilakukannya tersebut, siswa dapat mengelompokan sendiri benda yang termasuk isolator dan benda yang termasuk konduktor.
Sebagai contoh akan dijelaskan bagaimana seorang siswa memahami konduktor dan isolator. Siwa tidak menghapal definisi konduktor dan isolator tetapi siswa mengerti apa yang dimaksud dengan konduktor dan isolator setelah siswa tersebut melakukan kegiatan dengan menggunakan batere, kabel, bolalampu, dan benda-benda yang akan diselidikinya.
Mula-mula siswa mencoba membuat rangkaian dengan menggunakan apa yang sudah disiapkannya, kemudian mereka mencoba mengganti hubungan kabel dengan benda-benda yang sedang diselidikinya satu-persatu. Setelah semua benda diselidiki, ternyata ada dua kelompok benda yang sifatnya berbeda yaitu kelompok pertama terdiri atas kayu, karet, kaca, dan kertas tidak dapat menyalakan bola lampu; sedangkan kelompok kedua terdiri atas besi, aluminium, tembaga, dan seng dapat menyalakan lampu. Selanjutnya diharapkan siswa dapat menggeneralisasikan sendiri benda-benda lainnya yang tidak dapat menghantarkan arus listrik dan benda-benda lainnya yang dapat menghantarkan arus listrik. Dari kegiatan yang dilakukannya tersebut, siswa dapat mengelompokan sendiri benda yang termasuk isolator dan benda yang termasuk konduktor.
Kegiatan seperti itu
mencerminkan hakekat IPA sebagai proses; karena siswa pada saat mempelajari konsep
isolator dan konduktor siswa dapat menemukan sendiri apa yang sedang
dipelajarinya.
b. Sains sebagai
Produk
Pengertian IPA
sebagai produk maksudnya adalah lebih menekankan pada memahami apa yang sudah
dihasilkan oleh IPA itu sendiri misalnya, prinsip-pinsip, hukum-hukum, dan
rumus-rumus.
Usaha pemahaman siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan penggunaan rumus-rumus yang berlaku dalam IPA menunjukkan hakekat IPA sebagai produk.
Pemahaman yang dilakukan siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan rumus-rumus tidak memerlukan urutan atau tahapan tertentu. Siwa cukup memahami isi kandungan dari prinsip atau hukum yang sedang dipelajarinya itu; atau bagaimana caranya menggunakan rumus untuk memecahkan soal yang sedang dibahasnya.
Usaha pemahaman siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan penggunaan rumus-rumus yang berlaku dalam IPA menunjukkan hakekat IPA sebagai produk.
Pemahaman yang dilakukan siswa terhadap prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan rumus-rumus tidak memerlukan urutan atau tahapan tertentu. Siwa cukup memahami isi kandungan dari prinsip atau hukum yang sedang dipelajarinya itu; atau bagaimana caranya menggunakan rumus untuk memecahkan soal yang sedang dibahasnya.
Jika siswa hanya
mempelajari prinsip-prinsip, hukum-hukum, rumus-rumus dengan cara seperti itu,
berarti siswa hanya mempelajari apa yang sudah dihasilkan ( produk ) oleh para
akhli tanpa memikirkan/mengetahui bagaimana caranya prinsip-prinsip,
hukum-hukum, rumus-rumus itu ditemukan. Kegiatan yang dilakukan siswa seperti
itu berarti telah mengganggap IPA hanya sebagai produk saja.
c. Sains sebagai
Sikap/Nilai
sains diyakini dapat
melatih atau menanamkan sikap dan nilai positif dalam diri siswa. Jujur, dapat
bekerja sama, teliti, tekun, hati-hati, toleran, skeptis, merupakan sikap dan
nilai yang dapat terbentuk melalui pembelajaran sains.
Pembelajaran sains yang dapat terlaksana dengan baik, akan dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam diri siswa sebagai bekal yang diperlukannya dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Tentunya hal tersebut dapat tercapai jika pembelajaran sains dipandang sebagai proses tidak hanya sekedar mempelajari produknya saja.
Hakekat Pendidikan IPA
Pembelajaran sains yang dapat terlaksana dengan baik, akan dapat membentuk sikap dan nilai positif dalam diri siswa sebagai bekal yang diperlukannya dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya dalam kehidupan. Tentunya hal tersebut dapat tercapai jika pembelajaran sains dipandang sebagai proses tidak hanya sekedar mempelajari produknya saja.
Hakekat Pendidikan IPA
Tujuan Pendidikan Nasional
Negara Indonesia adalah : “ Untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang
ber-Pancasila dan membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya,
memiliki pengetahuan dan terampil dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung
jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat
mengembangkan kecerdasaan yang tinggi dan disertai dengan budi pekerti yang
luhur, mencintai bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan
ketentuan-ketentuan UUD 1945 “.
Tujuan Pendidikan Nasional
tersebut kemudian dijabarkan lagi kedalam kurikulum untuk setiap mata
pelajaran. Tentunya setiap mata pelajaran mampunyai perannya sendiri dalam
mencapai tujuan nasional yang telah dirumuskan oleh pemerintah.
IPA telah dinilai mempunyai peran yang sangat besar dalam usaha mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan suatu bangsa. Hal ini disebabkan IPA merupakan dasar dari teknologi; sedangkan teknologi itu sendiri merupakan tulang punggung kemajuan suatu negara.
IPA telah dinilai mempunyai peran yang sangat besar dalam usaha mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan suatu bangsa. Hal ini disebabkan IPA merupakan dasar dari teknologi; sedangkan teknologi itu sendiri merupakan tulang punggung kemajuan suatu negara.
Pada hakekatnya
Pendidikan IPA di Indonesia bertujuan untuk :
a. Memberi pengetahuan sebagai bekal hidup kepada anak tentang dunia dimana mereka hidup, agar anak tidak keliru terhadap alam sekitar.
a. Memberi pengetahuan sebagai bekal hidup kepada anak tentang dunia dimana mereka hidup, agar anak tidak keliru terhadap alam sekitar.
b. Memberi bekal
pengetahuan praktis , agar anak dapat menyongsong dan menghadapi kehidupan modern
yang serba praktis dan tepat.
c. Menanamkan sikap
hidup yang ilmiah; seperti sikap objektif, tidak tergesa-gesa dalam mengambil
kesimpulan, terbuka, dapat membedakan antara fakta dan opini, bersifat
hati-hati, dan mempunyai rasa ingin menyelidiki.
d. Memberikan
keterampilan yang dapat digunakan dalam mengatasi segala permasalahan yang
ditemukan dalam kehidupannya.
e. Menanamkan rasa
hormat dan menghargai kepada penemu-penemu IPA, yang telah banyak berjasa bagi
kesejahteraan dunia dan manusia.
f. Menanamkan rasa
cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan Tuhan
Yang Maha Esa.
Hakekat pendidikan IPA yang diuraikan di atas baru akan dapat tercapai jika semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan bahu membahu dalam usaha mencerdaskan manusia Indonesia. Tentunya semua itu baru dapat berjalan dengan baik jika ditunjang dengan sarana dan prasarana yang memadai. Jika sarana dan prasaran penunjang tidak baik, maka usaha mencerdaskan manusia Indonesia seutuhnya akan sulit terwujud.
Hakekat Sains dan Pembelajaran Sains di Sekolah
Dasar
Ilmu pengetahuan
alam (IPA) atau Sains dalam arti sempit telah dijelaskan diatas merupakan
disiplin ilmu yang terdiri dari physical sciences (ilmu fisik) dan life sciences (ilmu biologi). Yang
termasuk physical sciences adalah ilmu-ilmu astronomi, kimia, geologi,mineralogi, meteorologi, dan fisika, sedangkan life science meliputi anatomi, fisiologi,zoologi, citologi, embriologi, mikrobiologi.
IPA (Sains)
berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan
pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya.
Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya
informasi yang dihasilkannya, jangkauan Sains semakin luas dan lahirlah sifat
terapannya, yaitu teknologi adalah lebar. Namun dari waktu jarak tersebut
semakin lama semakin sempit, sehingga semboyan " Sains hari ini adalah
teknologi hari esok" merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh
sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu
pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi (komplementer), ibarat mata uang,
yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi
yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology).
IPA membahas
tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasarkan pada
hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini sebagaimana
yang dikemukakan oleh Powler (dalam Wina-putra, 1992:122) bahwa IPA merupakan
ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis
yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
obervasi dan eksperimen.
D. Sains
dalam kurikulum Sekolah Dasar
Dari uraian di
atas Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempunyai Obyek, menggunakan metode
Ilmiah sehingga perlu diajarkan di Sekolah Dasar. Setiap guru harus paham akan
alasan mengapa sains perlu diajarkan di sekolah dasar. Ada berbagai
alasan yang menyebabkan satu mata pelajaran itu dimasuk ke dalam kurikulum
suatu sekolah. Usman Samatowa menegemukakan empat Alasan sains dimasukan
dikurikulum Sekolah Dasar yaitu:
1.
Bahwa sains berfaedah Bagi suatu bangsa,
kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan materil suatu
bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains,
sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang
punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang
tidak menjadi Insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa
dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam.
2.
Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat,
maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir
kritis; misalnya sains diajarkan dengan mengikuti metode "menemukan
sendiri". Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah; umpamanya dapat
dikemukakan suatu masalah demikian". Dapatkah tumbuhan hidup tanpa
daun?" Anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini.
3.
Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan
yang dilakukan sendiri oleh anak. Maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran
yang bersifat hafalan belaka.
4.
Mata pelajaran ini mempunyai: nilai-nilai
pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk keprbadian anak secara
keseluruhan.
Standar Kompetensi
(SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara
nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada
pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan
pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
E. Hakekat
Pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat
Pendekatan
Sains, Teknologi dan masyarakat (STM) adalah pengindonesiaan dari
Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali dikembangkan di Amerika
Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang di Inggris dan
Australia. National Science Teacher Association atau NSTA, mendefinisikan
pendekatan ini sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi dalam konteks
pengalaman manusia. Dengan volume informasi dalam masyarakat yang terus
meningkat dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
hubungannya dengan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka
pendekatan STM dapat sangat membantu bagi anak. Oleh karena, pendekatan ini
mencakup interdisipliner konten dan benar-benar melibatkan anak sehingga dapat
meningkatkan kemampuan anak. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menjembatani
kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia
pendidikan, dan nilai-nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat
sehari-hari.
Pendekatan Sains
Teknologi dan Masyarakat (STM) dalam pandangan ilmu-ilmu sosial dan humaniora,
pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan antara sains teknologi dan
masyarakat, melatih kepekaan penilaian peserta didik terhadap dampak lingkungan
sebagai akibat perkembangan sains dan teknologi. Menurut Raja, keputusan yang
dibuat oleh masyarakat biasanya memerlukan penggunaan teknologi untuk
melaksanakannya. Bahkan, masyarakat dan ilmu pengetahuan menggunakan teknologi
sebagai sarana untuk menyimpan informasi. Peranan penting yang dimiliki oleh
teknologi dapat berfungsi sebagai sarana tindakan dan penyidikan dalam
pendekatan STM. Data juga menyiratkan sifat ilmu pengetahuan sebagai
sebuah bidang di semua masyarakat.
Sains merupakan
suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan proses
penemuan pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun
perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan
kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang
memiliki wilayah, kebutuhan, dan norma-norma sosial tertentu. Sains, teknologi
dan masyarakat satu sama lain saling berinteraksi. Menurut Widyatiningtyas,
pendekatan STM dapat menghubungkan kehidupan dunia nyata anak sebagai anggota
masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains. Proses pendekatan ini
dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam mengidentifikasi potensi
masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah, mempertimbangkan
solusi alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi berdasarkan keputusan
tertentu.
Pendidikan sains
pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman, penyadaran, dan pengembangan nilai
positif tentang hakekat sains melalui pembelajaran. Sains pada hakekatnya
merupakan ilmu dan pengetahuan tentang fenomena alam yang meliputi produk dan
proses. Pendidikan sains merupakan salah satu aspek pendidikan yang menggunakan
sains sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan nasional secara umum dan
tujuan pendidikan sains secara khusus, yaitu untuk meningkatkan pengertian
terhadap dunia alamiah.
Untuk penyusunan
materi pendidikan sains, hendaknya merupakan akumulasi dari konten, proses, dan
konteks. Konten, menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan fakta, definisi,
konsep, prinsip, teori, model, dan terminologi. Proses, berkaitan dengan
metodologi atau keterampilan untuk memperoleh dan menemukan konten. Konteks,
berkaitan dengan kepentingan sosial baik individu maupun masyarakat atau
kepentingan-kepentingan lainnya yang berhubungan dengan perlunya pengembangan
dan penyesuaian pendidikan sains untuk menghadapi tantangan kemajuan zaman.
Benneth et. al. melaporkan, bahwa
pendekatan STM merupakan pendekatan berbasis konteks yang memiliki peranan yang
sangat penting dalam memotivasi anak dan mengembangkan keaksaraan ilmiah mereka
berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap anak laki-laki dan
perempuan yang berkemampuan rendah. Dengan demikian, tujuan pendekatan STM
adalah untuk membentuk individu yang memiliki literasi sains dan teknologi
serta memiliki kepedulian terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya.
Menurut
Rusmansyah, pendekatan STM dilandasi oleh tiga hal penting yaitu:
1.
Adanya keterkaitan yang erat antara sains,
teknologi dan masyarakat.
2.
Proses belajar-mengajar menganut pandangan
konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau
membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.
3.
Dalam pengajarannya
terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah
sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi.
Program pembelajaran dengan pendekatan STM pada
umumnya mempunyai karakteristik, sebagai berikut:
1. Identifikasi
masalah-masalah setempat.
2. Penggunaan
sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah.
3. Keikutsertaan
yang aktif dari siswa dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah.
4. Perpanjangan
pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
5. Fokus
kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6. Isi dari
pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam
kelas.
7. Penekanan
pada keterampilan proses di mana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan
masalah.
8. Penekanan
pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.
9. Kesempatan
bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara identifikasi bagaimana sains dan
teknologi berdampak di masa depan.
10. Kebebasan atau otonomi dalam
proses belajar.
F. Implementasi
pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam Pembelajaran Biologi
Menurut
Poedjiadi, pelaksanaan pendekatan STM dapat dilakukan melalui tiga macam
strategi, yaitu:
a. Strategi
pertama, menyusun topik-topik tertentu yang menyangkut
konsep-konsep yang ingin ditanamkan pada peserta didik. Pada strategi ini, di
awal pembelajaran (topik baru) guru memperkenalkan atau menunjukkan kepada
peserta didik adanya isu atau masalah di lingkungan anak atau menunjukkan
aplikasi sains atau suatu produk teknologi yang ada di lingkungan mereka.
Masalah atau isu yang ada di lingkungan masyarakat dapat pula diusahakan agar
ditemukan oleh anak sendiri setelah guru membimbing dengan cara-cara tertentu.
Melalui kegiatan eksperimen atau diskusi kelompok yang dirancang oleh guru,
akhirnya dibangun atau dikonstruksi pengetahuan pada anak. Dalam hal ini,
pengetahuan yang berbentuk konsep-konsep.
b. Strategi
kedua, menyajikan suatu topik yang relevan dengan
konsep-konsep tertentu yang termasuk dalam standar kompetensi atau kompetensi
dasar. Pada saat membahas konsep-konsep tertentu, suatu topik relevan yang
telah dirancang sesuai strategi pertama dapat diterapkan dalam pembelajaran.
Dengan demikian program STM merupakan suplemen dari kurikulum.
c. Strategi
ketiga, mengajak anak untuk berpikir dan menemukan aplikasi
konsep sains dalam industri atau produk teknologi yang ada di masyarakat di
sela-sela kegiatan belajar berlangsung. Contoh-contoh adanya aplikasi konsep
sains, isu atau masalah, sebaiknya diperkenalkan pada awal pokok bahasan tertentu
untuk meningkatkan motivasi peserta didik mempelajari konsep-konsep
selanjutnya, atau mengarahkan perhatian peserta didik kepada materi yang akan
dibahas sebagai apersepsi.
Untuk mengimplementasikan pendekatan STM dalam
pembelajaran, Dass (1999) dalamRaja (2009) mengemukakan empat
langkah kegiatan kelas yang secara komprehensif merupakan upaya mengembangkan
pemahaman murid dan pelaksanaan suatu proyek STM yang berhubungan preservice
guru. Keempat langkah pembelajaran tersebut adalah fase invitasi atau undangan
atau inisiasi, eksplorasi, mengusulkan penjelasan dan solusi, dan mengambil
tindakan.
1. Fase Invitasi
Pada Preservice teachers (PSTs) tahap ini, guru
melakukan brainstorming dan menghasilkan
beberapa kemungkinan topik untuk penyelidikan. Topik dapat bersifat global atau
lokal, tetapi harus merupakan minat siswa dan memberikan wilayah yang cukup
untuk penyelidikan bagi siswa. Menurut Aisyah, Apersepsi dalam kehidupan juga
dapat dilakukan, yaitu mengaitkan peristiwa yang telah diketahui siswa dengan
materi yang akan dibahas. Dengan demikian, tampak adanya kesinambungan
pengetahuan, karena diawali dengan hal-hal yang telah diketahui siswa
sebelumnya dan ditekankan pada keadaan yang ditemui dalam kehidupan
sehari-hari.
2. Eksplorasi
Pada tahap ini, guru dan siswa mengidentifikasi
daerah kritis penyelidikan. Data-data dan informasi dapat dikumpulkan melalui
pertanyaan-pertanyaan atau wawancara, kemudian menganalisis informasi
tersebut. Data dan informasi dapat pula diperoleh melalui telekomunikasi,
perpustakaan dan sumber-sumber dokumen publik lainnya. Dari sumber-sumber
informasi, siswa dapat mengembangkan penyelidikan berbasis ilmu pengetahuan
untuk menyelidiki isu-isu yang berkaitan dengan masalah ini. Pemahaman tentang
hujan asam, misalnya, dilakukan dalam laboratorium untuk menyelidiki
sifat-sifat asam dan basa. Penyelidikan ini memberikan pemahaman dasar untuk
pengembangan, pengujian hipotesis, dan mengusulkan tindakan.
Menurut Aisyah, tahap kedua ini merupakan
proses pembentukan konsep yang dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan
metode. Misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan
kecakapan hidup, metode demonstrasi, eksperimen di labolatorium, diskusi
kelompok, bermain peran dan lain-lain. Pada akhir tahap kedua, diharapkan
melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar
atau konsep-konsep para ilmuan. Selanjutnya berbekal pemahaman konsep yang
benar siswa melanjutkan analisis isu atau masalah yang disebut aplikasi konsep
dalam kehidupan.
3. Fase
Mengusulkan Penjelasan dan Solusi
Pada tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis
informasi yang mereka telah kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses
ini termasuk komunikasi lebih lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan
lebih lanjut, memperbaiki, dan menguji hipotesis mereka, dan kemudian
mengembangkan penjelasan tentatif dan proposal untuk solusi dan tindakan. Hasil
tersebut kemudian dilaporkan dan disajikan kepada rekan-rekan kelas untuk
menggambarkan temuan, posisi yang diambil, dan tindakan yang diusulkan.
Menurut Aisyah, apabila selama proses
pembentukan konsep dalam tahap ini tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi
pada siswa, demikian pula setelah akhir analisis isu dan penyelesaian masalah,
guru tetap harus melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada
konsep-konsep kunci yang penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini
dilakukan karena konsep-konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran
akan memiliki retensi lebih lama dibandingkan
dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan oleh guru pada akhir
pembelajaran.
4. Fase
Mengambil Tindakan
Berdasarkan temuan yang dilaporkan dalam fase
ketiga (mengajukan penjelasan dan solusi), siswa menerapkan temuan-temuan
mereka dalam beberapa bentuk aksi sosial. Jika tindakan ini melibatkan
masyarakat sebagai pelaksana, misalnya membersihkan daerah berbahaya anak dapat
menghubungi pejabat publik yang dapat mendukung pikiran dan temuan mereka. Anak
menyajikan informasi ini kepada rekan-rekan kelas mereka. Proposal ini akan
dimasukkan sebagai tindakan follow up.
Untuk mengungkap penguasaan pengetahuan sains
dan teknologi anak selama pembelajaran, dapat dilakukan melalui suatu evaluasi.
Evaluasi merupakan suatu pengukuran atau penilaian terhadap sesuatu prestasi
atau hasil yang telah dicapai. Mengingat penguasaan sains dan teknologi dalam
hal ini merupakan penguasaan sains dan teknologi yang berkaitan dengan aspek
masyarakat, maka kriteria pengembangan evaluasinya dapat mengacu kepada pengembangan
evaluasi dalam unit STM. Menurut Varella dalam Widyatiningtyas,
evaluasi dalam STM meliputi ruang lingkup aspek:
1. Pemahaman
konsep sains dalam pengalaman kehidupan sehari-hari.
2. Penerapan
konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains untuk masalah-masalah
teknologi sehari-hari.
3. Pemahaman
prinsip-prinsip sains dan teknologi yang terlibat dalam alat-alat teknologi
yang dimamfaatkan masyarakat.
4. Penggunaan
proses-proses ilmiah dalam pemecahan masalah-masalah yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Pembuatan
keputusan-keputusan yang berhubungan dengan kesehatan, nutrisi, atau hal-hal
lain yang didasarkan pada konsep-konsep ilmiah.
Menurut Yagger,
penilaian terhadap proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan STM dapat
dilakukan dengan menggunakan lima domain, yaitu:
a. Konsep,
yang meliputi penguasaan konsep dasar, fakta dan generalisasi.
b. Proses,
penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep atau penyelidikan.
c. Aplikasi,
penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang baru atau dalam kehidupan.
d. Kreativitas,
pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan, penjelasan, dan tes untuk
mevalidasi penjelasan secara personal.
e. Sikap,
mengembangkan perasaan positif dalam sains, belajar sains, guru sains dan karir
sains.
G. Hakekat
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam
Tujuan Pendidikan Nasional Negara Indonesia
adalah: “Untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan
membentuk manusia Indonesia yang sehat jasmani dan rohaninya, memiliki
pengetahuan dan terampil dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab,
dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan
kecerdasaan yang tinggi dan disertai dengan budi pekerti yang luhur, mencintai
bangsanya dan mencintai sesama manusia sesuai dengan ketentuan-ketentuan UUD
1945“.
Tujuan Pendidikan Nasional tersebut kemudian dijabarkan lagi kedalam kurikulum untuk setiap mata pelajaran. Tentunya setiap mata pelajaran mampunyai perannya sendiri dalam mencapai tujuan nasional yang telah dirumuskan oleh pemerintah. IPA telah dinilai mempunyai peran yang sangat besar dalam usaha mensejahterakan dan mencerdaskan kehidupan suatu bangsa. Hal ini disebabkan IPA merupakan dasar dari teknologi; sedangkan teknologi itu sendiri merupakan tulang punggung kemajuan suatu negara. Pada hakekatnya Pendidikan IPA di Indonesia bertujuan untuk:
a. Memberi
pengetahuan sebagai bekal hidup kepada anak tentang dunia dimana mereka hidup,
agar anak tidak keliru terhadap alam sekitar.
b. Memberi
bekal pengetahuan praktis , agar anak dapat menyongsong dan menghadapi
kehidupan modern yang serba praktis dan tepat.
c. Menanamkan
sikap hidup yang ilmiah; seperti sikap objektif, tidak tergesa-gesa dalam mengambil
kesimpulan, terbuka, dapat membedakan antara fakta dan opini, bersifat
hati-hati, dan mempunyai rasa ingin menyelidiki.
d. Memberikan
keterampilan yang dapat digunakan dalam mengatasi segala permasalahan yang
ditemukan dalam kehidupannya.
e. Menanamkan
rasa hormat dan menghargai kepada penemu-penemu IPA, yang telah banyak berjasa
bagi kesejahteraan dunia dan manusia.
f. Menanamkan
rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan keagungan
Tuhan Yang Maha Esa.
Hakekat pendidikan IPA yang diuraikan di atas
baru akan dapat tercapai jika semua pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan
bahu membahu dalam usaha mencerdaskan manusia Indonesia. Tentunya semua itu
baru dapat berjalan dengan baik jika ditunjang dengan sarana dan prasarana yang
memadai. Jika sarana dan prasaran penunjang tidak baik, maka usaha mencerdaskan
manusia Indonesia seutuhnya akan sulit terwujud.
H. Manfaat Ilmu
Pengetahuan Alam
a. Dalam
Penyediaan Pangan.
Perkembangan
Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi dalam bidang penyediaan pangan melahirkan
Panca Usaha Tani yang merupakan Program Pemerintah. Panca Usaha Tani meliputi
varitas unggul, pupuk, pestisida, pola tanam dan pengairan.
1. Varitas
unggul adalah pilihan utama dari bibit yang pada penanaman diharapkan akan
diperoleh buah yang bermutu unggul pula.
2. Pupuk,
yang merupakan bahan makanan pokok dari tanaman, yang merupakan hasil dari
perkembangan Ilmu Pengetahuna Alam dan teknologi adalah Urea, Z.A, Superfosfat,
Pupuk kompos, Pupuk kandang, dan lain-lain.
3. Pestisida
merupakan bahan kimia yang dipakai untuk memberantas hama dan penyakit yang
merusak tanaman sehubungan dengan usaha-usaha mempertinggi hasil produksi.
Beberapa pestisida antara lain : Insektisida, Herbisida, Fungisida.
4. Pola
tanam yang teratur akan mempermudah pengawasan dan pemeliharaan terhadap
tanaman.
5. Pengairan
adalah adanya bendungan atau waduk penampungan air beserta saluran primer,
sekunder, dan drainase untuk mengairi lahan pertanian.
b. Penyediaan
Sandang
Setelah adanya
kemajuan Ilmu Pengetahuan Alam dan teknologi, telah dikembangkan jenis-jenis
serat seperti nylon, rayon, tetoron, dakron, poliester, dan tetrek. Hal ini
dikarenakan serat-serat sintetis dengan suatu katalisa yang cocok mempunyai
sifat mekanik yang tinggi dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.
c. Penyediaan
Papan
Dewasa ini, para
ilmuwan berusaha untuk memanfaatkan lautan dan ruang angkasa sebagai pemukiman.
Mereka membuat pulau-pulau disertai peternakan dan perkebunan laut. Sedangkan
dalam jangka panjang, pemukiman diantariksa sedang dalam penelitian, walaupun
untuk mewujudkan itu semua merupakan tantangan yang berat, namun mengingat
kemampuan dan usaha manusia yang tinggi, kemungkinan yang dipaparkan di atas
bukan lagi suatu impian kosong.
Pengertian
Keterampilan Proses Sains Terpadu Keterampilan proses sains adalah pendekatan
yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui
suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus
dikembangkan pada peserta didik sebagai pengalaman yang bermakna. Bagaimanapun
pemahaman konsep sains tidak hanya mengutamakan hasil (produk) saja, tetapi
proses untuk mendapatkan konsep tersebut juga sangat penting dalam membangun pengetahuan
peserta didik. Keterampilan ilmiah dan sikap ilmiah memiliki peran yang penting
dalam menemukan konsep sains. Peserta didik dapat membangun gagasan baru
sewaktu mereka berinteraksi dengan suatu gejala. Pembentukan gagasan dan
pengetahuan peserta didik ini tidak hanya bergantung pada karakteristik objek,
tetapi juga bergantung pada bagaimana peserta didik memahami objek atau
memproses informasi sehingga diperoleh dan dibangun suatu gagasan baru. Ada
tiga dimensi ilmiah yang sangat penting dalam mengajarkan sains. Yang pertama
adalah isi dari sains yaitu konsep dasar dan pengetahuan ilmiah. Dimensi ilmiah
yang pertama ini adalah yang kebanyakan dipikirkan orang. Dua dimensi ilmiah
penting lain di samping pengetahuan ilmiah adalah proses ilmiah dan sikap
ilmiah. Proses ilmiah adalah bagaimana ilmuwan melakukan proses dalam
mendapatkan sains, sedangkan sikap ilmiah adalah bagaimana para ilmuwan
bersikap ketika melakukan proses dalam mendapatkan sains tersebut. Sains adalah
upaya untuk mempelajari, merumuskan permasalahan, dan menemukan jawaban tentang
berbagai gejala alam. Oleh karena itu, maka keterampilan roses yang sama
seperti yang dimiliki ilmuwan harus kita miliki dalam memecahkan berbagai
permasalahan kehidupan sehari-hari. Ketika memberikan proses pengajaran kepada
peserta didik untuk menggunakan keterampilan proses dalam memahami sains, kita
juga mengajarkan pada mereka keterampilan yang akan mereka gunakan dalam masa
depan di setiap area kehidupan mereka. Keterampilan proses sains diklasifikasikan
menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu, American
Association for the Advancement of Science (1970), mengklasifikasikan
keterampilan proses menjadi keterampilan proses dasar dan keterampilan proses
terpadu. Keterampilan proses dasar meliputi, observasi (pengamatan), clasifying
(menggolongkan), communication (komunikasi), measuring (pengukuran), inferensi
(menyimpulkan), prediksi (meramalkan). Sedangkan keterampilan proses terpadu
meliputi pengontrolan variable, interpretasi data, perumusan hipotesa,
pendefinisian variabel secara operasional, merancang eksperimen.
Komponen-Komponen dari Keterampilan Proses Sains Terpadu Keterampilan proses
terpadu meliputi pengontrolan variable, interpretasi data, perumusan hipotesa,
pendefinisian variabel secara operasional, merancang eksperimen. 1.
Mengidentifikasi Variabel Variabel adalah satuan besaran kualitatif atau
kuantitatif yang dapat bervariasi atau berubah pada situasi tertentu. Kedudukan
sebuah variabel dalam penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil dari sebuah
penelitian. Besaran kualitatif adalah besaran yang tidak dinyatakan dalam suatu
pengukuran baku tertentu. Besaran kuantiatif adalah besaran yang dinyatakan
dalam suatu pengukuran baku tertentu.D alam suatu eksperimen terdapat tiga
macam variable, yaitu: variable manipulasi, variable respon dan variable
control. Namun untuk tingkatan sekolah dasar ketrampilan ini belum
diperkenalkan. 2. Intepretasi Data Keterampilan intepretasi data biasanya
diawali dengan pengumpulan data, analisis data, dan mendeskripsikan data.
Mendeskripsikan data artinya menyajikan data dalam bentuk yang mudah
dSainshami. Misalnya dalam bentuk tabel, grafik dengan angkaangka yang sudah
ditentukan rata-ratanya. Data yang sudah dianalisis kemudian diimpretasikan
menjadi suatu kesimpulan dalam bentuk pernyataan. Data yang diinterpretasikan
harus yang membentuk pola atau beberapa kecenderungan. 3. Hipotesis Hipotesis
biasanya dibuat pada suatu perencanaan penelitian yang merupakan pekerjaan
tentang pengaruh yang akan terjadi dari variable manipulasi terdapat variable
respon. Menurut (Nur, 1996) hipotesis dirumuskan dalam bentuk pernyataan bukan
pertanyaan, pertanyaan biasanya digunakan dalam merusumkan masalah yang akan
diteliti. Hipotesis dapat dirumuskan secara induktif dan deduktif. Perumusan
induktif berdasarkan data pengamatan sedangkan perumusan deduktif berdasarkan
teori. 4. Definisi Variabel Secara Operasional Mendefinisikan secara
operasional suatu variable berarti menetapkan bagaimana suatu variable itu
diukur. Devinisi operasional suatu variable adalah definisi yang menguraikan
bagaimana mengukur suatu variable. Definisi ini harus menyatakan tindakan apa
yang akan dilakukan dan pengamatan apa yang dicatat dari suatu eksperimen.
Ketrampilan ini merupakan ketrampilan proses yang paling sulit untuk dilatihkan
karena itu harus sering di ulang-ulang. Contoh : peserta didik melakukan
percobaan pengaruh suhu terhadap kelarutan gula. 5. Eksperimen Eksperimen dapat
didefinisikan sebagai kegiatan terinci yang direncanakan untuk menghasilkan
data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Suatu
eksperimen akan berhasil jika variable yang dimanipulasi dan jenis respon yang
diharapkan dinyatakan secara jelas dalam suatu hipotesis, juga penentuan kondisi-kondisi
yang akan dikontrol sudat tepat. Untuk keberhasilan eksperimen ini maka setiap
eksperimen harus dirancang terlebih dahulu kemudian diuji coba. Melatihkan
merencanakan eksperimen tidak harus dalam bentuk penelitian yang rumit, tetapi
cukup dilatihkan dengan menguji hipotesis-hipotesis yang berhubungan dengan
konsep-konsep di dalam kurikulum. Pendekatan Keterampilan Proses dalam
Pembelajaran sains Pembelajaran biologi dapat dilakukan melalui berbagai
pendekatan, antara lain pendekatan inkuiri, keterampilan proses,
konstruktivistik, dan sains teknologi masyarakat. Kesemua pendekatan tersebut
bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting dalam kecakapan hidup. Oleh
karena itu, pemberian pengalaman belajar menekankan pada penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Pengembangan keterampilan
proses peserta didik dapat dilatihkan melalui suatu kegiatan pembelajaran yang
menggunakan pendekatan keterampilan proses. Pendekatan keterampilan proses
adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa, sehingga peserta
didik dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori
dengan keterampilan intelektual dan sikap ilmiah peserta didik sendiri. Peserta
didik diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah
seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses
tidak bermaksud menjadikan setiap peserta didik menjadi ilmuwan. Keterampilan
berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan
efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Dengan
demikian, Pendekatan Keterampilan Proses adalah perlakuan yang diterapkan dalam
pembelajaran yang menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh
pengetahuan kemudian mengkomunikasikan perolehannya. Keterampilan memperoleh
pengetahuan dapat dengan menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau
kemampuan olah perbuatan (fisik). American Association for the Advancement of
Science (1970), mengklasifikasikan keterampilan proses menjadi keterampilan
proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Keterampilan proses dasar
meliputi, observasi (pengamatan), classifying (menggolongkan), communication
(komunikasi), measuring (pengukuran), inferensi (menyimpulkan), prediksi
(meramalkan). Sedangkan keterampilan proses terpadu meliputi pengontrolan
variable, interpretasi data, perumusan hipotesa, pendefinisian variabel secara
operasional, merancang eksperimen. Penilaian dalam keterampilan proses
dilakukan selama proses pembelajaran (penilaian proses) dengan menggunakan
indikator dan kata operasional: Mengamati: melihat, mendengar, merasa, meraba,
mambaur, mencicipi, mengecap, menyimak, mengukur, membaca. Menggolongkan
(mengklasifikasikan): mencari persamaan, menyamakan, membedakan, membandingkan,
mengontraskan, mecari dasar penggolongan. Menafsirkan (menginterprestasikan):
menaksir, memberi arti, mengartikan, memposisikan, mencari hubungan,
ruang-waktu, menentukan pola, menarik kesimpulan, mengeneralisasikan.
Meramalkan (memprediksi): mengantisSainssi berdasarkan kecenderungan, pola atau
hubungan antar data atau informasi. Menerapkan/menggunakan (informasi,
kesimpulan, konsep, hukum, teori, sikap, nilai atau keterampilan dalam situasi):
menghitung, menentukan variabel, mengendalikan variabel, menghubungkan konsep,
merumuskan konsep, pertanyaan penelitian, menyusun hipotesis, membuat modul.
Merencanakan penelitian: menentukan masalah/objek yang akan diteliti,
menentukan tujuan penelitian, menentukan ruang lingkup penelitian, menentukan
sumber data, menentukan alat, bahan, dan sumber kepustakaan, menentukan cara
penelitian. Mengkomunikasikan: berdiskusi, mendeklamasikan, mendramakan,
merenungkan, meragakan, mengugkapkan, melaporkan (dalam bentuk lisan, tulisan,
gerak atau penampilan).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terimakasih komentarnya :)